Perguruan Thawalib Padang Panjang

Revisi sejak 20 Desember 2019 14.57 oleh 2121121a (bicara | kontrib) (tulisan)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Jauh sebelum tahun 1900 dibawah asuhan Syekh Abdullah Ahmad Perguruan Thawalib telah memulai pendidikannya dengan sistim halaqah bertempat di Surau Jembatan Besi Padang Panjang, yang kemudian pada tahun 1911 dilanjutkan oleh DR. H. Abdul Karim Amarullah, seorang ulama besar yang baru pulang belajar dari Mekah yang dikenal dengan sebutan Inyiak Rasul (ayah Alm. Buya HAMKA). Beliau sekaligus merubah sistim belajar dari halaqah menjadi klasikal. Pada tahun 1926 dibawah pimpinan Tuanku Mudo Abdul Hamid Hakim, dibangun lokal belajar di jalan Lubuk Mata Kucing (Kampus Thawalib Putra sekarang).

Mulai tahun 1959 Perguruan Thawalib dipimpin oleh H.Mawardy Muhammad, dan pada tahun 1974 membuka Perguruan Tinggi Fakultas Dakwah dan Publisistik, Fakultas Syari’ah wal Qanun bersama-sama dengan Prof. DR. KH. Zainal Abidin Ahmad (Alumni Thawalib, mantan Ketua Parlemen RI, Wartawan, dan Pengarang). Kemudian Perguruan Thawalib dipimpin oleh murid-murid H.Mawardy Muhammad ; Drs. H. Abbas Arief, H. Djawarnis, Lc. ; Prof. DR. Sirajuddin Zar (Rektor IAIN “Imam Bonjol” sekarang); Prof. DR. H.Tamrin Kamal, MS. ; Firdaus Tamin, BA.

Tahun 1989 Perguruan Thawalib menerima siswi khusus putri, tempat belajar dan asramanya terpisah dari Thawalib Putra. Tahun 2002 Thawalib menambah lagi jenjang pendidikan, yaitu dengan mendirikan Taman Kanak-Kanak Al Quran (TKA), yang kemudian dilanjutkan membuka Madrasah Ibtidaiyah Unggul Terpadu (MIUT) pada tahun 2004.