Tumpahan minyak Laut Jawa 2019
Artikel ini perlu dikembangkan agar dapat memenuhi kriteria sebagai entri Wikipedia. Bantulah untuk mengembangkan artikel ini. Jika tidak dikembangkan, artikel ini akan dihapus pada 9 Oktober 2019. |
Kebocoran minyak Laut Jawa 2019 adalah sebuah kebocoran minyak yang terjadi di lepas pantai di Laut Jawa, Indonesia. Peristiwa tersebut disebabkan oleh munculnya gelombang gas saat pengeboran sumur YYA-1 di Blok ONWJ (Offshore North West Java) milik Pertamina Hulu Energi ONWJ (PHE ONWJ) Insiden kebocoran minyak ini tengah ditanggulangi oleh Pertamina dengan melakukan penutupan sumur YYA-1 tersebut dengan menggunakan relief well.
Kebocoran minyak Laut Jawa 2019 | |
---|---|
Lokasi | Karawang, Jawa Barat, Indonesia |
Koordinat | 6°5′39″S 107°37′32.52″E / 6.09417°S 107.6257000°E |
Tanggal | 12 Juli 2019 |
Penyebab | |
Penyebab | Kebocoran pada sumur YYA-1 saat pengeboran |
Korban | none |
Operator | Pertamina Hulu Energi ONWJ |
Sifat kebocoran | |
Volume | max 3000 barrel/hari |
Kronologis Kejadian
Kejadian bermula pada 12 Juli 2019, sekitar pukul 01.30 WIB, saat dilakukan re-entry di sumur YYA-1 pada kegiatan reperforasi. Saat itu, muncul gelembung gas di Anjungan YY dan Rig Ensco-67 yang terletak di wilayah operasi offshore ONWJ.[1] Dugaan awalnya, gelembung gas muncul lantaran terjadi anomali tekanan pada saat reaktivasi sumur dilakukan. "Sumur YYA-1 merupakan sumur eks eksplorasi yang tahun 2011 dibor dengan nama YYA-4," ujar Dharmawan H Samsu, Direktur Hulu Pertamina dalam konferensi pers di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (25/7/2019). Selanjutnya, pada 14 Juli 2019 sekitar pukul 22.40 WIB, kondisi tersebut membuat seluruh pekerja yang bekerja di anjungan dan di sekitar area tersebut, dievakuasi ke tempat yang aman. Hingga pada keesokan harinya atau 15 Juli 2019, pihak PHE ONWJ pun akhirnya menyatakan kondisi darurat, sehingga langsung mengirimkan surat kepada SKK Migas dan Kementerian ESDM.[2] Pada 16 Juli 2019, dia melanjutkan, diketahui muncul lapisan minyak (oil sheen) di permukaan laut sekitar kemunculan gelembung gas. Tumpahan minyak kemudian terlihat di sekitar anjungan pada sehari berikutnya, atau 17 Juli 2019. Kemudian, tumpahan minyak itu mencapai ke pantai arah barat pada 18 Juli 2019.
Akibat
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Djoko Siswanto mengatakan, berdasarkan laporan dari tim di lapangan, semburan minyak terkait insiden oil spill atau tumpahan minyak di sekitar anjungan lepas pantai YY PHE ONWJ di sekitar anjungan YY di wilayah Karawang, Jawa Barat, kira-kira 3.000 barel per hari sejak 12 Juli.[3] Djoko menyampaikan, sebaran tumpahan minyak mengarah ke arah barat per hari ini, di mana ada delapan desa di Karawang dan Bekasi yang terdampak.
Penanganan
Pertamina Hulu Energi ONWJ berupaya meminimalisasi tumpahan minyak di pesisir Pantai Karawang, Bekasi dan Kepulauan Seribu. Kecepatan penanganan di sumber tumpahan minyak, tidak serta merta menghentikan laju penyebaran tumpahan minyak ke pantai. Sehingga tim oil combat di darat pun harus bergerak dengan cepat.
