Sejarah budaya Natal
Artikel ini mungkin mengandung riset asli. |
Kisah Natal berasal dari Injil Santo Lukas dan Santo Matius dalam Perjanjian Baru. Menurut Lukas, seorang malaikat memunculkan diri kepada para gembala di luar kota Betlehem dan mengabari mereka tentang lahirnya Yesus. Matius juga menceritakan bagaimana orang-orang bijak, yang disebut para majus, mengikuti bintang terang yang menunjukkan kepada mereka di mana Yesus berada.
Ada isu bahwa hari Natal baru dirayakan tahun 336 Masehi pada kalender Romawi kuno, yaitu pada tanggal 25 Desember. yaitu pada zaman Kaisar Julian. Kaisar Julian membuat hari raya baru untuk menyaingi Hari Natal, dyaitu membuat Hari Raya Kelahiran Dewa Matahari yang tak terkalahkan. Hari Raya memperingati Kelahiran Dewa Matahari dirayakan selama 2 minggu di bulan Desember antara tangga 7-22 Desember. Sebagai bagian dari perayaan tersebut, masyarakat menyiapkan makanan khusus, menghiasi rumah mereka dengan daun-daunan hijau, menyanyi bersama dan tukar-menukar hadiah. Kebiasaan-kebiasaan itu lama-kelamaan menjadi bagian dari perayaan Natal. Pada akhir tahun 300-an Masehi agama Kristen menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi.
Namun dalam catatan Bapa-Bapa Gereja, Natal sudah ditulis oleh banyak Bapa-Bapa Gereja sebelum tahun 336 M, sebelum Kaisar Julian hidup. Catatan tertua dapat dilihat dalam Coptic Didascalia Apostolurum tulisan Demitrius dari Alexandria dari tahun 170 M. Demitrius menulis: 'Rayakanlah Hari kelahiran Tuhan kita pada tanggal 29 bulan Khiak (bulan ke-4 kalender Mesir) atau tanggal 25 Kislev (bulan ke-9 kalender Ibrani). dimana konversi tanggal 29 bulan Khiak (atau tanggal 25 bulan kislev) jatuh pada tanggal 25 Desember. Kelahiran Yesus jika mengikuti kalender Ibrani jatuh tanggal 25 Kislev, hal ini bertepatan dengan perayaan Hanukkah Yahudi. Orang Kristen Mesianik di Israel saat ini menyebut Natal dengan istilah Chrismukkah, kata gabungan Christmas dengan Hanukkah, kana Kristus lahir bertepatan dengan Hanukkah Yahudi. Teofilus dari Antiokhia pada tahun 180 M menulis bahwa Yesus lahir pada tanggal 25 Desember. Julius Africanus orang Kristen dari abad 2-3 M menuliskan saat dia berziarah ke Palestina, bahwa orang-orang Kristen merayakan Natal tanggal 25 Desember. Irrenaues Uskup Lyon dari Prancis, murid Polikarpus yang adalah murid Rasul Yohanes pada abad 2 menulis, bahwa Maria ditemui malaikat Gabriel yang membawa kabar sukacita adalah tanggal 25 Maret. ini indikasi kelahiran Yesus 9 bulan kemudian adalah tanggal 25 Desember. Hippolytus dari Roma di akhir abad 2 awal abad 3 M menulis, bahwa Yesus lahir 8 hari sebelum 1 Januari. menunjukkan Yesus lahir tanggal 25 Desember. Yang mana tanggal 25 Desember yang dimaksud Bapa-Bapa Gereja adalaha 25 Desember menurut kalender Julian, kalender roma sebelum diberlakukannya kalender Gregorian Jemaat Kristen mula-mula sudah merayakan Natal sebelum Kaisar Julian si kafir membuat Hari Raya Kelahiran Dewa Matahari Yang Tak Terkalahkan pada tahun 336 M.
