Posesif (film)
Posesif adalah film drama psikologis Indonesia yang disutradarai oleh Edwin dan ditulis oleh Gina S. Noer, serta dibintangi oleh Putri Marino dan Adipati Dolken beserta pemeran pembantu lain. Posesif dirilis secara luas pada 26 Oktober 2017.[1]
Posesif | |
---|---|
Sutradara | Edwin |
Produser | Meske Taurisia Muhammad Zaidy |
Ditulis oleh | Gina S. Noer |
Pemeran | Putri Marino Adipati Dolken Yayu Unru Cut Mini |
Penata musik | Mar Galo Dave Lumenta |
Sinematografer | Batara Goempar Siagian |
Penyunting | W. Ichwan Diardono |
Perusahaan produksi | |
Tanggal rilis | 26 Oktober 2017 |
Durasi | 102 menit |
Negara | Indonesia |
Bahasa | Indonesia |
Meski sempat menuai kontroversi dalam legalitas filmnya, Posesif mendapatkan 10 nominasi Festival Film Indonesia 2017 dan memenangkan tiga penghargaan: Sutradara Terbaik untuk Edwin, Aktris Terbaik untuk Putri Marino dan Aktor Pendukung Terbaik untuk Yayu Unru.
Sinopsis
Lala Anindhita (Putri Marino) adalah siswi teladan di sebuah SMA di Jakarta, yang juga seorang atlet loncat indah, yang dilatih oleh ayahnya sendiri (Yayu Unru). Lala yang hanya tinggal berdua dengan ayahnya sepeninggalan ibunya merasa dunianya sudah cukup dengan ayahnya dan kedua temannya, Rino (Chicco Kurniawan) dan Ega (Gritte Agatha), dan meskipun ayahnya bersifat sedikit mengekang, Lala tidak terlihat keberatan dan menjalani hidupnya dengan baik.
Saat sedang membantu gurunya, Lala bertemu murid pindahan baru disekolahnya bernama Yudhis Ibrahim (Adipati Dolken), yang langsung bermasalah dengan seorang guru killer (Ismail Basbeth). Lala pun ketahuan membantu Yudhis, dan sebagai hukuman, keduanya harus berjalan sepanjang lapangan sekolah dengan tali sepatu yang saling terikat. Meski ditertawai seluruh sekolah, Lala dan Yudhis menjadi dekat karena ini. Lala pun menyanggupi ajakan Yudhis untuk berpacaran, dan untuk pertama kalinya hidup Lala menjadi begitu berwarna.
Ayah Lala tidak keberatan putrinya mulai berpacaran, tetapi ia merasa perhatian Lala yang selama ini didapatkannya secara penuh mulai terbagi secara drastis. Di lain pihak, Yudhis pun mulai menunjukkan gelagat keinginan memiliki Lala sepenuhnya alias posesif, mulai dari menolak panggilan ke handphone Lala sampai akhirnya menyabotase saingan Lala dalam loncat indah. Secara mengejutkan, Lala sendiri sepenuhnya berpihak pada Yudhis setiap kali. Lala pun diundang Yudhis kerumahnya dan bertemu dengan mamanya, Diana (Cut Mini), yang seperti Lala dan ayahnya, selama ini tinggal berdua dengan Yudhis.
Suatu hari Yudhis mendapati Rino berusaha menelepon Lala, dan dengan emosi terbakar Yudhis pun melindas Rino yang sedang mengendarai motor sendiran di malam hari hingga tangannya patah. Lala yang curiga dengan Yudhis, dibentak Yudhis di ruang kelas sampai dicekik, yang membuat Lala menyadari betapa posesif Yudhis telah menjadi terhadapnya. Lala pun minta putus, tetapi Yudhis berulang kali minta maaf sambil menangis memohon pada Lala untuk kembali, bahkan sampai memukuli dirinya sendiri. Lala yang kasihan pun menerimanya kembali.
Ketika Lala dan Yudhis telah lulus SMA, kenyataan datang bahwa Yudhis harus kuliah di Bandung mengikuti tradisi keluarganya, sementara Lala diterima beasiswa atlet loncat indah di Jakarta. Karena tidak mungkin meminta Lala yang tidak punya siapa-siapa di Bandung untuk kuliah bersamanya, Yudhis pun berinisiatif untuk kuliah di Jakarta, tetapi diluar dugaan, Diana marah besar bahwa Yudhis tega berencana meninggalkan dirinya, bahkan sampai memukuli dan mencekik Yudhis dengan sepatunya. Lelah karena merasa semua orang ingin memisahkannya dan Lala, Yudhis pun kabur dari rumah dan meminta Lala untuk pergi bersamanya.
