Unjuk rasa Hong Kong 2019–2020
Artikel ini membahas suatu peristiwa terkini. Informasi pada halaman ini dapat berubah setiap saat seiring dengan perkembangan peristiwa dan laporan berita awal mungkin tidak dapat diandalkan. Pembaruan terakhir untuk artikel ini mungkin tidak mencerminkan informasi terkini. Silakan hapus templat ini apabila sudah lebih dari satu bulan (June 2019) |
Unjuk rasa anti-RUU ekstradisi Hong Kong 2019 adalah serangkaian demonstrasi yang terjadi di Hong Kong dan beberapa kota lain di seluruh dunia yang menuntut pencabutan RUU (Amendemen) Peraturan Pelanggar Hukum Buronan dan Bantuan Hukum Bersama dalam Urusan Pidana 2019 yang diajukan oleh Pemerintah Hong Kong. Masyarakat khawatir kota ini akan masuk ke wilayah hukum daratan Tiongkok sehingga warga Hong Kong dapat dijerat oleh sistem hukum asing.
Unjuk rasa anti-RUU ekstradisi Hong Kong 2019 | |||
---|---|---|---|
Tanggal | 31 March 2019 – berlangsung (5 tahun, 7 bulan, 3 minggu dan 5 hari) | ||
Lokasi | Hong Kong:
| ||
Sebab | Pemerintah Hong Kong mengajukan RUU (Amendemen) Peraturan Pelanggar Hukum Buronan dan Bantuan Hukum Bersama dalam Urusan Pidana 2019 | ||
Tujuan |
| ||
Metode | Pendudukan, sit-in, pembangkangan sipil, unjuk rasa jalanan bergerak, aktivisme internet, mogok massal | ||
Status | Berlangsung | ||
Pihak terlibat | |||
| |||
Korban | |||
Terluka | 72[1] (per 12 Juni 2019) | ||
Tertawan | 19[2] (per 9 Juni 2019) |
Masyarakat dan kalangan pegiat hukum melakukan serangkaian unjuk rasa di Hong Kong. Unjuk rasa 9 Juni diadakan oleh Civil Human Rights Front (CHRF), diikuti oleh kurang lebih 1,03 juta orang, dan diliput oleh berbagai media massa.[3] Unjuk rasa juga dilakukan oleh diaspora warga Hong Kong di sejumlah negara.
Namun demikian, pemerintah bersikukuh ingin mengesahkan RUU ini untuk menutup "celah" hukum.[4] Sidang pembacaan RUU kedua awalnya dijadwalkan tanggal 12 Juni, tetapi tidak jadi karena terhambat unjuk rasa.[5] Sidang yang dijadwalkan keesokan harinya, 13 Juni, juga ditunda.[6]
Kepala Eksekutif Carrie Lam menunda pembahasan RUU ekstradisi pada 15 Juni[7] dan kemudian menyatakan RUU tersebut telah "mati" pada 9 Juli, menggunakan sebuah ungkapan bahasa Kanton yang ambigu (壽終正寢 Jyutping: sau6 zung1 zing3 cam2) yang dapat bermakna "mati dalam damai".[8][9][10] Akan tetapi, ia tidak menyatakan bahwa RUU tersebut dicabut sepenuhnya dari proses legislatif dan tidak kunjung merespon atas tuntutan pengunjuk rasa lainnya.[11][12] Anggota Dewan Eksekutif Hong Kong Regina Ip dan Bernard Charnwut Chan telah menyatakan bahwa pemerintah tidak bermaksud untuk membuat pernyataan konsesi lebih lanjut. Tetapi, mereka akan berfokus untuk menyiapkan kebijakan baru pada bulan Oktober dan menunggu momentum pengunjuk rasa yang menurun menjelang pemilu Dewan Distrik di bulan November.[13]
Unjuk rasa terus berlanjut setiap minggu, hingga Juli, seringkali meningkat menjadi konfrontasi antara polisi, aktivis pro-demokrasi, anggota geng triad yang pro-Beijing, dan warga setempat.[14] Sepanjang unjuk rasa, para peserta terus menuntut agar dilangsungkannya pemilu anggota Dewan Legislatif dan Kepala Eksekutif secara langsung, sebuah isu yang sempat memicu protes besar pada 2014.
Lihat pula
Referensi
- ^ "Hong Kong extradition: Police fire rubber bullets at protesters". BBC. Diakses tanggal 12 June 2019.
- ^ "Hong Kong police say nearly 360 protesters, most younger than 25, could face arrest for clashes after extradition protest march". South China Morning Post. Diakses tanggal 11 June 2019.
- ^ Kleefeld, Eric (9 June 2019). "Hundreds of thousands attend protest in Hong Kong over extradition bill". Vox. Diakses tanggal 10 June 2019.
- ^ "New extradition laws still urgent, says Carrie Lam". RTHK. Diakses tanggal 10 June 2019.
- ^ "Council meeting not to be held today". HKSAR Government Press Releases. 2019-06-12. Diakses tanggal 2019-06-12.
- ^ "Council meeting not to be held today". HKSAR Government Press Releases. 2019-06-13. Diakses tanggal 2019-06-13.
- ^ Gunia, Amy; Leung, Hillary; Barron, Laignee (15 June 2019). "Hong Kong Suspends Controversial China Extradition Bill After Massive Protests". Time. Diakses tanggal 30 July 2019.
- ^ "So the bill is 'dead'…but how dead, exactly? Lam's choice of words raises eyebrows". Coconuts Hong Kong. 9 July 2019. Diakses tanggal 17 July 2019.
- ^ Siu-fung, Lau; Mudie, Luisetta. "Hong Kong's Lam Says Extradition Bill is 'Dead,' Campaigners Skeptical". Radio Free Asia. Diakses tanggal 17 July 2019.
- ^ Kuo, Lily; Yu, Verna (9 July 2019). "Hong Kong: Carrie Lam says extradition bill is 'dead' but will not withdraw it". The Guardian. Diakses tanggal 17 July 2019.
- ^ "Hong Kong extradition bill 'is dead' says Lam". BBC. 9 July 2019. Diakses tanggal 9 July 2019.
- ^ Lee, Timothy (13 July 2019). "Why Hong Kong extradition protests continue: the bill is not 'dead' – it can be revived in 12 days". Hong Kong Free Press. Diakses tanggal 13 July 2019.
- ^ Bradsher, Keith (19 July 2019). "Hong Kong's Approach to Protesters: No More Concessions". The New York Times. Diakses tanggal 25 July 2019.
- ^ Ramzy, Austin (22 July 2019). "Mob Attack at Hong Kong Train Station Heightens Seething Tensions in City". The New York Times. Diakses tanggal 25 July 2019.