Kalimantan Barat
Kalimantan Barat (disingkat Kalbar) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Kalimantan dengan ibu kota Provinsi Kota Pontianak.[4] Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km² (7,53% luas Indonesia).[5] Merupakan provinsi terluas keempat setelah Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.[6]
Kalimantan Barat | |
---|---|
Transkripsi bahasa lokal | |
• Hanzi sederhana | 西加里曼丹 |
• Hanzi tradisional | 西加里曼丹 |
Motto: "Akçaya" (Bahasa Indonesia: "Tak Kunjung Binasa") | |
Negara | Indonesia |
Dasar hukum pendirian | Undang-Undang No 25 Tahun 1956 |
Tanggal | 1 Januari 1957 |
Ibu kota | Pontianak |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Gubernur | Sutarmidji |
• Wakil Gubernur | Ria Norsan |
• Sekretaris Daerah | A.L. Leysandri S.H. |
• Ketua DPRD | M. Kebing L. |
Luas | |
• Total | 146.807 km2 (56,682 sq mi) |
Populasi (2018)[1] | |
• Total | 5.001.664 |
• Kepadatan | 36,43/km2 (9,440/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | Islam 55,68% Katolik 23,50% Kristen Protestan 13,62% Buddha 6,73% Khonghucu 0,26% Hindu 0,21%[2] |
• Bahasa | Indonesia (resmi) Dayak (dominan) —Dayak Iban —Dayak Jangkang —Dayak Kendayan —Dayak Ot Danum Bugis Bukar Sadong Jawa Melayu —Melayu Pontianak —Melayu Sambas Hakka Tiochiu Tionghoa |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode pos | 78xxx-79xxx |
Kode area telepon | Daftar
|
Kode ISO 3166 | ID-KB |
Pelat kendaraan | KB |
Kode Kemendagri | 61 |
Kode BPS | 61 |
DAU | Rp1.144.712.840.000,00 (2013)[3] |
Lagu daerah | "Cik Cik Periook" |
Flora resmi | Tengkawang tungkul |
Fauna resmi | Enggang gading |
Situs web | kalbarprov |
Kalimantan Barat | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Hanzi: | 西加里曼丹省 | ||||||
Hanzi tradisional: | 西加里曼丹省 | ||||||
Hanzi sederhana: | 西加里曼丹省 | ||||||
|
Daerah Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah yang dapat dijuluki provinsi "Seribu Sungai". Julukan ini selaras dengan kondisi geografis yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang di antaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan.
Kalimantan Barat berbatasan darat dengan negara bagian Sarawak, Malaysia.[7] Walaupun sebagian kecil wilayah Kalimantan Barat merupakan perairan laut, akan tetapi Kalimantan Barat memiliki puluhan pulau besar dan kecil (sebagian tidak berpenghuni) yang tersebar sepanjang Selat Karimata dan Laut Natuna yang berbatasan dengan wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
Jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Barat menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat adalah 5.001.664 jiwa[8] (1,88% penduduk Indonesia).
Sejarah
Bakulapura atau Tanjungpura merupakan taklukan Kerajaan Singhasari. Wilayah kekuasaan Tanjungpura membentang dari Tanjung Dato sampai Tanjung Sambar. Pulau Kalimantan kuno terbagi menjadi 3 wilayah negara kerajaan induk: Borneo (Brunei), Sukadana (Tanjungpura) dan Banjarmasin (Bumi Kencana). Tanjung Dato adalah perbatasan wilayah mandala Borneo (Brunei) dengan wilayah mandala Sukadana (Tanjungpura), sedangkan Tanjung Sambar batas wilayah mandala Sukadana/Tanjungpura dengan wilayah mandala Banjarmasin (daerah Kotawaringin).[9][10] Daerah aliran Sungai Jelai, di Kotawaringin di bawah kekuasaan Banjarmasin, sedangkan sungai Kendawangan di bawah kekuasaan Sukadana.[11] Perbatasan di pedalaman, perhuluan daerah aliran sungai Pinoh (Lawai) termasuk dalam wilayah Kerajaan Kotawaringin (bawahan Banjarmasin)[12]
Daerah-daerah di Kalbar yang terkenal pada zaman dahulu diantaranya Tanjungpura dan Batang Lawai. Loue (Lawai) oleh Tomé Pires digambarkan daerah yang banyak intan, jarak dari Tanjompure empat hari pelayaran. Tanjungpura maupun Lawai masing-masing dipimpin seorang Patee (Patih). Patih-patih ini tunduk kepada Patee Unus, penguasa Demak.[13][14] Kesultanan Demak juga telah berjasa membantu raja Banjar Pangeran Samudera berperang melawan pamannya Pangeran Tumenggung penguasa Kerajaan Negara Daha terakhir untuk memperebutkan hegemoni atas wilayah Kalimantan Selatan.
