Kain tenun Nagekeo

Revisi sejak 20 Agustus 2019 07.15 oleh Tino Mite (bicara | kontrib)

Nagekeo merupakan Kabupatan, dengan ibukotanya Mbay terletak di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Kain tenun Nagekeo diwariskan secara turun temurun oleh para leluhur pada generasi penerus sebagai ahli waris dan sekaligus menjaga, memelihara dan menjadi nilai budaya dalam kegiatan adat pada ritual-ritual adat dibeberapa wilayah tersebut.

Di Nagekeo berkembang dua macam proses tenun. Proses pete (ikat) dan proses wo’i (sulaman). Pete dan wo’i adalah cara membuat pola pada bahan tenun. Duka bay (ragi bay) dan duka tonggo terkenal dengan pola-pola wajit dan matahari  berwarna kuning dan merah menyala diatas dasar hitam atau biru legam. Warna dan Motif

Suku Nage Keo menghasilkan tenunan yang menampilkan motif bintik-bintik kecil dari teknik ikat pembentuk motif floral. Jalur ikat ini dikombinasikan dengan jalur-jalur kecil lain berwarna putih, merah, dan biru polos.

Kain tenun untuk Wanita, didominasi warna hitam, putih dan merah dengan motif atau corak bunga-bunga. Sedangkan kain tenun untuk Pria, didominasi warna hitam dengan motif/corak belah ketupat warna kuning.

Tenun Nagekeo (http://nagekeopos.blogspot.com)

Pembuatan Warna

Ketika belum ada zat pewarna kimia, orang kampung menggunakan tanam perdu yang disebut tarum (talu dalam bahasa Keo) atau taru dalam bahasa Ende. Daun Tarum menghasilkan warna biru gelap (indigo blue) atau hitam kebiruan, berwana biru tua (deep blue).

Untuk warna terang yaitu warna kuning diperoleh dari kembo atau kaju kune. Kembo atau kaju kune atau pohon mengkudu. Dan yang digunakan adalah akar pohonnya dan terkadang dahan atau batang pohonnya. Kayu-kayunya di dibelah dan dipotong kecil kemudian direbus dan direndam bersama benang. Hasilnya warna kuning kemerahan atau jingga.

Proses Penenunan

Kain tenun Nagekeo terdiri dari 3 jenis, yaitu Hoba Nage, Ragi Woi dan Dawo. Orang Keo Tengah menyebut ketiga jenis kain ini dengan Dawo Nangge, Duka Wo’i dan Dawo Ende.

Hoba Nage (Dawo Nagge)

Merupakan kain tenun ikat. Disebut tenun ikat karena pola kain dibuat dengan ikatan tali pada benang kemudian dicelup dalam campuran warna sebelum ditenun. Pola tenun dan warna sangat khas. Tenunan ini berasal dari wilayah sekitar Boawae.

Motif dan Ragam

Tenun ikat nagekeo dengan motif dan ragam hias geometris kecil disebut Hoba berwarna dasar coklat atau hitam dengan motif dan ragam hias geometris yang kontras diatasnya. Hoba dari nagekeo ini dibagi atas :

   Hoba angi mite, seluruh sarung berwarna hitam diselingi beberapa garis berwarna biru
   Hoba angi woi sa wisa, seluruh sarung berwarna hitam diselingi hiasan berwarna merah,biru dan motif hiasan tertentu.
   Angi woi toto pata, seluruh sarung berwarna hitam dengan diberi hiasan tertentu.

Ragi Wo’i (Duka Wo’i)

Orang pantai Keo Tengah menyebutnya duka wo’i pembuatan pola dilakukan pada saat tenun. Benang warna di sisipkan seperti menyulam pada saat menenun. Ragi atau duka sering disebut duka Bay atau ragi Bay untuk hasil tenunan yang berasal dari wilayah Mbay dan Duka Tonggo untuk tenunan yang berasal dari pesisir selatan di Tonggo, Maunura, Maundai, Mauromba.[1]

  1. ^ admin, BonBon (20). "Kain Tenun Nagekeo Nusa Tenggara Timur". Kain Tenun Nagekeo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-08-20.