== KABUPATEN WAJO ==
= Coretanku asal tulis buat PEMDA =
KerajaanTertua
Tanah Ugi (Tanah Bugis) terbentang di selatan Sulawesi dimana suku yang memiliki agama dan kitab suci sendiri tanpa terpengaruh dari dunia luar.Tidak seperti bahagian Asia Tenggara yang lain, Tanah Bugis tidak banyak menerima pengaruh India di dalam kebudayaan mereka. Komunitas di Tanah Bugis menentang asimilasi budaya luar.Dan mulai menerima setelah Islam masuk ke Tanah Bugis.
Dan Berawal dari isi epos I La Galigo tersebar beberapa kerajaan tertua di daratan tanah bugis yaitu :
1. Wewang Nriwu'
2. Luwu'
3. Tompoktikka
4. Cina /Pammana (Wajo )
5. Soppeng
6. Sidenreng
Namun pada kenyataannya kerajaan Wewang Nriwu' dan Tompoktikka hilang dalam sejarah dan sebagian sejarahwan ataupun peneliti berpendapat bahwa kedua kerajaan ini tidak wujud.Namun dilihat dari segi mitos di kebudayaan bugis kerajaan ini ada karena jelas tertulis dalam epos I La galigo dan dipercaya sebagian To’Lautang (Pengikut ajaran Sawerigading) yang tersebar didaerah Amparitta (SIDRAP) dimana mereka menganggap I La Galigo bukanlah Epos melainkan kitab Suci yang sakral. Yang mana anda percaya atau anda yakini……..? Semoga aja Tana’ Ugi adalah titik dimana tempatnya benua Atlantis yang hilang dilihat dari hasil penemuan Aryo Santos yang mengatakan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia.Apalagi pulau Sulawesi adalah satu-satunya pulau di Indonesia yang tidak berkaitan dengan pulau-pulau lain seperti contoh pulau Sumatra dan Jawa saling berkaitan dengan benua Asia.
Kerajaan-Kerajaan di Tanah Bugis banyak mengalami pergeseran karena adanya perubahan geografis,sosial,politik dan agama.Semoga sejarah keenam kerajaan tertua di tanah Bugis bisa tergali dan menjadi sejarah yang bisa merbah kembali buku sjarah yang kita pelajari dibangku pendidikan. (Mana Ne…….. Generasi Tanah bugis…..jangan… Demo aja…..perhatikan sejarah dan budayamu…)
Kerajaan abad ke 13-15
Luwu', yang dianggap sebagai ketua bagi komuniti Bugis, mendominasi kebanyakkan kawasan di Tana Ugi, sepanjang sungai Welennae, tanah pertanian di sebelah timur, sepanjang persisiran pantai yang menghadap Teluk Bone, Semenanjung Bira, Pulau Selayar dan Tanjung Bantaeng. Pada awal abad ke 15, Luwu' menguasai Sungai Cenrana yang menghubungkan laut, di hulu sungai pula terdapat beberapa kerajaan kecil. Luwu' mencoba melebarkan pengaruhnya di bagian barat, yang menghubungkan antara Selat Makassar dan Sungai Cenrana, untuk perdagangan sumber-sumber asli di sebelah barat, mineral dari pergunungan Toraja dan sumber pertanian sepanjang Sungai Welennae. Di hulu Sungai Cenrana pula, kerajaan Wajo' terbentuk dibawah pengaruh raja yang bergelar 'Arung Matoa’. Di sebelah selatan kerajaan Bone, di bawah pemerintahan Raja Kerrampelua, sedang meluaskan pemerintahanya. Sidenreng, terletak di bahagian barat telah memilih untuk berlindung di bawah Addatuang Soppeng. Pada masa yang sama, Sawitto', Alitta, Suppa', Bacukiki' dan Rappang, juga terletak di sebelah barat telah membentuk satu konfederasi dinamakan ' Aja'tappareng ' sekaligus menyebabkan Luwuk hilang pengaruh kawasan ini. Addatuang Soppeng pula terperangkap di antara Sidenreng, Wajo' dan Bone. Di pesisir barat Bantaeng muncul kerajaan Goa dan Tallo' dimana rajanya bergelar Daeng Matanre' (Bulbeck gambar peta Portugis tahun 1535. ('History Archeology':117)).
