Hadroh Betawi

Revisi sejak 21 September 2019 05.45 oleh LA ODE ABIDIN (bicara | kontrib) (Menambah Kategori:Budaya takbenda menggunakan HotCat)

Hadroh Betawi merupakan tradisi lisan masyarakat Jakarta Selatan yang menggunakan rebana. Umumnya seniman Hadroh Betawi hanya dapat menyebutkan dua generasi sebelumnya diperkirakan pada akhir abad 19. Hadroh Betawi diperkirakan berawal dari Jakarta Selatan lalu menyebar ke wilayah Jakarta[1]. Perkiraan ini berdasarkan kepada jumlah dan mutu grup Hadroh Betawi di Jakarta Selatan yang setingkat lebih menonjol dari pada wilayah lain. Irama pukulannya lebih dekat dengan musik rakyat Betawi di wilayah penggiringan seperti Rebana Biang. Tanjidor dan Topeng Betawi memperkuat kesan berasal dari Jakarta Selatan. Banyak kampung di wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan yang terdapat Rebana Ketimpring dan juga Hadroh Betawi seperti di Grogol Selatan, Kalibata, Duren Tiga, Utan Kayu, Kramat Sentiong, dsb. Fungsi ritual Hadroh Betawi[2] tidak sekuat Rebana Ketimpring, karena unsur hiburannya yang lebih menonjol. Tidak ada lagu atau bagian dalam pergelaran Hadroh Betawi dianggap sakral dan dibawakan secara hikmat, misalnya Asyraqal dalam pergelaran Rebana Ketimpring. Seluruh lagunya banyak menampilkan keterampilan musik dan keindahan vokal. Apabila dalm pembacaan syair Syaraful Anam banyak dibacakan vokal solo berupa Rawi dan Doa, dalam pergelaran Hadroh Betawi kedua hal tersebut tidak ada. Sebagai penggantinya dibacakan atau dimainkan lagu-lagu Rebana Dor atau Yalil. Rebana ini berfungsi sebagai hiburan. Rebana ini terdiri atas tiga instrumen yang posisi maupun fungsinya agak mirip, yakni: berfungsi sebagai komando, Ganjil/ Seling (penggiring), dan Gedug (pengiring). Bawa yang berfungsi sebagai komando irama pukulannya lebih rapat., Ganjil/Seling yang isi mengisi dengan bawa dan Gedug yang fungsinya mirip dengan Bass. Ciri khas dari tradisi Hadroh Betawi adalah Adu Zikir yaitu lomba menghafal syair-syair Diwan Hadroh maupun kitab maulid lainnya.

Rujukan

  1. ^ Fatahillah, Ibrahim; Fajar Lestari, Indri; Salsabila, Khairunnisa; Pratiwi, Ratna; Amalia, Tasya; Septiyaningsih, Ari; Kulsum, Umi; Hendi Ristanto, Rizhal; Sedayu, Agung (2018-06-30). "Inventarisasi Tumbuhan Paku di Jalur Ciwalen Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Jawa Barat". Biogenesis: Jurnal Ilmiah Biologi. 6 (1): 43–51. doi:10.24252/bio.v6i1.4023. ISSN 2302-1616. 
  2. ^ "Suku Betawi". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2019-08-22.