Perubahan iklim dan ekosistem

Perubahan iklim dan ekosistem telah mempengaruhi ekosistem terestrial [1] dan kelautan[2]. Perubahan iklim adalah perubahan variabel iklim, terutama perubahan suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara kontinu dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun. [3]

Perubahan iklim juga disebabkan oleh faktor manusia (anthropogenic), khususnya yang berkaitan dengan pemakaian bahan bakar fosil dan penyalahgunaan lahan. Jadi perubahan yang disebabkan oleh faktor-faktor alami, seperti tambahan aerosol dari letusan gunung berapi, tidak diperhitungkan dalam pengertian perubahan iklim.[3]

Terjadinya Perubahan Iklim

Suhu rata-rata bumi telah naik turun secara musiman,sebagai akibat fluktuasi radiasi matahari, misalnya, atau akibat letusan gunung berapi secara berkala, sehingga menyebabkan es di berbagai tempat mencair secara kontinu. Namun, diperkirakan perubahan iklim yang terjadi sekarang dan yang akan datang dapat disebabkan bukan hanya oleh peristiwa alam, justru akibat dari berbagai aktivitas manusia. Kemajuan pembangunan ekonomi yang pesat memberikan dampak yang serius terhadap iklim dunia, misalnya lewat pembakaran batu bara, minyak, dan kayu, serta pembabatan hutan yang dilakukan tanpa kontrol dan secara massive.[3]

Berdasarkan hasil penelitian, hutan, gurun, lanskap, dan ekosistem penting Bumi akan mengalami transformasi besar di abad mendatang akibat adanya perubahan iklim. Perubahan tersebut sudah mulai terlihat di Amerika Serikat bagian barat daya di mana kebakaran besar telah melalap hutan pinus dan mengubah petak-petak wilayah menjadi semak belukar. Diperkirakan dalam 100-150 tahun ke depan, transformasi ini akan berdampak dan meluas ke savana, gurun pasir, dan hutan, sehinggan menyebabkan ekosistem terganggu serta membahayakan kehidupan tumbuhan dan hewan.[4][3]

Pemimpin penelitian Jonathan Overpeck berpendapat, apabila perubahan iklim tidak terkendali, vegetasi Bumi akan sangat berbeda dari kedaan yang dulu, sekarang, dan masa yang akan datang. Studi yang dipublikasikan pada jurnal Science tersebut, meneliti catatan fosil dan temperatur Bumi mulai dari 21 ribu tahun lalu. Namun, catatan ini,masih konservatif. Karena pemanasan yang terjadi pada waktu itu merupakan akibat dari beberapa faktor alam dan berlangsung cukup lama.[5][4]

Risiko kepunahan

Perubahan iklim dapat dikatakan sebagai salah satu pemicu penting yang dapat berkontribusi pada kepunahan spesies. IPCC memperkirakan bahwa 20-30% dari spesies tanaman dan hewan beresiko punah, apabila suhu mencapai level yang diproyeksikan akan terjadi pada akhir abad ini. Tingkat kepunahan spesies global termasuk melampaui batas. Contoh spesies yang sensitif terhadap iklim dan bisa berisiko kehilangan yang signifikan termasuk hewan yang beradaptasi dengan lingkungan pegunungan, seperti pika ; hewan yang tergantung pada habitat es laut, seperti anjing laut bercincin dan beruang kutub; dan ikan air dingin, seperti salmon di Pasifik Barat Laut. [6]

Daftar Pustaka

  1. ^ https://www.ipcc.ch/site/assets/uploads/2019/08/Edited-SPM_Approved_Microsite_FINAL.pdf
  2. ^ "Summary for Policymakers — Special Report on the Ocean and Cryosphere in a Changing Climate". Diakses tanggal 2020-01-07. 
  3. ^ a b c d "PERUBAHAN IKLIM DAN DAMPAKNYA". Komunitas Peduli Bumi. 2011-12-19. Diakses tanggal 2020-01-07. 
  4. ^ a b "Knowledge Centre Perubahan Iklim - Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kesehatan Manusia". ditjenppi.menlhk.go.id. Diakses tanggal 2020-01-07. 
  5. ^ "Perubahan Iklim Terus Terjadi, Bagaimana Nasib Ekosistem Laut? - National Geographic". nationalgeographic.grid.id. Diakses tanggal 2020-01-07. 
  6. ^ US EPA, OA. "Climate Impacts on Ecosystems". 19january2017snapshot.epa.gov (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-01-09.