La Mboge

La Mboge, Sejarah pemimpin Tomia
Revisi sejak 26 Desember 2019 04.24 oleh Rial Hadi (bicara | kontrib)

La Mboge (Diperkirakan lahir pada pertengahan abad 18 didalam Benteng Patua yang dulunya sebuah perkampungan) adalah Pemimpin pulau Tomia yaitu seorang Kepala distrik kedua atau masyarakat menyebutnya dengan gelar Kapala Mansuana. La Mboge tidak bisa terlepas dari sejarah pulau Tomia, beliau hidup pada masa sebelum kemerdekaan Indonesia. Sebelum terbentuknya pemerintahan distrik diawal abad 19, masyarakat pulau Tomia terbagi menjadi tiga golongan etnis (Kawati) yaitu kawati Waha, kawati Tongano dan kawati Timu dimana tiap kawati dipimpin oleh meantu'u yang berpusat pada tiga benteng Patua, Suosuo dan Rambiranda.

Pada masa pemerintahan La Mboge ia memindahkan pusat pemerintahan distrik Tomia dari desa Usuku ke desa Waha, menata perkampungan baru faitii dan bontubontu, pembangunan mesjid waha, pengerjaan jalan fefa dan berbagai peninggalan yang masih bisa kita lihat sampai saat ini. Sebelum menjabat beliau merupakan wakil dari kepala distrik pertama La Ode Tangi yang digelari Kapala Sumalama, namun setelah kepala distrik pertama wafat setelah menunaikan ibadah haji maka kemudian La Mboge dilantik oleh dewan sara/adat menjadi kepala distrik Tomia.

Secara silsilah La Mboge merupakan keturunan bangsawan Kesultanan Buton, dimana beliau merupakan anak dari La Ode Abu yaitu penguasa benteng Patua yang merupakan anak dari La Ode Burukeni Taeni anak dari La Ode Tanda anak dari La Ode Guntu pendiri benteng patua utusan kesultanan Buton anak dari Sapati Yarona Lambelu Jengko seorang bangsawan Tanailandu keturunan Sultan Murhum.

La Mboge meninggal di desa Waha, tahunnya tidak diketahui pasti, berdasarkan sumber lisan diperkirakan beliau meninggal sekitar tahun 40-an. Kemudian tampuh kekuasaan dilanjutkan oleh putra ke duanya yang bernama La Masinae yang dikenal dengan H.Ismail. Kemudian setelah H.Ismail meninggal maka kepemimpinan di lanjutkan oleh keponakannya yang bernama H.Muhammad Isa yang menjadi kepala distrik terakhir.

Wilayah distrik Tomia merupakan bentukan pemerintahan swapraja kolonial Belanda berdasarkan persetujuan kesultanan Buton, sehingga distrik Tomia masuk ke dalam 72 wilayah kadie Kesultanan Buton. Pemerintahan distrik pulau Tomia berakhir setelah terjadi perubahan sistem pemerintahan oleh pemerintah Indonesia yang menjadikan wilayah pulau Tomia menjadi kecamatan Tomia.

Referensi