Pada tahun 1508, Luwu' menyerang Bone. Luwuk mengalami kekalahan. Dewaraja, melarikan diri, hampir dibunuh jika tidak amanat Raja Bone kepada pasukannya untuk tidak 'menyentuh' Dewaraja. Akan tetapi Payung Merah milik Luwu' yang menjadi simbol tertua dan tertinggi dimiliki Bone sekaligus mengakhiri symbol tertua Luwu' di Tanah Bugis.Namun dalam hal ini Luwu' masih disanjung tinggi dan dihormati oleh kerajaan-kerajaan lain di Tanah Bugis sebagai Cikal Bakal. Kemangkatan Dewaraja raja Luwuk digantikan oleh Raja Sanggaria, memulai konflik baru diantara kerajaan di tanah bugis dimana pada saat itu Daeng Mantare membantu Bone melawan Luwuk. Pada sekitar tahun 1535, Sanggaria kemudian mendapatkan perlindungan dari Arung Matoa Wajo'. Kesempatan ini direbut oleh Bone dan Gowa di mana Luwuk kemudiannya terpaksa menandatangani perjanjian mengakui kekalahannya dan akan tunduk atas Bone,Gowa dan Soppeng. Dan akhirnya menentang Wajo' atas tindakan Wajo' yang bersifat neutral.Karena sebelumnya ada keterikatan erat antara Wajo dan Luwuk karena letak wilayah sejarah dimana kerajaan tua Bugis yaitu Kerajaan Cina (Pammana) adalah bagian dari Wajo.Didalam pertemuan sebelum mangkatnya Dewaraja dan Arung Matoa Puang ri Ma'galatung pada tahun 1509, Dewaraja bersetuju untuk menyerahkan kawasan di sepanjang Sungai Cenrana kepada Wajo' sebagai pertukaran Wajo' hendaklah membantu Luwu' menguasai Sidenreng dimana akhirnya Sidenreng dikuasai oleh Luwuk dan Sidenrang menyerahkan kepada Wajo' kawasan timur laut dan utara. Kerajaan Wajo akhirnya berdiri tegak tanpa adanya sekutu sehingga dibawah Arung Matoa Puang ri Ma'galatung pada abad 14-15 inilah Kerajaan Wajo menggapai masa keemasannya.Dimana akhirnya juga meletakkan Kerajaan Luwuk dibawah pemerintahan Wajo.(Arung Matoa Puang ri Ma’Galatung dilantik menjadi Arung Matoa Wajo tepatnya pada tahun 1409) Arung Matoa Puang ri Ma'galatung, seorang raja yang disegani oleh raja-raja Bugis, dan berjaya menjadikan Wajo' sebagai salah satu kerajaan utama Bugis.
RANGKUMAN KERAS tapi asal tulis dan boleh dikomentari……yang penting tetap satu…..tawwa…
Dilihat dari segi abad 15 bahwa munculya kerajaan-kerajan di tanah Bugis berdampak terpecah belahnya kawasan di Tanah Bugis menjadikan Suku Bugis akhirnya terbagi menjadi Ras dan tingkatan-tingkatan bangsawan yang berbeda walaupun pada dasarnya istilah kebangsawanan tersebut banyak yang belum jelas kapan digunakannya.Kemunculan beberapa kerajaan seperti Luwuk,Wajo,Bone ,Gowa,Soppeng dan lain-lain banyak disalah artikan.Dalam arti bahwa nama kerajaan tersebut bukan berarti indekti dengan suku atau ras tersebut.Namun pada akhirnya adanya kerajaan-kerajaan tersebut menjadikan identitas suku atau ras tersebut,seperti contoh bila kita menyakan identitas orang bugis selalu diikuti nama daerahnya. (Bugis Luwu,Bugis Wajo,Bugis Bone) padahal hal ini akan mengalami pergeseran nilai didalam struktur kesukuan Bugis dimana contoh yang paling menonjol adalah istilah Makassar padahal pada dasarnya Makassar adalah bagian erat struktur Bugis yang menjadi satu pun menjadi istilah trend Bugis-Makassar.Yang harus kita pahami bahwa Kerajaan Luwuk adalah sosok tertua namun bukan berarti orang yang tinggal didaerah Luwuk menjadi utama kenapa harus menjadi nama Kerajaan Luwuk karena daerah tersebut bernama Luwuk tetapi tetap orang Bugis.Dan begitu pula juga daerah lain.
