Lokomotif C14
Kegiatan tanam paksa yang diterapkan oleh Gubernur Jenderal Johanes van Den Bosch di Hindia Belanda pada tahun 1832 antara lain dilakukan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat bagian selatan. Dari kegiatan itu, berbagai hasil bumi, seperti kopi, tembakau, teh dan lainnya, yang kemudian dikirim ke berbagai pasar di Eropa melalui Pelabuhan Cilacap. Berbagai hasil bumi itu dipasok dari daerah pedalaman yaitu Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara dan Wonosobo. Kegiatan ini terus berkembang hingga pengangkutan yang semula menggunakan gerobak sapi dan perahu sungai beralih dengan menggunakan kereta api.
Lokomotif C14 | |||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Berkas:Lokomotif Kereta Uap Serajoedal Stoomtram Maatschappij.jpg | |||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||
|
Usulan pembangunan jalan rel ini disampaikan oleh pabrik-pabrik gula yang ada di daerah Banyumas. Perusahaan kereta api swasta Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS) pertama kali membangun jalan rel yang menghubungkan Maos - Sampang - Patikraja - Purwokerto (29 km) dan diresmikan pada tahun 1896. Selanjutnya dibangun jalan rel yang menghubungkan Purwokerto – Wonosobo (92 km) dan selesai dibangun pada tahun 1917.
Untuk melayani rute tersebut, SDS mendatangkan 14 unit lokomotif uap C 14 yang didatangkan secara bertahap pada tahun 1895 - 1910 dari pabrik Beyer Peacock (Inggris). Jalan rel milik SDS tersebut terhubung dengan jalan rel rute Yogyakarta – Maos – Cilacap (176 km, diresmikan pada tahun 1887) yang dibangun oleh perusahaan kereta api Staatsspoorwegen (SS). Dengan adanya kereta api sebagai alat pengiriman hasil bumi dan hasil pertanian menjadikan Pelabuhan Cilacap sebagai pelabuhan yang ramai di Jawa pada tahun 1909 - 1930.[1]
Lokomotif C 14 memiliki susunan roda 0-6-0 memiliki dua silinder berdimensi 280 mm x 406 mm dengan roda berdiameter 1.003 mm. Berat keseluruhan 20,8 ton. Lokomotif ini dapat melaju hingga kecepatan maksimum 20 km/jam. Lokomotif C 14 menggunakan bahan bakar kayu jati.
Di akhir masa dinasnya pada tahun 1970, lokomotif C 14 berada di Purwokerto. Dari 14 lokomotif C 14, saat ini masih tersisa 3 lokomotif C 14, yaitu C 14 11, C 14 12 dan C 14 14. C 14 11 (mulai operasional tahun 1909) dipajang di depan kantor Daerah Operasional 5 Purwokerto. C 14 12 (mulai operasional tahun 1909) dipajang depan kantor Daerah Operasional 4 Semarang. C 14 14 (mulai operasional tahun 1910) dipajang di depan Balai Yasa Tegal.
Lihat pula
Daftar Referensi
- ^ Bagus Prayogo, Yoga; Yohanes Sapto, Prabowo; Radityo, Diaz (2017). Kereta Api di Indonesia. Sejarah Lokomotif di Indonesia. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher. hlm. 63. ISBN 978-602-0818-55-9.