Karangtawang, Kuningan, Kuningan

desa di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat

Karangtawang adalah salah satudesa di kecamatan Kuningan, Kuningan, Jawa Barat, Indonesia.Termasuk dalam daerah Kuningan timur,terletak di perbatasan antara kecamatan Kuningan dengan kecamatanGarawangi.Terdiri dari tiga kampung yaitu kampung Jatinunggal, Pasawahan dan Babakan.

Karangtawang
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
KabupatenKuningan
KecamatanKuningan
Kode Kemendagri32.08.09.2012 Edit nilai pada Wikidata
Luas-
Jumlah penduduk-
Kepadatan-


Sejarah

Dahulu desa Karangtawang dan desa Lengkong masih merupakan satu kesatuan tapi entah kenapa kemudian dua desa itu di pisah, bagian utara menjadi desa Karangtawang sedangkan bagian selatan menjadi desa Lengkong. Jalan desa yang membentang menjadi batas kedua desa tersebut. Karangtawang berasal dari dua kata yaitu karang dan tawang, karang dalam bahasa Sunda berarti halaman depan rumah sedangkan tawang bukan merupakan kata dalam bahasa Sunda. Sehingga sulit untuk menafsirkan apa arti Karangtawang itu sendiri. Kalau tawang sebuah nama orang berarti Karangtawang artinya halaman depan rumah si tawang. Tapi hal ini belum ada bukti otentiknya.

Pemerintahan

Karangtawang dilihat dari statusnya sebagai sebuah desa maka dipimpin oleh seorang kepala desa atau lebih dikenal dengan sebutan kuwu. Letak ibu kota desa berada di kampung Pasawahan. Kuwu dipilih secara langsung oleh rakyat selama lima tahun sekali. Kuwu dibantu oleh kepala dusun atau rurah , para pamong desa, dan Hansip. Kuwu dan pamong desa lainnya bukanlah pegawai negeri sipil, mereka di gaji dengan sawah bengkok yang luasnya tergantung pada tinggi rendahnya jabatan yang diembannya. Anehnya yang menjabat sebagai kuwu di desa Karangtawang hanya orang-orang yang berasal dari kampung Jatinunggal dan Pasawahan saja, belum pernah ada kuwu yang berasal dari kampung Babakan.


Di bawah kuwu ada kepala dusun/kampung yang biasa disebut rurah. Rurah juga dipilih secara langsung oleh masyarakat tiap kampung. Untuk desa Karangtawang sendiri memiliki tiga kampung yaitu kampung Jatinunggal, kampung Pasawahan dan kampung Babakan sehingga rurahnya ada tiga orang. Tiap satu kampung juga merepresentasikan satu RW (Rukun Warga), dan dibawah RW ada RT (Rukun Tetangga) yang merupakan struktur pemerintahan paling bawah. Tiap RT dipimpin oleh seorang ketua RT.

Berikut adalah struktur lengkap susunan Pemerintahan Desa Karangtawang:

  • Kampung Pasawahan ( RW 1) terdiri dari 10 RT ( RT 1 sampai dengan RT 10)
  • Kampung Babakan ( RW 2) terdiri dari 10 RT ( RT 11 sampai dengan RT 20)
  • Kampung Jatinunggal ( RW 3) terdiri dari 8 RT ( RT 21 sampai dengan RT 28)

Kode POS untuk wilayah desa Karangtawang yaitu 45515

Profil Daerah

Batas Wilayah

Batas wilayah desa Karangtawang

  1. Di sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Windusengkahan.
  2. Di sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Citangtu.
  3. Di sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Winduhaji.
  4. Di sebelah timur berbatasan dengan desa Lengkong.

Geografis

Karangtawang terletak di kaki gunung Ciremai,diapit oleh dua sungai besar yaitu sungai Sungai Cigede di sebelah selatan dan sungai Surakatiga di sebelah utara. Selain sebagai batas alami dengan desa lain, hal ini juga menyebabkan tanah di Karangtawang subur dan cocok untuk beberapa jenis tanaman. Kontur wilayahnya sedikit berbukit di sebelah selatan meliputi wilayah kampung Babakan sampai ke perbatasan dengan Salahonje dan juga rata sedikit berkontur di daerah Pasawahan dan Jatinunggal.

Keadaan iklim desa Karangtawang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18° C - 32° C serta curah hujan berkisar antara 2.000 mm - 2.500 mm per tahun. Pergantian musim terjadi antara bulan November - Mei adalah musim hujan dan antara bulan Juni - Oktober adalah musim kemarau.

