Mata Ra (Eye of Ra) adalah mata kanan dari Ra, Dewa Matahari, sebagai simbol kekuasaan kerajaan Mesir. Dahulu, Mata Ra digunakan untuk menggali informasi demi menegakan keadilan. Rakyat Mesir menganggap Mata Ra sebagai simbol berharga dalam kebudayaannya. Beberapa cendekiawan menduga bahwa Mata Ra semula merupakan mata kanan Dewa Horus, pada akhirnya mereka percaya mata kanan tersebut milik Dewa Ra[1].


Mitologi

Dalam mitologi Mesir kuno, Mata Ra digunakan untuk mencari anak-anak Ra, Shu dan Tefnut, yang sedang berkelana dan tersesat. Ra mencabut mata kanannya dan mengirimnya untuk mencari kedua anaknya, setelah Shu dan Tefnut ditemukan, sang mata membawa kedua anak tersebut kembali ke Ra. Selama mata kanan berkelana, Ra menumbuh mata kanan yang baru. Mata kanan yang lama merasa terkhianati dan marah. Demi menenangkan mata kanan lamanya, Ra mengubahnya menjadi uraeus dan mengenakannya di dahi[1].

Dalam mitolgi lain, Ra marah akan perlakuan manusia terhadap dirinya[1]. Seiring bertambahnya umur, Ra semakin tidak dihiraukan oleh rakyatnya dan kehilangan kekuatannya. Ra meminta saran kepada ayahnya, Nun, untuk balas dendam kepada manusia. Nun memberitahu Ra untuk mengambil matanya, Ra menuruti perkataan ayahnya dan mengambil mata kanannya. Ia mengirimkan mata kanannya, yang seketika berubah menjadi sosok singa betina bernama Sekhmet, untuk menghukum para manusia. Sang mata marah dan memusnahkan manusia. Para dewa khawatir sang mata akan membunuh semua manusia. Akhirnya Ra menggunakan minuman dari campuran 90% anggur merah dan 10% darah manusia[2] untuk membuat mata kanan mabuk dan pingsan. Ra memanfaatkan kesempatan ini untuk menarik beberapa esensi dewa dan membuat dewi baru, Hathor. Saat terbangun, sang mata (Sekhmet) menjadi damai dan kembali kepada Ra[3].



Referensi

  1. ^ a b c "The Eye of Ra". www.ancient-egypt-online.com. Diakses tanggal 2020-01-16. 
  2. ^ Miscellaneous Myths: Sekhmet/The Eye of Ra, diakses tanggal 2020-01-17 
  3. ^ Carolyn, Graves-Brown (2010). Dancing for Hathor: Women in Ancient Egypt. Auckland: Bloomsbury. hlm. 169–170. ISBN 978-1847250544.