Menurut naskah Hikayat Banjar dan Kotawaringin, negeri Sambas, Sukadana dan negeri-negeri di Batang Lawai (nama kuno sungai Kapuas) pernah menjadi taklukan Kerajaan Banjar atau pernah mengirim upeti sejak zaman Hindu. Kerajaan Banjar menamakan kerajaan-kerajaan di Kalbar ini dengan sebutan negeri-negeri di bawah angin. Kerajaan Banjar memiliki prajurit Dayak Biaju-Ot Danum dan Dayak Dusun-Maanyan-Lawangan yang sering memenggal kapala musuh-musuhnya (ngayau). Pada masa pemerintahan Raja Maruhum Panambahan seorang Adipati Sambas/Panembahan Ratu Sambas telah menghantarkan upeti berupa dua biji intan yang berukuran besar yang bernama Si Giwang dan Si Misim.[15][16] Pada tahun 1604 pertama kalinya Belanda berdagang dengan Sukadana.[17] Tahun 1609, di Sambas pada saat itu ada ketakutan yang sangat besar akan serangan bermusuhan oleh Brunei, sehingga penguasa wilayah itu, Saboa Tangan Pangeran ay de Paty Sambas (Pangeran Adipati Sambas), membuat aliansi dengan VOC-Belanda pada 1 Oktober 1609, dengan harapan menentangnya, untuk memperkuat terhadap musuh-musuhnya. Sementara itu serangan itu tidak memiliki tempat; Walaupun, sultan Brunei telah turun ke laut dengan 150 perahu, tetapi badai telah memaksanya untuk mundur.[18] Tahun 1672, Sultan Banjar mengesahkan Raja Sintang sebagai Sultan.[19] Sesuai perjanjian 20 Oktober 1756 VOC Belanda berjanji akan membantu Sultan Banjar Tamjidullah I untuk menaklukan kembali daerah-daerah yang memisahkan diri diantaranya Sanggau, Sintang dan Lawai (Kabupaten Melawi), sedangkan daerah-daerah lainnya merupakan milik Kesultanan Banten, kecuali Sambas. Menurut akta tanggal 26 Maret 1778 negeri Landak dan Sukadana (sebagian besar Kalbar) diserahkan kepada VOC Belanda oleh Sultan Banten. Inilah wilayah yang mula-mula menjadi milik VOC Belanda selain daerah protektorat Sambas. Pada tahun itu pula Syarif Abdurrahman Alkadrie yang dahulu telah dilantik di Banjarmasin sebagai Pangeran yaitu Pangeran Syarif Abdurrahman Nur Alam direstui oleh VOC Belanda sebagai Sultan Pontianak yang pertama dalam wilayah milik Belanda tersebut.[20] Pada tahun 1789 Sultan Pontianak dibantu Kongsi Lan Fang diperintahkan VOC Belanda untuk menduduki negeri Mempawah dan kemudian menaklukan Sanggau. Pada tanggal 4 Mei 1826 Sultan Adam dari Banjar menyerahkan Jelai, Sintang dan Lawai (Kabupaten Melawi) kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Tahun 1846 daerah koloni Belanda di pulau Kalimantan memperoleh pemerintahan khusus sebagai Dependensi Borneo.[21] Pantai barat Borneo terdiri atas asisten residen Sambas dan asisten residen Pontianak. Divisi Sambas meliputi daerah dari Tanjung Dato sampai muara sungai Doeri. Sedangkan divisi Pontianak yang berada di bawah asisten residen Pontianak meliputi distrik Pontianak, Mempawah, Landak, Kubu, Simpang, Sukadana, Matan, Tayan, Meliau, Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi, Sepapoe, Belitang, Silat, Salimbau, Piassa, Jongkong, Boenoet, Malor, Taman, Ketan, dan Poenan [22] Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, 14 daerah di wilayah ini termasuk dalam wester-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8.[23] Pada 1855, negeri Sambas dimasukan ke dalam wilayah Hindia Belanda menjadi Karesidenan Sambas.
Menurut Hikayat Malaysia, Brunei, dan Singapore wilayah yang tidak bisa dikuasai dari kerajaan Hindu sampai kesultanan Islam di Kalimantan Barat adalah kebanyakan dari Kalimantan Barat seperti Negeri Sambas dan sekitarnya, dan menurut Negara Brunei Darussalam Hikayat Banjar adalah palsu dan bukan dibuat dari kesultanan Banjar sendiri melainkan dari tangan-tangan yang ingin merusak nama Kalimantan Barat dan disebarluaskan keseluruh Indonesia sampai saat ini, karena menurut penelitian para ahli psikolog di dunia Negeri Sambas tidak pernah kalah dan takluk dengan Negara manapun.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal yang dimuat dalam STB 1938 No. 352, antara lain mengatur dan menetapkan bahwa ibu kota wilayah administratif Gouvernement Borneo berkedudukan di Banjarmasin dibagi atas 2 Residentir, salah satu di antaranya adalah Residentie Westerafdeeling Van Borneo dengan ibu kota Pontianak yang dipimpin oleh seorang Residen.[24]
Pada tanggal 1 Januari 1957 Kalimantan Barat resmi menjadi provinsi yang berdiri sendiri di Pulau Kalimantan, berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 1956 tanggal 7 Desember 1956. Undang-undang tersebut juga menjadi dasar pembentukan dua provinsi lainnya di pulau terbesar di Nusantara itu. Kedua provinsi itu adalah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. [25]
Kondisi Alam
Iklim di Kalimantan Barat beriklim tropik basah, curah hujan merata sepanjang tahun dengan puncak hujan terjadi pada bulan Januari dan Oktober suhu udara rata-rata antara 26,0 s/d 27,0 dan kelembaban rata-tara antara 80% s/d 90%.