Setelah dipukuli oleh pemalak yang juga menyebabkan Lala babak belur, Yudhis pun menyadari bahwa kabur dari ibunya dan membawa kabur Lala dari ayahnya tidak akan menyelesaikan masalah. Kali ini, Lala lah yang bersikap posesif, memohon pada Yudhis untuk tetap pergi bersamanya ke Bali, bahkan sampai menawarkan untuk kerja apa saja demi Yudhis. Yudhis yang tidak tega membiarkan Lala hidup sengsara, akhirnya membuat keputusan berat untuk meninggalkan Lala yang sedang ganti baju di sebuah pom bensin. Lala pun pulang kerumahnya dengan kondisi babak belur dan dalam kepiluan ia minta maaf pada ayahnya. Lala tidak pernah mendengar dari Yudhis lagi, yang telah berangkat ke Bandung bersama Diana untuk kuliah.
Suatu pagi, Lala yang sedang jogging mendapati Yudhis mengejar dan berlari bersamanya. Ketika Lala berhenti, Yudhis juga berhenti. Lala menatap Yudhis lekat-lekat, lalu melanjutkan larinya. Ketika ia menoleh, Yudhis sudah tidak ada disana, dan Lala tersenyum.
Pemeran
- Putri Marino sebagai Lala Anindhita
- Adipati Dolken sebagai Yudhis Ibrahim
- Yayu Unru sebagai Ayah Lala
- Gritte Agatha sebagai Ega
- Chicco Kurniawan sebagai Rino
- Cut Mini sebagai Diana
- Teuku Rifnu Wikana sebagai Pak Guru
Produksi
Posesif merupakan film pertama yang diproduksi Palari Films. Film ini juga merupakan film panjang ketiga karya Edwin setelah Babi Buta yang Ingin Terbang (2009) dan Kebun Binatang (2012), sekaligus film panjang pertama karyanya yang ditayangkan di bioskop.[2] Sebelum akhirnya Edwin menyutradarai film ini, pada awalnya Teddy Soeriaatmadja yang didapuk menjadi sutradara film ini. Dalam sebuah wawancara dengan Rieko Yui dari The Japan Foundation, film ini semula direncanakan akan disutradarai oleh Teddy Soeriaatmadja.[3][a] Ini dipertegas dengan pernyataan dari produser Zaidy yang menyebut Teddy lebih dahulu dibidik sebagai sutradara sebelum akhirnya Edwin yang sejak awal terlibat jadi produser bersama dirinya turun tangan sebagai sutradara.[5] Film ini adalah film pertama kolaborasi Edwin dengan Gina S. Noer sebagai penulis skenario.[2]
Film ini dibintangi oleh Putri Marino dan Adipati Dolken; dan merupakan debut Putri di kancah perfilman. Putri menuturkan bahwa dirinya bahkan sama sekali tidak mengenal Adipati sebelumnya karena kurang mengikuti perkembangan film Indonesia, sehingga dia harus mencari tahu lewat Google terlebih dahulu.[6]
Tema dan gaya
Posesif menyoroti kekerasan dalam berpacaran. Gina melakukan penelitian selama enam bulan untuk produksi film ini. Hasil dari penelitian ini adalah kekerasan menduduki posisi pertama dalam hubungan berpacaran; yang berarti tindakan ini sering terjadi dalam hubungan pacaran dan rentan menimpa perempuan berusia 13-24 tahun.[7]
Penayangan
Posesif ditayangkan di seluruh Indonesia pada 26 Oktober 2017, diundurkan dari jadwal semula yaitu Juli 2017.[8] Lembaga Sensor Film mengklasifikasikan film ini sebagai 13+.
