Joget Dangkong

Revisi sejak 18 Januari 2020 07.24 oleh Anggia Nasution (bicara | kontrib) (Anggia Nasution memindahkan halaman Joged Dangkong ke Joget Dangkong: saltik)

Joget Dangkong merupakan kebudayaan dalam Masyarakat Melayu di Kepulauan Riau. kebudayaan ini populer kira-kira sejak masa pemerintahan kerajaan Melayu Bentan, Riau-Lingga, hingga pada era tahun 1960-an . Pada masa ini, kesenian joget dangkong banyak ditampilkan baik pada upacara adat Melayu maupun sebagai hiburan yang dijajakan kepada masyarakat umum[1]

Joget dangkong dinamakan demikian berdasarkan bunyi dari alat musik joget tersebut ( dang-dang kung dang-dang kung dang-dang kung ).[2]

Grop joget dangkong tidak hanya terdiri dari pemain musik, tetapi juga kadang penari dan penyanyi. Para penari didandan dengan pakaian dan perhiasan yang mencolok sehingga mampu memberikan daya tarik secara psikli.[2]

Dalam Joged Dangkong ini ada ketentuan yang harus dipenuhi yakni penari harus wanita, pemusik pengiring (Biola, gendang gong, akordion, gendang tambo), Pakaian Penari (kebaya Pendek, kain bawah, selempang). Dalam Joget (betandak, ngebeng, igal, betuis).[2]

Alat musik yang digunakan dalam suatu pertunjukan joget dangkong di Moro saat ini tidak hanya terbatas pada empat alat musik tradisional (yaitu: gong, gendang tambur, gendang bebane dan bjole tempurung), melainkan telah mengalami perubahan dan penambahan beberapa alat musik seperti : Akordeon, Biola, marwas, gitar elektrik, dan organ tunggal.


Referensi

  1. ^ Katalog Warisan Budaya tak Benda. Jakarta: Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya. 2018. hlm. 45. 
  2. ^ a b c admin. "Joget Dangkong" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-01-18.