Ada perbedaan perayaan Natal antara Gereja Katolik, Protestan dengan Gereja-Gereja Orthodox. Gereja Katolik Roma dan Protestan merayakan Natal tanggal 25 Desember kalender Gregorian. Sedangkan perayaan Natal pada Gereja-Gereja Orthodox (Coptic Orthodox, Ethiopia Orthodox, Armenian Orthodox, Syria Orthodox dll) jatuh pada tanggal 6 Januari (kalender Gregorian). Perbedaan ini karena Gereja-Gereja Orthodox memakai patokan kalender Julian, dimana tanggal 25 Desember kalender Julian jatuh pada tanggal 6 Januari kalender Gregorian. Masalah ini hanya menyangkut pemakaian kalender Julian yang lama dengan kalender Gregorian yang baru, namun semua Gereja tetap mengacu pada tanggal 25 Desember baik yang memakai kalender Julian atau Gregorian.
Pada tahun 1100 Natal telah menjadi perayaan keagamaan terpenting di Eropa, di banyak negara-negara di Eropa dengan Santo Nikolas sebagai lambang usaha untuk saling memberi. Hari Natal semakin tenar hingga masa Reformasi, suatu gerakan keagamaan pada tahun 1500-an . Gerakan ini melahirkan agama Protestan. Pada masa Reformasi, banyak orang Kristen yang mulai menyebut Hari Natal sebagai hari raya kafir karena mengikutsertakan kebiasaan tanpa dasar keagamaan yang sah. Pada tahun 1600-an, karena adanya perasaan tidak enak itu, Natal dilarang di Inggris dan banyak koloni Inggris di Amerika. Namun, masyarakat tetap meneruskan kebiasaan tukar-menukar kado dan tak lama kemudian kembali kepada kebiasaan semula.
Pada tahun 1800-an, ada dua kebiasaan baru yang dilakukan pada hari Natal, yaitu menghias pohon Natal dan mengirimkan kartu kepada sanak saudara dan teman-teman. Di Amerika Serikat, Santa Claus (Sinterklas) menggantikan Santo Nikolas sebagai lambang usaha untuk saling memberi. Sejak tahun 1900-an, perayaan Natal menjadi semakin penting untuk berbagai bisnis.
Asal kata
Dalam bahasa Inggris, kata Christmas (Hari Natal) dipastikan berasal dari kata Cristes maesse, frasa dalam bahasa Inggris yang berarti Mass of Christ (Misa Kristus). Kadang-kadang kata Christmas disingkat menjadi Xmas. Dalam bahasa Yunani, X adalah kata pertama dalam nama Kristus (Christos). Huruf ini sering digunakan sebagai simbol suci. Tradisi Natal diawali oleh Gereja Kristen terdahulu untuk memperingati sukacita kehadiran Juru Selamat "Mesias" di dunia. Sampai hari ini, Hari Raya Natal adalah hari raya umat Kristen di dunia untuk memperingati hari kelahiran "Raja Damai" Yesus Kristus. Secara tarikh, tidak ada tanggal berapa tepatnya hari lahir Kristus, tetapi kalender masehi telah menetapkan tanggal memperingati/merayakan Hari Natal pada tanggal 25 Desember. Pada hari itu, gereja kemudian mengadakan ibadah perayaan keagamaan khusus. Selama masa Natal, umat Kristen mengekspresikan cinta-kasih dan sukacita mereka dengan bertukar kado dan menghiasi rumah mereka dengan daun holly, mistletoe dan pohon Natal.
Perayaan keagamaan
Kata adven berarti datang, di mana masa-masa menyambut kedatangan 'Mesias' Yesus Kristus ke dunia. Ragam tradisi merayakan masa Adven. Untuk kebanyakan umat Kristiani, masa Adven memuncak pada malam sebelum Natal (Malam Natal), tanggal 24 Desember. Gereja-gereja dihiasi dengan lilin, lampu, dan daun-daunan hijau dan bunga pointsettia.
Tukar kado
Meski kebiasaan ini bukan esensi dari Hari Raya Natal, kebiasaan untuk tukar menukar kado pada sanak-saudara dan teman-teman pada hari Natal kemungkinan bermula di Romawi Kuno dan Eropa Utara. Di daerah-daerah tersebut, orang-orang memberikan hadiah pada satu sama lain sebagai bagian dari perayaan akhir tahun.