Ekonomi

Karangtawang dikenal dengan industri rumah tangganya yaitu emping melinjo, karena hampir di tiap RT ibu rumah tangga membuat keripik emping melinjo terutama pusatnya di kampung Babakan. Kemasannya telah dibuat semenarik mungkin dan dengan pilihan beraneka ragam rasa agar nilai jualnya bertambah. Emping tangkil atau emping melinjo, oleh Pemkab Kuningan dianggap sebagai komoditi unggulan. Pasalnya telah mengharumkan nama Kuningan dalam sektor ekonomi karena penjualan emping tangkil tidak hanya di pasar lokal namun merambah juga ke pasar luar daerah seperti Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya. Ada pula yang diekspor ke Malaysia serta Singapura. Penjualannya pun tidak hanya di pasar tradisional, tetapi sudah merambah ke supermarket, toko serba ada (Toserba), warung serba ada (Waserba) atau pun di Mall.

Pertanian

Wilayah Karangtawang cocok untuk pengembangan agrobisnis, terutama padi dan palawija. Tanahnya yang subur, dan akses air yang melimpah menjadi keunggulan yang bisa dimanfaatkan. Untuk perikanan juga cocok, karena air mengalir sepanjang musim baik musim hujan maupun musim kemarau. Makanya tidak salah jika di kampung Jatinunggal didirikan pusat pembenihan BBI (Balai Benih Ikan). Peternakan ayam buras juga berkembang dengan baik terutama di kampung Jatinunggal dan kampung Pasawahan letaknya di pinggiran kampung lumayan jauh dari pemukiman penduduk. Selain itu Peternakan kambing juga mulai bergeliat, terutama untuk memenuhi permintaan menjelang hari Raya Kurban (Idul Adha), tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat desa Karangtawang tetapi juga di jual ke daerah lain.

Perkebunan

Perkebunan kurang mendapat perhatian yang serius dari masyarakat. Kebun-kebun terletak jauh dari perkampungan, ada pun kebun yang di dalam kampung jumlahnya tinggal sedikit, tergusur oleh pembangunan perumahan warga yang semakin tinggi. Sehingga porsentase kebun dari seluruh wilayah desa diperkirakan telah menyusut sampai 10%. Hasil perkebunan yang biasanya dibudidayakan kebanyakan dari jenis buah-buahan seperti:pisang, mangga, rambutan,kelapa dan juga melinjo.

Demografi

Desa Karangtawang dikenal sebagai desa santri karena banyak terdapat pondok pesantren dan penduduknya dikenal sangat religius. Penduduk desa Karangtawang berjumlah 3828 orang, terdiri dari:

  • 1893 orang laki-laki
  • 1935 orang perempuan

Agama yang dianut yaitu 100% memeluk Islam, kebanyakan bekerja sebagai petani sekitar 60%, lainnya bekerja di sektor jasa seperti PNS, Pedagang, TNI, wiraswasta dan sebagainya. Penduduk desa Karangtawang banyak juga yang berurbanisasi ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Yogyakarta. Kebanyakan mereka bekerja sebagai buruh pabrik dan pedagang. Daganganya pun hampir sama yaitu buah dingin, bubur kacang hijau, atau rokok. Ada pula yang pergi ke kota untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi seperti UI, UNPAD, UPI, STAN, UGM, STTTELKOM dan sebagainya. Banyak pula penduduk desa Karangtawang yang bekerja ke luar negeri seperti ke Arab Saudi, Malaysia, Korea dan Jepang. Kebanyakan mereka bekerja di sektor informal seperti pembantu rumah tangga dan sopir, namun ada pula yang bekerja sebagi buruh pabrik.

Pendidikan

Pendidikan Formal

Sarana dan Prasarana pendidikan sudah cukup lengkap untuk ukuran sebuah desa. Di Karangtawang fasilitas pendidikan dari Playgroup, TK sampai MA tersedia. Playgroup biasanya diadakan di Bale desa dengan bimbingan Ibu-ibu PKK, dan diikuti oleh anak-anak pra-sekolah (dibawah 5 tahun). Untuk TK terdapat sebuah TK yaitu:

  • TK YASPIKA (Yayasan Pendidikan Islam Karangtawang).