Di offshore, upaya menangani tumpahan minyak laut melalui pengoperasian penampung fluida, berupa perahu karet yang ditempatkan di bawah Anjungan YYA. Kemudian bila ada tumpahan minyak yang tidak tertampung di rubber boat, akan ditampung oleh static oil boom lapis pertama dan lapis kedua. Setelahnya akan ada movable oil boom yang akan mengejar minyak yang lolos. Tumpahan minyak yang tidak tertangkap di laut, dihalau dengan oil boom yang dipasang di 8 titik, di sepanjang garis pantai yaitu Desa Cemara Jaya, Desa Sedari, Desa Tambak Sari, Desa Tanjung Pakis, Desa Pantai Bakti, Desa Sungai Buntu, Desa Sukajaya dan Kepulauan Seribu. Oil boom yang dipasang oleh PHE ONWJ mencapai 5.865 meter.[4]
Dalam menangani wilayah untuk penanganan di wilayah pesisir pantai, Oil Spill Combact Team (OSCT) PHE ONWJ bekerja sama dengan TNI dan Polri serta masyarakat pesisir. Total personel yang terlibat dalam pembersihan tumpahan minyak, baik di darat maupun di laut per tanggal 19 Agustus 2019, sebanyak 1970 personel. Pemantauan penanganan oil spill di sekitar anjungan YYA dan wilayah terdampak juga terus berlanjut dengan patroli udara dan laut dalam radius 50 - 100 km dengan menggunakan helikopter milik Pelita Air Service. Adapun untuk patroli perairan menggunakan Kapal Patroli Ditpolair Baharkam POLRI di Perairan Karawang. Sedangkan untuk pelayanan masyarakat PHE ONWJ membuka 9 Posko Pelayanan Kesehatan, yaitu di daerah Ciwaru, Pusaka Jaya Utara, Sedari, Tambaksari, Batu Jaya, Tanjung Pakis, Cemara Jaya, Pasir Putih dan Kepulauan Seribu. Di posko ini disiagakan 6 dokter, 39 paramedik dan 5 ambulance.
Relief Well
Untuk mengatasi kebocoran di sumur YYA-1, PHE ONWJ menggunakan metode pengeboran relief well (sumur YYA-1 RW). Pengeboran dilakukan sejak 1 Agustus 2019. Relief well YYA-1RW digunakan untuk menginjeksikan fluida berupa lumpur berat agar sumur YYA-1 bisa ditutup permanen.[5] PHE ONWJ menggunakan Rig Jack Up Soehanah untuk pengeboran Relief Well tersebut.
Per 24 september 2019 PHE ONWJ telah mencapai milestone baru dalam penanganan sumur YYA-1 yaitu dengan keberhasilan proses "intercept" dimana sumur Relief Well telah berhasil terkoneksi dengan Sumur YYA -1 per Sabtu 21 September 2019 pukul 10.30 WIB.[6] PHE ONWJ juga memastikan pada 1 Oktober 2019 pihaknya akan berhasil mengunci secara permanen sumur YYA-1.
Referensi
- ^ "Kronologi Kebocoran Migas di Sumur YYA-1 ONWJ Menurut Pertamina". Tirto.id. 25 Juli 2019.
- ^ "Begini Kronologi Kebocoran Gas PHE ONWJ Versi Pertamina". msn.com. 25 Juli 2019.
- ^ "ESDM: Tumpahan Minyak di Karawang 3.000 Barel Per Hari". Republikaco.id. 29 Juli 2019.
- ^ "Tangani Tumpahan Minyak, Pertamina Pasang Oil Boom 5 KM". cnbcindonesia.com. 19 August 2019.
- ^ "Stop Gelembung Gas, PHE ONWJ Intensifkan Pengeboran Relief Well". sindonews.com. 12 Agustus 2019.
- ^ "Sumur YYA-1 Dapat Dikendalikan". mediaindonesia.com. 24 September 2019.