Okky Madasari

pengarang asal Indonesia
Revisi sejak 1 November 2019 00.38 oleh AABot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)

Okky Puspa Madasari yang juga dikenal sebagai Okky Madasari adalah seorang pengarang Indonesia pemenang Sastra Khatulistiwa tahun 2012 untuk novel ketiganya, Maryam.[1] Pada usia 28 tahun, Okky merupakan pemenang termuda.

Okky Madasari
LahirOkky Puspa Madasari
30 Oktober 1984 (umur 39)
Magetan, Indonesia
PekerjaanPengarang, Jurnalis
KebangsaanIndonesia
Periode2010 – sekarang
PenghargaanPenghargaan Sastra Khatulistiwa 2012
Website
www.okkymadasari.net

Novel pertamanya, Entrok, bercerita mengenai kehidupan di bawah kekuasaan totalitarian dan militerisme pada zaman Orde Baru di Indonesia, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan pada Juli 2013 dengan judul The Years of the Voiceless.[2][3][4][5] Dua novel lainnya, Maryam dan Pasung Jiwa[6], juga diterjemahkan dalam bahasa Inggris masing-masing dengan judul The Outcast dan Bound.

Pada bulan Mei 2016, Okky menerbitkan novel kelimanya, Kerumunan Terakhir, yang bercerita tentang kegagapan generasi muda dalam menghadapi perubahan zaman utamanya yang disebabkan oleh kehadiran teknologi.[7]

Okky lahir pada 30 Oktober 1984 di Magetan, Jawa Timur, Indonesia. Ia lulus dari Jurusan Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada pada 2005 dengan Gelar Sarjana dalam bidang Ilmu Pengetahuan Politik. Ia memilih untuk menjadi jurnalis dan penulis sejak kelulusannya. Pada 2012, ia mengambil jurusan sosiologi untuk gelar Master-nya dari Universitas Indonesia, dan lulus pada Juli 2014 dengan tesis berjudul Genealogi Novel-Novel Indonesia: Kapitalisme, Islam dan Sastra Perlawanan.

Okky kemudian memperoleh beasiswa penuh dari National University of Singapore (NUS) pada tahun 2019 untuk menempuh program doktor pada universitas tersebut. Okky sekarang sedang menyiapkan tesis doktoralnya tentang sensor budaya setelah era rezim Suharto.

Kehidupan pribadi

Okky menikah dengan Abdul Khalik, seorang jurnalis pada surat-surat kabar berbahasa Inggris di Indonesia (The Jakarta Post, 2003-2012, dan Jakarta Globe, 2012-sekarang).[8] Keduanya bertemu ketika keduanya menghadiri Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa melawan Korupsi (UNCAC) di Bali pada Januari 2008 sebelum mereka menikah pada Desember 2008. Dalam setiap novelnya, ia menjadikan suaminya sebagai pembaca pertamanya dan mitra dalam diskusi untuk gagasan pada novel-novelnya.

Buku

  1. Entrok (2010)
  2. 86 (2011)
  3. Maryam (2012)
  4. Pasung Jiwa (2013)
  5. Kerumunan Terakhir (2016)
  6. Yang Bertahan dan Binasa Perlahan (2017)
  7. Mata di Tanah Melus (2018)
  8. Mata dan Rahasia Pulau Gapi (2018)
  9. Mata dan Manusia Laut (2019)

Referensi