Untuk jenjang Sekolah dasar di tiap kampung memiliki SD masing-masing diantaranya:


Satu Madrasah Tsanawiyah di kampung Jatinunggal yaitu :

  • MTs YASPIKA (Yayasan Pendidikan Islam Karangtawang)

dan untuk Madrasah Aliyah terletak di kampung Pasawahan yaitu:

  • MA Darul Ulum

Pendidikan Non Formal

Pendidikan Non Formal di desa Karangtawang dalam bentuk Pondok Pesantren di kampung Pasawahan dan majelis Ta'lim. Majelis Ta'lim biasanya diikuti oleh ibu-ibu di mesjid Nurul Islam atau digilir ke tiap musholla (tajug). Tiap malam Jumat juga diadakan pengajian Yasin oleh ibu-ibu sambil Arisan bergilir di tiap rumah anggotanya.

Kesenian

Jenis seni yang berkembang di desa Karangtawang yaitu seni Pencak silat

Adat Istiadat

Di desa Karangtawang ada kebiasaan mengadakan hajat tutulak pada waktu-waktu tertentu, yaitu upacara tolak bala yang diadakan di tiap perempatan jalan kampung. Upacara dipimpin oleh tetua kampung atau alim ulama dengan memanjatkan puji-pujian kepada Allah SWT diikuti oleh semua komponen masyarakat, tua dan muda sampai anak-anak. Setiap orang mengumpulkan makanan seperti nasi tumpeng, nasi kuning dan berbagai lauk pauk. Di akhir acara semua makanan dibagikan kembali kepada masyarakat dengan rata.

Olahraga

Fasilitas olahraga yang ada di desa Karangtawang antara lain lapangan sepak bola di kampung Pasawahan, lapangan bola volley di tiap kampung dan juga lapangan badminton di gedung serba guna desa Karangtawang. Untuk sepak bola, dahulu ada turnamen rutin Masud cup antara tiga desa yaitu Karangtawang, Winduhaji dan Windusengkahan yang diadakan di lapangan Windusengkahan.

Tokoh

  • Prof. Dr. H. Edi Suhardi Ekadjati (alm)

Prof. Dr. H. Edi Suhardi Ekadjati lahir di Jatinunggal Karangtawang , 25 Maret 1945. Beliau adalah seorang sejarawan terkemuka, kiprahnya bukan hanya di Indonesia bahkan di beberapa negara seperti Belanda dan Jepang. Ia dikenal sebagai pakar naskah Sunda Kuno. Terakhir ia bekerja sebagai Guru Besar dan dosen Fakultas Sastra Universitas Padjajaran serta Ketua Pusat Studi Sunda.

Pak Edi meraih gelar sarjana dari Universitas Padjadjaran pada Jurusan Sejarah Fakultas Sastra (1964-1971) dan gelar doktor dari Universitas Indonesia pada Program Studi Filologi (1976-1979). Pak Edi juga pernah mengikuti studi lanjutan tentang filologi untuk penelitian sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Leiden (1974-1975) dan pernah menjadi Guru Besar Tamu pada Research Institute for Language and Cultures of Asia and Africa di Tokyo University of Foreign Studies, Jepang. Saat tinggal di Jepang pada tahun 2002, ia melakukan penelitian tentang kebudayaan Sunda pada zaman Kerajaan Pajajaran. Pak Edi dikenal pula sebagai salah seorang pendiri Yayasan Kebudayaan Rancagé dan Caraka Sundanologi bersama sejumlah pakar lainnya.

Beliau pernah menerima sejumlah penghargaan, di antaranya Satyalencana Karya Sastra 20 Tahun 1998 dari Presiden Indonesia, Satya Karya Bhakti 15 Tahun 1996, dan Adhitya Tridharma Nugraha sebagai Dosen Teladan Tingkat Nasional Tahun 1982.

Pak Edi meninggal pada 1 Juni 2006 dan dikebumikan di tanah kelahirannya di Karangtawang, beliau meninggalkan seorang istri, Hj. Utin Nurhusna, dan empat orang anak. Untuk menghoramati jasa-jasa beliau di Kuningan didirikan perpustakaan dengan namanya yang terletak di jalan Siliwangi depan pintu masuk Stadion Masud Wisnusaputra.

Akses Transportasi

Untuk mencapai desa Karangtawang dari pusat kota Kuningan tidaklah sulit. Jaraknya dari kota Kuningan kurang lebih 4 km. Desa Karangtawang dilewati kendaraan dari arah kota Kuningan ke daerah timur seperti Garawangi,Maleber,dan Ciniru. Ada dua angkutan umum yang melewati jalan raya Karangtawang yaitu:

  • angkot 07 jurusan Pasar baru-Lengkong
  • angkot 08 jurusan terminal Cirendang-Lengkong