Madura
Madura adalah nama pulau yang terletak di sebelah timur laut Jawa Timur. Pulau Madura besarnya kurang lebih 5.250 km2 (lebih kecil daripada pulau Bali), dengan penduduk sekitar 4 juta jiwa.
Geografi | |
---|---|
Lokasi | Asia Tenggara |
Koordinat | 7°0′S 113°20′E / 7.000°S 113.333°E |
Kepulauan | Kepulauan Sunda Besar |
Luas | 4,250 km² km2 |
Pemerintahan | |
Negara | Indonesia |
Kependudukan | |
Penduduk | 3.525.000 jiwa |
Kepadatan | 829/km² jiwa/km2 |
Administrasi
Madura dibagi menjadi empat kabupaten, yaitu:
Pulau ini termasuk provinsi Jawa Timur dan memiliki nomor kendaraan bermotor sendiri, yaitu "M".Untuk informasi lebih lengkap tentang Pulau Madura silahkan kunjungi : website pulau-madura.com
Sejarah
Secara politis, Madura selama berabad-abad telah menjadi subordinat daerah kekuasaan yang berpusat di Jawa. Sekitar tahun 900-1500, pulau ini berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan Hindu Jawa timur seperti Kediri, Singhasari, dan Majapahit. Di antara tahun 1500 dan 1624, para penguasa Madura pada batas tertentu bergantung pada kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa seperti Demak, Gresik, dan Surabaya. Pada tahun 1624, Madura ditaklukkan oleh Mataram. Sesudah itu, pada paruh pertama abad kedelapan belas Madura berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda (mulai 1882), mula-mula oleh VOC, kemudian oleh pemerintah Hindia-Belanda. Pada saat pembagian provinsi pada tahun 1920-an, Madura menjadi bagian dari provinsi Jawa Timur.[1]
Ekonomi
Secara keseluruhan, Madura termasuk salah satu daerah miskin di provinsi Jawa Timur[2]. Tidak seperti Pulau Jawa, tanah di Madura kurang cukup subur untuk dijadikan tempat pertanian. Kesempatan ekonomi lain yang terbatas telah mengakibatkan pengangguran dan kemiskinan. Faktor-faktor ini telah mengakibatkan emigrasi jangka panjang dari Madura sehingga saat ini banyak masyarakat suku Madura tidak tinggal di Madura. Penduduk Madura termasuk peserta program transmigrasi terbanyak.
Pertanian subsisten (skala kecil untuk bertahan hidup) merupakan kegiatan ekonomi utama. Jagung dan singkong merupakan tanaman budi daya utama dalam pertanian subsisten di Madura, tersebar di banyak lahan kecil. Ternak sapi juga merupakan bagian penting ekonomi pertanian di pulau ini dan memberikan pemasukan tambahan bagi keluarga petani selain penting untuk kegiatan karapan sapi. Perikanan skala kecil juga penting dalam ekonomi subsisten di sana.
Tanaman budi daya yang paling komersial di Madura ialah tembakau. Tanah di pulau ini membantu menjadikan Madura sebagai produsen penting tembakau dan cengkeh bagi industri kretek domestik. Sejak zaman kolonial Belanda, Madura juga telah menjadi penghasil dan pengekspor utama garam.
Bangkalan yang terletak di ujung barat Madura telah mengalami industrialisasi sejak tahun 1980-an. Daerah ini mudah dijangkau dari Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia, dan dengan demikian berperan menjadi daerah suburban bagi para penglaju ke Surabaya, dan sebagai lokasi industri dan layanan yang diperlukan dekat dengan Surabaya. Jembatan Suramadu yang lama direncanakan dan kini sedang dalam tahap pembangunan diharapkan meningkatkan interaksi daerah Bangkalan dengan ekonomi regional.
Budaya
Madura terkenal dengan budaya Karapan sapinya.
Daftar tokoh
Lain-lain
- Kiai Pragalbo ...-1531. Ayah dari:
- Kiai Pratanu Panembahan Lemah Duwur 1531-1592. Ayah dari:
- Pangeran Tengah 1592-1621. Saudara dari:
- Pangeran Mas 1621-1624
- Pangeran Praseno Pangéran Tjokro di Ningrat I 1624-1647. Anak dari Tengah and Ayah dari:
- Pangeran Tjokro di Ningrat II 1647-1707, Panembahan 1705. Ayah dari:
- Raden Temenggong Sosro di Ningrat Pangeran Tjokro di Ningrat III 1707-1718. Saudara dari:
- Raden Temenggong Suro di Ningrat Pangeran Tjokro di Ningrat IV 1718-1736. Ayah dari:
- Raden Adipati Sejo Adi Ningrat I Panembahan Tjokro di Ningrat V 1736-1769. Kakek dari:
- Raden Adipati Sejo Adi Ningrat II Panembahan Adipati Tjokro di Ningrat VI 1769-1779
- Panembahan Adipati Tjokro di Ningrat VII 1779-1815, Sultan Bangkalan 1808-1815. Anak dari Tjokro di Ningrat V dan Ayah dari:
- Tjokro di Ningrat VIII, Sultan Bangkalan 1815-1847. Saudara dari:
- Panembahan Tjokro di Ningrat IX, Sultan Bangkalan 1847-1862. Ayah dari:
- Panembahan Tjokro di Ningrat X, Sultan Bangkalan 1862-1882.
(sumber: A.M.H.J. Stokvis, Manuel d’histoire, de généalogie et de chronologie de tous les Etats du globe..., Boekhandel & Antiquariaat B.M. Israël, Leiden 1888-1893, 1966)
Referensi
- ^ Van Dijk, K., de Jonge, H. & Touwen-Bouwsma, E., Introduction, di dalam: van Dijk et al. (penyunting), Across Madura Strait: the dynamics of an insular society, Leiden: KITLV Press, 1995, hlm. 1-6.
- ^ Rachbini, D.J., Conditions and consequences of industrialization in Madura, di dalam: van Dijk et al. (penyunting), Across Madura Strait: the dynamics of an insular society, Leiden: KITLV Press, 1995, hlm. 209-220.
Lihat pula
- bahasa Madura
- Kepulauan Kangean
Pranala luar
- (Inggris) Legenda tentang pulau Madura