Penghargaan
Tahun | Ajang Penghargaan | Kategori | Penerima | Hasil |
---|---|---|---|---|
2017 | Festival Film Indonesia | Film Terbaik | Meiske Taurisia & Muhammad Zaidy | Nominasi |
Sutradara Terbaik | Edwin | Menang | ||
Aktor Terbaik | Adipati Dolken | Nominasi | ||
Aktris Terbaik | Putri Marino | Menang | ||
Aktor Pendukung Terbaik | Yayu Unru | Menang | ||
Aktris Pendukung Terbaik | Cut Mini | Nominasi | ||
Skenario Asli Terbaik | Gina S. Noer | Nominasi | ||
Penyuntingan Terbaik | W. Ichwan Diardono | Nominasi | ||
Sinematografi Terbaik | Batara Goempar Siagian | Nominasi | ||
Tata Rias Terbaik | Cika Rianda | Nominasi | ||
Festival Film Tempo | Film Pilihan Tempo | Posesif | Nominasi | |
Sutradara Pilihan Tempo | Edwin | Nominasi | ||
Skenario Pilihan Tempo | Gina S Noer | Nominasi | ||
Aktris Utama Pilihan Tempo | Putri Marino | Nominasi | ||
Aktor Utama Pilihan Tempo | Adipati Dolken | Nominasi | ||
Aktor Pendukung Pilihan Tempo | Yayu Unru | Nominasi | ||
Aktris Pendukung Pilihan Tempo | Cut Mini | Nominasi | ||
2018 | Festival Film Bandung | Sutradara Terpuji | Edwin | Nominasi |
Pemeran Utama Pria Terpuji | Adipati Dolken | Nominasi | ||
Pemeran Pembantu Wanita Terpuji | Cut Mini | Menang | ||
Penata Kamera Film Bioskop Terpuji | Batara Goempar | Nominasi | ||
Indonesian Movie Actors Awards | Film Terfavorit | Posesif | Nominasi | |
Pemeran Utama Pria Terbaik | Adipati Dolken | Nominasi | ||
Pemeran Utama Pria Terfavorit | Nominasi | |||
Pemeran Utama Wanita Terbaik | Putri Marino | Nominasi | ||
Pemeran Utama Wanita Terfavorit | Nominasi | |||
Pendatang Baru Terbaik | Menang | |||
Pendatang Baru Terfavorit | Nominasi | |||
Pasangan Terbaik | Adipati Dolken - Putri Marino | Nominasi |
Trivia
- ^ Seandainya film ini akhirnya tetap disutradarai oleh Teddy Soeriaatmadja, maka film ini adalah film pertama yang disutradarainya setelah "Trilogi Keintiman"; yang terdiri dari Lovely Man (2011), Something in the Way (2013), dan About A Woman (2014). Setelah tidak jadi menyutradarai Posesif, Teddy kemudian menyutradarai Menunggu Pagi (2018).[4]
Referensi
- ^ Marino, Putri; Dolken, Adipati; Agatha, Griselda (2017-10-26), Posesif, diakses tanggal 2017-11-21
- ^ a b Yuniar, Nanien (6 Agustus 2017). Priyambodo R. H., ed. "Edwin dan Gina Noer berkolaborasi dalam "Posesif"". Antara. Diakses tanggal 9 Maret 2019.
- ^ Yui, Rieko (24 Mei 2017). "Cutting into the Taboos of Indonesian Society: Film Director Teddy Soeriaatmadja, Here-and-Now" [Memotong Tabu Masyarakat Indonesia: Sutradara Teddy Soeriaatmadja, Di Sini dan Sekarang]. Japan Foundation (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 6 Februari 2019.
- ^ Wirastama, Wira (14 Agustus 2018). "Setelah Trilogy of Intimacy, Teddy Soeriaatmadja Garap Tiga Film Komersial". Metro TV News. Diakses tanggal 6 Februari 2019.
- ^ Wirastama, Purba (12 September 2017). "Edwin Bukan Pilihan Pertama Sutradara Film Posesif". Medcom. Diakses tanggal 9 Maret 2019.
- ^ Djaya, Andi Baso (29 Januari 2017). "Pembelajaran Putri Marino dari film Posesif". Beritagar. Diakses tanggal 9 Maret 2019.
- ^ "Film Posesif, Menyorot Bentuk Kekerasan yang Luput Disadari". Tempo. 13 Oktober 2017. Diakses tanggal 9 Maret 2019.
- ^ Djaya, Andi Baso (26 Januari 2017). "Kisah cinta posesif Adipati Dolken dan Putri Marino". Beritagar. Diakses tanggal 9 Maret 2019.