Adanya perbedaan bahasa atau dialek ini merupakan karena letak geografis dan pengaruh luar di dareah Tanah Bugis.Sebaiknya kita saling berpegangan erat bahwa Suku Bugis itu hanya satu dimulai atau dikenal dengan dengan kerajaan tertuanya Luwuk dan terbagi dengan berbagai daerah atau istilah Bugis ‘Abbanuang’.tidak ada perbedaan antara Luwu,Wajo,Bone,Soppeng,Gowa dan lain-lain tetap satu menjadi istilah suku Bugis. Semoga kawasan Sulawesi Selatan tidak terpecah lagi setelah bagian Barat telah memisahkan diri dan berharap bagian barat (Sulawesi Barat) menggagap sebagai kesatuan dari suku Bugis.
Istilah kebangsawanan pun pada era saat ini mulai marak sebaggai contoh istilah ANDI yang selalu terpaut pada nama seseorang sebagai gelar keturunan bangsawanan.Namun padahal istilah ini pun kita belum jelas kapan mulai diperkenalkan atau digunakan dalam structural keturunan raja-raja Bugis karena dilihat dari segi sejarah silsilah raja-raja Bugis kuno tidak ada kata ANDI dalam pengungkapan gelar raja.EH………. Tapi yang punya nama ANDI jangan tersinggung inikan Cuma Wacana, kalo ada yang tau kapan dipake istilah ini atau di Kerajaan mana istilah ini pertama Kali digunakan sekalian…. Tahunnya…ya..?
Bagaimanapun saya bangga dilahirkan berdarah Bugis tapi sedih dengan sejarah Bugis yang mulai punah dan terlantar.
Dan dalam wacana ini saya ingin sampaikan kepada PEMDA KAB.WAJO mohon bisa lebih dicermati pelestarian situs sejarah darerah Kab.Wajo khususnya KAWASAN KAMPUNG CINA (PAMMANA) bisa lebih diperhatikan.Ada beberapa tempat sampai saat ini tidak diperhatikan kelestariannya, sebagai contoh :
Kompleks Pemakaman Petta Langkanang dan We’Cudai dan sekitarnya dalam kategori rusak berat Kompleks Pemakaman Jarae Lagosi disini terdapat puluhan makam raja-raja Wajo yang tidak bisa saya sebutkan dan makam ulama besar Wajo Zainal Abidin.dalam kategori rusak berat Geddong Lagosi kategori lumayan mulai diperhatikan (THX buat alm.Petta Tappu dan Petta Caddi sebagai juru kunci) Kompleks Masjid Tua Tosora beserta kompleks pemakamannya yang juga disebut Faso Mariam (Batu Nisan Meriam Belanda)dan disini juga terdapat ulama besar Islam berasal dari tanah Jawa. 1 Kompleks pemakaman PettaUlaweng (Pammana) 2 Kompleks pemakaman Puang Lacanring (Sumpa Baka) 3 Situs Batu Falungeng We I Cudai (Desa We Cudai) …… kenapa nggak diangkat dibawa ke museum…. Munkin batu biasa aja kali ye…. Ntar 4 kalo gue kesitu gue photo untuk PEMDA WAJO dech tapi agak takut juga mikir masih fallawangeng….. (istilah ini orang Bugis aja yang tau) 5 Soraja Tempe dicoba bangun kembali dech… semoga bisa jadi symbol 6 Soraja Lagosi kayaknya udah ikut ambruk juga dech. 7 Apalagi Soraja di Tosora ntah nanti kalo gue punyak anak bawa ke Tosora ….? Gue Bilang apa kalo ini kampong adalah cikal bakalnya Wajo tapi mane…? Buktinya 8 Kompleks Pemakaman dan situs raja-raja Wajo (Tosora) En…. Kayaknya sich masih banyak ntar PEMDA KAB.WAJO sendiri yang melihat…. Wacana ini banyak dikutip dari referensi luar,yaitu :
1. Serambi Makassar's Site 2. Aryo Santos (Atlantis) 3. Wikipedia Indonesia (Warung Kopi) 4. Majalah Tempo 5. En Lain-lain tapi kalo ada yang merasa dikutip temple aja dech…. Nggak apa-2 namanya juga wacana untuk membangun dan melestarikan budaya bangsa