Suku Ende

suku bangsa di Indonesia
Revisi sejak 22 Agustus 2019 06.06 oleh Ullan 1997 (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi ''''Suku Ende''' adalah suku bangsa di Indonesia yang berdiam bagian tengah Pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur. Wilayah asal suku E...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Suku Ende adalah suku bangsa di Indonesia yang berdiam bagian tengah Pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur. Wilayah asal suku Ende dibagi menjadi tiga wilayah yaitu kecamatan Nangapanda, Ende, dan Ndona. wilayah asal orang Ende ini bertetangga dengan wilayah - wilayah kediaman suku bangsa Nagekeo disebelah barat, dan dengan wilayah kediaman suku bangsa bangsa lio disebelah Timur. lingkungan alam dari wilayah asal suku bangsa ini merupakan wilayah bergunung dan bukit berlekuk-lekuk tajam dan jarang ditemukan lahan basah.

Masyarakat di daerah ini khususnya dan penduduk pulau Flores umumnya seringkali menghadapi masalah kekurangan bahan makanan. hal ini dipengaruhi oleh keadaaan alam, sarana pertanian yang belum memadai, dan pengetahuan dalam meghadapi keadaan lingkungan semacam itu belum memadai. Dengan keadaan alam semacam itu, mereka banyak menanam tanaman singkong ( manihot utilissima ) yang sekaligus menjadi makanan pokok mereka secara turun temurun. makanan yang khas terbuat dari singkong itu bernama uwi ndota. Makanan khas ini dimakan dengan lauk ikan, misalnya ikan soa, ikan iu dan ikan terbang. lauk ini dibuat dengan bumbu khusus berupa ramuan cabe, kunyit, serai dan daun susu roa yang mengandung rasa asam. Sementara orang Ende yang makan nasi merasa belum puas kalau belum makan uwi ndota. Namun banyak sudah diantara mereka yang mengganti makanan tradisi ini dengan nasi. yang rupannya terkesan lebih bergengsi ( kompas, 9 - 2 - 1992 )

Pada masa lalu masyarakat Ende mengenal tiga lapisan sosial. Lapisan atas adalah kaum bangsawan, yang didaerah pesisir di sebut Ata Nggaeh dan diaerah pedalaman disebut Mosa Rabi. Dua lapisan lainnya adalah lapisan masyarakat biasa dan lapisan budak. mereka juga masih memiliki kesenian-kesenian tradisional seperti seni tari ( tarian gawi, mursi, waewali ). Bahasa yang dipakai adalah bahasa Ende.