Toksoplasmosis
Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, protozoa yang bertindak sebagai parasit.[1] Parasit tersebut menginfeksi hewan berdarah panas, termasuk manusia, sehingga toksoplasmosis dikategorikan sebagai zoonosis (penyakit yang menular dari hewan ke manusia). Penularan terjadi akibat menelan daging terinfeksi, kontak dengan tinja kucing, atau secara vertikal dari ibu ke janin yang dikandungnya. Walaupun toksoplasmosis identik dengan kucing, memakan daging terinfeksi yang belum dimasak merupakan sumber penularan utama pada manusia di banyak negara.[2]
Toksoplasmosis | |
---|---|
Stadium takizoit T. gondii | |
Informasi umum | |
Spesialisasi | Penyakit menular, obstetrics and gynaecology |
Penyebab
Penyebab toksoplasmosis adalah Toxoplasma gondii, organisme bersel satu yang hidup sebagai parasit. Toxoplasma berasal dari bahasa Yunani kuno tóxon yang berarti cekung dan plásma yang artinya bentuk, sehingga Toxoplasma gondii merupakan organisme berbentuk cekung atau menyerupai bulan sabit. Organisme ini pertama kali ditemukan di tahun 1908 pada limpa dan hati seekor hewan pengerat yang disebut gundi (Ctenodactylus gondii) di Afrika.[3] Sejak saat itu berbagai penelitian menemukan keberadaan parasit ini pada berbagai hewan.
Kehidupan T. gondii bergantung pada organisme lain yang disebut inang atau hospes. Terdapat dua jenis inang dalam parasitologi, yaitu inang definitif dan inang perantara. Inang definitif merupakan organisme tempat suatu parasit hidup dan berkembang biak secara seksual, sedangkan inang perantara adalah organisme tempat parasit hidup dan berkembang biak secara aseksual. Inang definitif T. gondii adalah hewan golongan Felidae seperti kucing domestik (Felis catus), sedangkan inang perantaranya adalah semua jenis hewan berdarah panas seperti burung dan mamalia, termasuk manusia.[3]
Terdapat tiga stadium hidup T. gondii, yaitu:
- Takizoit (awalan tachy- artinya cepat) yang merupakan periode pertumbuhan cepat yang terjadi pada fase infeksi akut. Pada stadium ini, T. gondii berbentuk melengkung seperti sabit dan aktif bergerak, terdistribusi ke bagian-bagian tubuh inangnya.
- Bradizoit (awalan brady- artinya lambat) yang juga dikenal sebagai sista jaringan yang merupakan fase perkembangbiakan lambat yang menjadi ciri khas infeksi kronis. Pada stadium ini, T. gondii menetap di jaringan tubuh inang dalam jangka waktu yang lama. Daging hewan yang mengandung bradizoit merupakan sumber infeksi apabila dimakan oleh makhluk hidup lain.
- Oosista atau ookista (bahasa Inggris: oocsyt) adalah hasil reproduksi seksual T. gondii yang terjadi di dalam tubuh inang definitif. Oosista keluar dari usus Felidae bersama dengan tinja dan mampu bertahan di lingkungan sebagai sumber infeksi bagi makhluk hidup lain.
Penularan
Hewan dan manusia dapat terinfeksi melalui dua cara, yaitu secara kongenital dan perolehan. Toksoplasmosis kongenital terjadi saat janin di dalam rahim tertular dari ibu atau induknya melalui plasenta, sedangkan toksoplasmosis perolehan terjadi saat inang menelan oosista infektif atau memakan jaringan yang mengandung bradizoit atau sista. Keduanya dapat bersifat akut dan kemudian menjadi laten.
Kucing merupakan hewan yang berperan penting dalam penyebaran toksoplasmosis karena mereka merupakan inang definitif yang menyebarkan oosista ke lingkungan. Akan tetapi, kasus toksoplasmosis pada kucing pada umumnya tidak menunjukkan tanda yang spesifik dan bersifat subklinis. Infeksi yang terjadi melalui oosista dari kucing kurang berperan menimbulkan toksoplasmosis jika dibandingkan dengan infeksi yang diperoleh melalui daging yang mengandung sista.
Manusia dapat terinfeksi karena menelan oosista infektif yang tersebar di air dan tanah, sista jaringan pada daging yang kurang matang, melalui transfusi darah, transplantasi, kecelakaan laboratoris, atau secara kongenital Penularan pada manusia paling sering terjadi melalui konsumsi daging yang mentah atau kurang matang, terutama daging domba dan babi. Cara penularan lain yang sering terjadi adalah melalui sayuran mentah yang tidak dicuci sebelumnya. Sayuran ini tercemar oosista yang berasal dari tinja kucing. Oosista infektif yang berada di lingkungan juga dapat mencemari air yang dapat menjadi sumber penularan jika diminum oleh manusia atau hewan lain.
Oosista sendiri tidak bersifat infektif pada saat pertama kali dikeluarkan bersama dengan tinja kucing. Ia membutuhkan waktu beberapa hari untuk bersporulasi agar dapat menjadi infektif, sehingga kontak langsung dengan kucing diduga tidak menjadi faktor risiko bagi penularan toksoplasmosis. Cara pemeliharaan kucing di dalam rumah agar tidak memakan rodensia dan burung, tidak memberi makan kucing dengan daging mentah, serta mengontrol populasi inang perantara yang potensial, seperti rodensia dapat dilakukan untuk mengurangi risiko kucing terpapar T. gondii.
Catatan kaki
- ^ Ryan KJ; Ray CG (editors) (2004). Sherris Medical Microbiology (edisi ke-4th ed.). McGraw Hill. hlm. pp. 723–7. ISBN 0-8385-8529-9.
- ^ Torda A (2001). "Toxoplasmosis. Are cats really the source?". Aust Fam Physician. 30 (8): 743–7. PMID 11681144.
- ^ a b Weiss, Louis M.; Kim, Kimi (2007). Toxoplasma gondii: The Model Apicomplexan. Perspectives and Methods. Elsevier. ISBN 978-0-12-369542-0.
Pranala luar
- CDC factsheet: Toxoplasmosis
- Report on the link between Shizoprenia and Toxoplasmosis
- Toxoplasmosis - Recent advances, Open access book published in September 2012