Pembicaraan:Bahasa Jawa

Revisi sejak 1 Januari 2020 17.34 oleh HaEr48 (bicara | kontrib)

Komentar terbaru: 4 tahun yang lalu oleh Masjawad99 pada topik Saran

Dari artikel disebutkan bahwa:

nèng adalah bentuk percakapan sehari-hari dan merupakan kependekan dari bentuk baku ana ing yang disingkat menjadi (a)nêng.

Dari bahasa baku ana ing apakah tidak menjadi (a)ning atau ning?

Sepertinya, dalam ejaan banyumasan, bukan dibaca nèng melainkan ning. Jadi, kok saya lebh memilih ning.


bro saya tanya 6 itu nem apa enem

dari 1 ini 6 adalah enem

tapi sini 6 itu nem

haiya harap saya bisa mengerti Teddy s (bicara) 16:14, 18 Juli 2009 (UTC)


Sepertinya enem. 02:33, 24 Juli 2009 (UTC) Hubungi:
Bennylin
 ∧ ∧
(,,°Д°)

ok bung bennylin.saya emang lahirnya di jawa.hahaha.enem yah.dikoreksi artikel ini deh.Teddy s (bicara) 04:11, 31 Agustus 2009 (UTC)

IPA Konsonan

Tabel IPA untuk konsonan kok ada perbedaan dengan yang di en.wp ya (terutama konsonan 'w')? Mana yang tepat? (dua-duanya tidak diberi sumber)

Aksara wyanjana
Labial Dental Alveolar Retrofleks Palatal Velar Glotal
Letupan p b t d
ʈ ɖ k g ʔ
Frikatif     s (ʂ)     h
Likuida & semivokal w l r   j    
Sengau m n
(ɳ) ɲ ŋ  
Labial Dental/
Alveolar
Retroflex Palatal Velar Glottal
Plosive/Affricate p t ʈ ɖ̥ dʒ̊ k ɡ̊ ʔ
Fricative ʂ h
Approximant central ɽ j w
lateral ɭ
Nasal m ɳ ɲ ŋ

Bennylin runding 03.17, 19 September 2012 (WIB)

Berantakan

Artikel ini kok berantakan sekali ya... Sepertinya perlu dirombak besar-besaran. ꦱꦭꦩ꧀Bennylin diskusi 10 Maret 2019 01.18 (WIB) 9 Maret 2019 18.18 (UTC)Balas

@Bennylin sudah dirombak tuh sama @Masjawad99, tapi masih belum selesai pengembangannya.  Mimihitam  25 Desember 2019 11.07 (UTC)Balas

Saran

Saran untuk artikel yang sudah sangat bagus ini:

  • Di antara bahasa-bahasa Austronesia, bahasa Jawa merupakan bahasa dengan komunitas penutur jati paling besar: Di paragraf ini, saran untuk sebagai perbandingan disebutkan juga jumlah penutur jati bahasa Indonesia. Mungkin disebutkan juga bahwa bahasa Jawa bisa lebih besar dari bahasa Indonesia (statistik ini kadang membingungkan pembaca awam) karena banyak penutur bahasa Indonesia bukan penutur jati.
  • Di bagian fonologi, di awal disebutkan bahwa notasi yang dipakai adalah IPA dan diberi pranala yang cocok sebagai perkenalan (mungkin Bantuan:Pengucapan tapi kalau ada yang lebih bagus lagi bisa juga).
  • Di bagian fonologi, diperjelas apa bedanya fonem vs alofon. (agar jelas kenapa i dan ɪ dianggap fonem yang sama tetapi alofon yang berbeda dan apa maksudnya ketika sebagian ahli menganggap ɛ dan e sebagai fonem mandiri sementara yang lainnya menganggapnya digabung)
  • Penutur bahasa Jawa memiliki kecenderungan yang kuat untuk mengubah morfem dengan satu suku kata menjadi morfem dengan dua suku kata: Mungkin bisa diberi contoh
  • Untuk kemudahan awam, memang bagian #Fonologi dan #Tata bahasa sering jadi dilema karena penjelasannya banyak membutuhkan istilah teknis, sedangkan definisinya banyak yang rumit sehingga kalau hanya diberi penjelasan singkat dalam tanda kurung malah jadi berpotensi salah arti/kurang tepat.
  • Penambahan akhiran -i dan -aké umumnya menandakan valensi yang lebih tinggi: mungkin bisa diberi contoh kalimat yang berubah karena verbanya diberi imbuhan ini. Misal "aku menanam jagung" vs "aku menanami kebunku dengan jagung", atau apalah yang cocok.
  • "Bentuk propositif merupakan bentuk imperatif yang digunakan untuk memerintahkan diri sendiri atau mengekspresikan keinginan untuk melakukan sesuatu.": ini mungkin dipindahkan ke bagian selanjutnya yang membicarakan prepositif?
  • Di bagian Sistem penulisan, disebukan kondisi saat ini, aksara mana yang paling sering digunakan. Misalnya kalau ada sumber yang menyebutkan untuk konteks sehari-hari digunakan aksara latin sedangkan aksara jawa hanya untuk konteks sastra atau sangat resmi.
  • Dialek: Usul untuk ditambahkan dialek-dialek "khas" (misalnya Ngapak/Banyumasan dan disebutkan kekhasannya). Selain itu apakah ada informasi mengenai dialek bahasa Jawa di Suriname, atau tempat-tempat lain di luar Pulau Jawa?
  • Tingkat tutur: karena kosa kata krama sangat terbatas, apa yang dilakukan penutur untuk membicarakan konsep yang tidak ada kosa katanya?
  • Apa ada penjelasan mengenai asal usul tingkat tutur ini? Sebelumnya disebutkan kalau ini inovasi zaman Mataram, tetapi tidak disebutkan penjelasan kenapa/tujuannya apa.

-- HaEr48 (bicara) 31 Desember 2019 18.46 (UTC)Balas

@HaEr48: Wah, terima kasih, sangat membantu saran-sarannya. Akan saya coba perbaiki beberapa dulu. Untuk contoh kalimat, sebenarnya yang susah itu mencari glos kata-per-kata, sebab pembahasan tata bahasa umum (terutama yang dalam bahasa Indonesia) biasanya hanya memasukkan terjemahan langsung, jadi fungsi-fungsi tiap bagiannya kurang transparan. Untuk dialek juga masalahnya adalah kurangnya sumber sekunder/tersier yang membahas dialek-dialek secara umum; rata-rata kajian spesifik membahas satu dialek saja dan terlalu menekankan kekhasan dialek tersebut, padahal sebenarnya dalam berbagai hal dialek baku termasuk paling inovatif (thus, paling "khas"). Saya sebenarnya tadinya menunggu buku ini, karena katanya isinya akan komprehensif dan mencakup beragam dialek, tapi ternyata penerbitannya diundur hahaha. Jadi sekarang kayaknya ngumpulin sumber-sumber lain dulu yang bisa dipake. Masjawad99💬 31 Desember 2019 22.40 (UTC)Balas
Kembali ke halaman "Bahasa Jawa".