Malam Natal
Karena pada awalnya malam Natal adalah hari raya keagamaan Umat Katholik, hari tersebut ditetapkan sebagai hari libur resmi. Gereja-gereja mengadakan perayaan pada malam itu. Mereka mengadakan prosesi keagamaan di gua Natal (replika dari kandang domba tempat Yesus "Mesias" Kristus lahir, yang telah dihiasi dengan dengan patung-patung tokoh Yesus, Mariam, Yusuf, para gembala) sambil menyanyikan lagu-lagu Natal.
Di Eropa, konon ada tradisi tersendiri dalam perayaan Natal, di mana orang-orang dewasa minum eggnog, semacam susu telur madu, yaitu campuran krim, susu, gula, telur kocok dan brandy (semacam minuman beralkohol) atau rum. Konon, pada malam Natal, Santa Claus menaiki kereta salju penuh hadiah, ditarik oleh delapan ekor rusa kutub. Santa Claus lalu terbang menembus awan untuk mengantarkan hadiah-hadiah itu kepada anak-anak di seluruh dunia. Untuk mempersiapkan kunjungan Santa, anak-anak mendengarkan orangtuanya membacakan The Night Before Christmas (Malam Sebelum Natal) sebelum tidur pada Malam Natal. Puisi tersebut dikarang oleh Clement Moore pada tahun 1832. Konon, para anak-anak menggantungkan stoking atau kaus kaki besar di atas perapian. Santa turun dari cerobong asap dan meninggalkan permen dan hadiah-hadiah dalam kaus kaki itu untuk anak-anak. Kini, tradisi itu tetap diteruskan, tetapi kaus kakinya digantikan oleh tas kain merah berbentuk kaus kaki.
Perayaan Natal
Kalender masehi menetapkan 25 Desember sebagai hari raya keagamaan Kristen maupun Katholik, maka hari tersebut ditetapkan sebagai hari libur resmi. Namun umat Kristen masa kini, merayakan Natal dengan berakjak dari sisi esensinya, yaitu merayakan "Anugrah" terbesar yang Allah sediakan, yaitu datangnya "Juru Selamat" sang Raja Damai ke dalam dunia. Mitos maupun dongeng-dongeng atau sejarah bukanlah esensi Natal. Karena sejarah akan selalu membuahkan polemik maupun pro-kontra. Bersyukur atas anugrah dan meneladani Yesus sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup.
Natal menurut tradisi Amerika
Tukar menukar kado, mengirim kartu ucapan
Aktivitas ini menjadi populer sejak tahun 1800-an. Lagu-lagu Natal, yang disebut carol, dinyanyikan dan diperdengarkan selama masa liburan. Menjadi populer sejak tahun 1800-an. Menghias rumah. Kebanyakan orang Amerika menghias pohon Natal, yaitu pohon cemara atau pohon buatan, di rumah-rumah mereka. Lampu-lampu dan lingkaran daun-daunan dari pohon empat musim, mistletoe dan ucapan Selamat Natal diletakkan di dalam dan di luar banyak rumah. Menjadi populer sejak tahun 1800-an.
Makan Malam Natal
Seringkali dengan kalkun. Selain itu, banyak yang mengadakan pesta perjamuan persis sebelum dan sesudah Natal.
Santa Claus
Umat Katholik memiliki legenda tentang Santa Claus, seorang bernama Santo Nikolas, kemudian menjadi legenda sebagai Bapa Natal yang suka memberi hadiah kepada anak-anak. Santa Claus adalah tokoh mitos yang dikatakan tinggal di Kutub Utara, di mana dia membuat mainan sepanjang tahun.
Amal
Saat ini, momen Natal juga untuk mewujudkan cinta-kasih dan amal pemberian. Pemberian sumbangan khusus bagi ke rumah sakit dan panti asuhan atau dibuat dana khusus untuk membantu mereka yang membutuhkan. Di Indonesia sendiri, momen Natal juga menjadi berkah, di mana para Narapidana mendapatkan potongan hukuman atau remsi. Bahkan konon, pada saat Hari Raya Natal, pertempuran juga dihentikan.