Tanneke Burki

Revisi sejak 16 November 2019 06.31 oleh Wahyuniwika90 (bicara | kontrib) (membuat artikel baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Tanneke Burki adalah seorang penari sekaligus guru ballet . Ia lahir di Bandung pada tanggal 29 Mei 1938. Ia adalah anak tunggal yang dibesarkan dalam keluarga yang mencintai ballet. Ibu Tanneke bernama Poppy Manoppo Labraen, asal Manado yang merupakan penari ballet didikan Gina Meloncelli, penari ballet populer asal Italia. Ayah Tanneke bernama van Burkis yang berasal dari Belanda. Ayahnya meninggal dalam kamp interniran Jepang ketika Tanneke berusia 6 tahun. Tanneke merupakan lulusan IKIP Bandung jurusan Sastra Inggris, namun ia sama sekali tidak berkecimpung sesuai bidan pendidikannya tersebut. Ia lebiih tertarik untuk membina sanggar tari. Ia mengajar tari di studio tari di Jalan R.E. Martadinata 69, Bandung yang tidak memiliiki papan nama. Dalam menjalankan sanggar tari miliknya, Tanneke dibantu oleh sang suami, Bahram, dan putranya yang kedua yang bernama Vicky. Untuk diketahui, suami Tanneke adalah juara ball room Jawa Barat pada tahun 1960. Anak pertama Tanneke dari almarhum pengarang Iwan Simatupang yang bernama Victoria, kini menjadi cantrik di pedepokan Bagong Kussudiarjo di Ygyakarta.Di samping membuka sanggar tari, Tanneke juga mengajar di Rumah Sakit Hasan Sadikin dan di Sekolah Istri Bijaksna Bandung.

Tanneke mengingat saat pertama kali muncul sebagai penari ballet di atas panggung. Ia memiliki kesan mendalam ketika tampil bersama Bagong Kussudiarjo pada tahun 1962. Dalam pagelaran di Gedung Kesenian Pasar Baru, Jakarta, ia tampil sebagai Dewi Nawangwulan dari cerita Jaka Tarub dan sebagai kuda binal dalam nomor tari berjudul Kudaku.

Tanneke merasa "tidak murtad atau mengabaikan tari tradisional Indonesia" karena ia juga mempelajari tari dari Sunda, Jawa, Aceh, Sumatera Barat, Irian, dan Sulawesi. Sebagai seorang pencipta, Tanneke telah membuahkan beberapa karya, antara lain Cahaya yang Padam (1961), Malam dan Ramayana I (1961), Kudaku (1962), Ramayana II (1971), dan Ramayana III (1980). Tanneke juga pernah berkunjung ke Prancis, Jerman, Belanda, dan Inggris untuk mempelajari perkembangan baru di dunia ballet.

Tanneke mengembangkan sebuah senam yang bernama senam seks. ia mengembangkannya bersma dokter ahli kelamin, dr. Waloejo Soemodilogo (61 tahun) sejak tahun 1962. Menurut Tanneke, senam seks bukan sesuatu hal yang baru, bahkan dapat dikatakan sama dengan senam hamil. gerakan senam seks dapat dilakukan dalam berbagai posisi yang bertujuan agar otot perut, pantat, paha, pinggang, dan juga di sekitar vagina dapat digerakkan secara selaras. Namun, ia dan rekannya pernah diperiksa oleh Kejaksaan Negeri di Bandung karena dianggap menyebarkan kegiatan yang dianggap porno. Peristiwa itu berawal setelah ia memperagakan senam seks di depan 300 anggota Badan Kontak Organisasi Wanita Jawa Barat pada tahun 1972. Tanneke membantah dengan menyatakan tujuan senam ini untuk meminimalisir perselingkuhan para suami. Selain itu, ia juga menyatakan bahwa senam seks bukan hanya untuk wanita, tapi juga bisa dilakukan oleh pria. Pelatih senam seks bagi pria akan dibimbing khusus oleh suaminya sendiri, bahram.