Kabupaten Simeulue
Berada kurang lebih 150 km dari lepas pantai barat Aceh, Kabupaten Simeulue berdiri tegar di tengah Samudra Hindia. Kabupaten Simeulue merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat sejak tahun 1999, dengan harapan pembangunan semakin ditingkatkan di kawasan ini.
Kabupaten Simeulue | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: "SIMEULUE ATEE FULAWAN" Artinya "SIMEULUE BERHATI EMAS" | |
Koordinat: 2°37′00″N 96°05′00″E / 2.61667°N 96.08333°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Nanggroe Aceh Darussalam |
Tanggal berdiri | 4 Oktober 1999 |
Dasar hukum | UU RI No. 48 Tahun 1999 |
Ibu kota | Sinabang |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Drs. H . DARMILI |
Luas | |
• Total | 2.310 km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi) |
Populasi | |
• Total | ± 82.000 (2.007) |
Demografi | |
Zona waktu | [[UTC]] |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0650 |
Kode Kemendagri | 11.09 |
DAU | - |
Situs web | - |
Karena posisi geografisnya yang terisolasi, hiruk-pikuk konflik di Aceh daratan tidak pernah berimbas di kawasan ini, bahkan tidak ada pergerakan GAM di kawasan kepulauan ini.
Kabupaten ini terkenal dengan hasil cengkehnya. Penduduk kawasan ini juga berprofil seperti orang Cina, dengan kulit kuning dan sipit dan mempunyai bahasa yang berbeda dengan Aceh daratan. Terdapat 3 bahasa utama yang dominan dalam pergaulan sehari-hari yakni bahasa Ulau, bahasa Sibigo dan bahasa Jamee. Bahasa Ulau (pulau) umumnya digunakan oleh penduduk yang berdomisili di Kecamatan Simeulue Timur, Teupah Selatan, Teupah Barat, Simeulue Tengah dan Teluk Dalam; bahasa Sibigo umumnya digunakan penduduk di Kecamatan Simeulue Barat, Alafan dan Salang; sedangkan bahasa Jamee (tamu) digunakan khususnya oleh para penduduk yang berdiam disekitar kota Sinabang dan sekitarnya yang umumnya perantau niaga dari Minang dan Mandailing.
Ibukota Kabupaten Simeulue Sinabang, kalau diucapkan dengan logat daerah adalah "Sinafang" yang artinya "senapan" atau senjata api, dimana dulunya Sinabang menjadi markas serdadu kompeni Belanda. Juga "Sibigo" ibukota kecamatan Simeulue Barat berasal dari kata/kalimat "CV & Co" karena masa-masa penjajahan dulu, Sibigo adalah lokasi "maskapai" pengolahan kayu Rasak - sejenis kayu sangat keras setara dengan Jati - yang dikirim ke Belanda via laut.
Hampir seluruh penduduk kepulauan ini beragama Islam. Masyarakat Simeulue mempunyai adat dan budaya tersendiri berbeda dengan saudara-saudaranya didaratan Aceh, salah satunya adalah seni ber-"Nandong", suatu seni nyanyi bertutur diiringi gendang tetabuhan dan biola yang ditampilkan semalam suntuk pada acara-acara tertentu dan istimewa. Terdapat pula seni yang sangat digemari sebahagian besar masyarakat, seni Debus, yaitu suatu seni bela diri kedigjayaan kekebalan tubuh terutama dari tusukan bacokan pedang, rencong, rantai besi membara, bambu/buluh serta benda-benda tajam lainnya, dan dari seni ini pulalah para pendekar Simeulue acap diundang ke manca negara.
Salah satu andalan Kabupaten Simeulue yang menjadi ciri khas adalah kerbau Simeulue yang meski ukurannya kecil, namun rasa dagingnya lebih manis daripada kerbau di daratan. Kerbau ini banyak dijual keluar Pulau Simeulue dan, karena kualitasnya prima, harganya pun menjadi tinggi.
Disamping itu dalam satu dasawarsa terakhir hasil pulau Simeulue yang sangat terkenal adalah udang Lobster (udang laut)yang cukup besar ukurannya dan telah diekspor ke luar daerah seperti Medan, Jakarta dan bahkan ke luar negeri Singapura & Malaysia. Hasil perkebunan rakyat lainnya adalah kopra yang berasal dari pohon kelapa yang tumbuh subur disepanjang pantai pulau Simeulue. Sedangkan hasil hutan yang menjadi sumber utama pabrik meubel di Cirebon- Jawa Barat adalah rotan. Diharapkan pula dalam tahun 2008 hasil perkebunan kelapa sawit murni milik rakyat dan swakelola pemerintah daerah Kabupaten Simeulue akan membuahkan hasil yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Simeulue.
Gempa Bumi dan Tsunami (Smong)
Gugusan pulau Simeulue yang terdiri beberapa pulau besar & kecil (± 40 buah) berada tepat diatas palung laut dunia dan pada pertemuan lempeng Asia dengan lempeng Australia sangat dekat dengan terjadinya gempa bumi dan tsunami tanggal 26 Desember 2004, namun jumlah korban jiwa akibat peristiwa tersebut relatif minim, hal ini disebabkan masyarakat setempat sudah mengenal secara turun menurun (kearifan lokal) peristiwa itu dengan sebutan Smong, dimana apabila terjadi gempa besar diikuti oleh surutnya air laut dari bibir pantai secara drastis dan mendadak, maka otomatis seluruh penduduk, tua muda, besar kecil beranjak meninggalkan lokasi menuju tempat-tempat ketinggian atau perbukitan guna menghindar dari terjangan smong atau tsunami.