Kakap (perahu)

Perahu pesisir dari Nusantara
Revisi sejak 31 Oktober 2019 16.22 oleh Verosaurus (bicara | kontrib) (Gambar)

Kakap adalah perahu pesisir atau perahu sungai sempit yang digunakan untuk menangkap ikan di Indonesia, Malaysia, dan Brunei.[1][2] Kakap merupakan perahu yang sering digunakan oleh orang Illanun sebagai perahu bantuan atau tambahan untuk melakukan perompakan di kawasan pesisir. Bagi orang Melayu, perahu jenis ini digunakan sebagai perahu perang atau perahu angkut.[3]

Kakap jeram, perahu nelayan dari Selangor.

Etimologi

Nama kakap berasal dari kata Melayu yang berarti "mata-mata", "pengintai", dan "pengawas". Dengan demikian, namanya berarti "jenis perahu yang digunakan untuk mengintai".[4]

Deskripsi

Kakap lebih ringan dari penjajap dan menggunakan satu tiang dan layar berbentuk segi empat. Papan pada lambung kakap tidak dipaku, tetapi dilekatkan menggunakan teknik pasak kayu dan diperkuat dengan ikatan rotan. Kakap yang besar mampu mencapai 8 meter panjangnya dan mampu membawa 10 orang awak kapal. Biasanya awak-awak perahu ini merupakan awak-awak kapal penjajap.

Peran

Kakap tidak belayar sendirian dan sering mengiringi penjajap serta digunakan sebagai peninjau dalam aktivitas perompakan. Jika kapal-kapal dagang bertemu dengan perahu jenis ini, sudah pasti ada penjajap atau lanong yang bersembunyi di sekitar perairan itu. Kakap juga sesuai digunakan untuk menyusuri pantai dan berlayar hingga ke sungai yang menemui muara laut. Jika diserang, kakap mampu mendarat dengan mudah di kawasan pantai atau tepi sungai untuk memudahkan awak kapal melarikan diri ke kawasan hutan bakau atau palem sambil membawa perahu itu bersama mereka. Orang laut menggunakan kakap yang dapat memuat 20 orang yang digunakan untuk kegiatan merompak di laut.[5]

Lihat pula

Rujukan

  1. ^ Hussin, Nordin (2007). Trade and Society in the Straits of Melaka: Dutch Melaka and English Penang, 1780-1830. NUS Press. hlm. 64. ISBN 9789971693541. 
  2. ^ Vogel, Jaap (2016). "J.C. Van Leur, 1908-1942: A Short Life History". Dalam Blussé, Leonard; Gaastra, Femme S. On the Eighteenth Century as a Category of Asian History: Van Leur in Retrospect. Routledge. ISBN 9781351913720. 
  3. ^ Warren, J.F. The Sulu Zone, 1768-1898. Singapura: The Singapore University Press
  4. ^ Smyth, H. Warington (May 16, 1902). "Boats and Boat Building In the Malay Peninsula". The Journal of the Society of Arts. 50 – via JSTOR. 
  5. ^ Mohamed Zen (2002). Orang Laut: Studi Etnopedagogi. Bandung: Penerbit Yayasan Bahari Nusantara