Kartadirdja

Revisi sejak 9 Oktober 2019 03.37 oleh AABot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)

Kartadirdja merupakan sorang anak priyayi dengan gelar kebangsawanan raden mas, memiliki nama lengkap R.M. Kartadirdja[3]. Biografinya tidak diketahui secara pasti, hanya dapat disimpulkan dari novel karangannya dengan judul Tuhuning Katresnan (Balai Pustaka, 1919). Novel Tuhuning Katresanan mengangkat kisah dua sejoli di sebuah desa yang memiliki kendala di pandangan tradisional dari orangtua pihak gadis.

R.M.
Kartadirdja
Lahir10 Januari 1922
Kota Sawahlunto, Sumatra Barat, Hindia Belanda
Meninggal21 Desember 1989(1989-12-21) (umur 67)
Yogyakarta, Indonesia
Warga negara Indonesia
PekerjaanDiplomat, akademisi
GelarAnggota Konstituante
Masa jabatan1955–1959
PendahuluTidak ada (dibentuk)
PenggantiTidak ada (dibubarkan)
Partai politikPartai Sosialis Indonesia
Suami/istriRatmini Gandasubrata
Anak3 putri:
Kamala Chandrakirana
Isna Marifa
Galuh Wandita
Orang tuaSaleh Mangoendiningrat (ayah)
Isnadikin (ibu)
KerabatMiriam Budiardjo (adik perempuan)
Nugroho Wisnumurti (adik laki-laki)
Sutan Sjahrir (kakak ipar)[1]

Novel tersebut memiliki pengatar bahasa jawa ngoko. memiliki cerita dengan latar tempat di daerah pedesaan jawa. Dapat diketahui, penulis adalah seorang yang tinggal di daerah suku adat jawa keturunan priyayi yang setia mencintai budaya adat jawa berkat pendidikan modern barat. Kenyataannya, kisah cinta remaja desa itu mendapat persetujuan dari pihak orang tua sampai perkawinan.

Beberapa pemerhati sastra telah memberi tanggapan terhadap novel ini. Diantaranya Subalidinata (1994), Rass (1985), dan Widati dkk. (2001) memberi tanggapan yang serupa bahwa novel tersebut dikatakan sebagai katya yang mengangkat "perdebatan" antara generasi muda dan genarasi tua yang dimuat oleh tokoh Supa dan Orang Tua Kasiyah.

Terlihat Kartadirdja melakukan kritik terhadap pola pikir tradisional yang sedang marak di desa tempat tinggalnya. Ia menyaranakan untuk para orangtua agar lebih membuka diri dengan pemikiran baru, terutama dalam pemilihan pasangan hidup. pengarang tempak menjadi corong pemerintah dalam upaya mengubah pandangan tradisional masyarakat Jawa.


Rujukan

  1. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama ugm
  2. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama rmaf
  3. ^ Prabowo, D.P.; Sri Widati; Prapti Rahayu (2015). Ensiklopedi Sastra Jawa. yogyakarta: Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. hlm. 256. ISBN 978-979-185-235-7.