Hutan dan hutan adat
Hutan di Kalimantan Barat tinggallah bersisa 8,2 juta hektar, dan —sebagaimana dilansir oleh WALHI Provinsi Kalbar— mengalami deforestasi sebesar 124.956 hektar atau hampir 2 kali luas Jakarta pada periode 2015-16. Ia terdiri atas 124.657 hektar hutan primer dan sekunder, serta hutan tanaman 299 hektar. Laju deforestasi hutan di sini 42.000 hektar pertahun. Angka ini, termasuk yang tertinggi dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya akibat alih fungsi lahan untuk investasi.[26]
Kalimantan Barat baru memiliki hutan adat yang baru disahkan oleh pemerintah. Presiden Joko Widodo pada 20 Agustus 2018 menyerahkan surat keputusan pengesahan atas hutan adat Desa Tae, Kecamatan Balai, Kabupaten Sanggau seluas 2.189 hektar, hutan adat Tembawang Tampun Juah di Dusun Segumon, Desa Lubuk Sabuk, Kecamatan Sekayam, masih dari Sanggau, seluas 651 hektar, dan 100 hektar hutan adat Pikul di Desa Sahan, Seluas, di Kabupaten Bengkayang.[27]
Sosial Kemasyarakatan
Suku Bangsa
Berdasarkan sensus tahun 2010, etnis paling dominan di Kalimantan Barat, yaitu Dayak (49.91%), kemudian ada suku Melayu (16.50%). Etnis Dayak merupakan etnis di daerah pedalaman, sedangkan etnis Melayu mayoritas di kawasan pesisir. Etnis terbesar ketiga yaitu etnis Jawa (8.66%) yang memiliki basis pemukiman di daerah-daerah transmigrasi. Di urutan keempat yaitu Etnis Tionghoa (8,17%) yang banyak terdapat di perkotaan seperti Singkawang dan Pontianak. Berikutnya di urutan kelima yaitu etnis Madura (6,27%) yang memiliki basis pemukiman di Pontianak dan Kubu Raya.[28]
Etnis terbesar keenam hingga sepuluh yaitu Bugis (3,13%), Sunda (1,13%), Batak (0,60%), Daya (0,52%) dan Banjar (0,33%) dan suku-suku lainnya (1,33%).
Nomor | Suku Bangsa | Jumlah | Konsentrasi |
---|---|---|---|
1 | Dayak | 2.194.009 | 49,91% |
2 | Melayu | 814.550 | 16,50% |
3 | Jawa | 427.333 | 8,66% |
4 | Tionghoa | 358.451 | 8,17% |
5 | Madura | 274.869 | 6,27% |
6 | Bugis | 137.282 | 3,13% |
7 | Sunda | 49.530 | 1,13% |
8 | Batak | 26.486 | 0,60% |
9 | Daya | 22.690 | 0,52% |
10 | Banjar | 14.430 | 0,33% |
10 | Suku-suku lainnya | 58.306 | 1,33% |
Total | 4.385.356 | 100,00% |
Bahasa
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang secara umum dipakai oleh masyarakat di Kalimantan Barat. Selain itu bahasa penghubung, yaitu Bahasa Melayu Pontianak, Melayu Sambas dan Bahasa Senganan menurut wilayah penyebarannya. Demikian juga terdapat beragam jenis Bahasa Dayak, Menurut penelitian Institut Dayakologi terdapat 188 dialek yang dituturkan oleh suku Dayak dan Bahasa Tionghoa seperti Tiochiu dan Khek/Hakka. Dialek yang di maksudkan terhadap bahasa suku Dayak ini adalah begitu banyaknya kemiripannya dengan bahasa Melayu, hanya kebanyakan berbeda di ujung kata seperti makan (Melayu), makatn (Kanayatn), makai (Iban) dan makot (Melahui).
Khusus untuk rumpun Uut Danum, bahasanya boleh dikatakan berdiri sendiri dan bukan merupakan dialek dari kelompok Dayak lainnya. Dialeknya justru ada pada beberapa sub suku Dayak Uut Danum sendiri. Seperti pada bahasa sub suku Dohoi misalnya, untuk mengatakan makan saja terdiri dari minimal 16 kosa kata, mulai dari yang paling halus sampai ke yang paling kasar. Misalnya saja ngolasut (sedang halus), kuman (umum), dekak (untuk yang lebih tua atau dihormati), ngonahuk (kasar), monirak (paling kasar) dan Macuh (untuk arwah orang mati).
Bahasa Melayu di Kalimantan Barat terdiri atas beberapa jenis, antara lain Bahasa Melayu Pontianak dan Bahasa Melayu Sambas. Bahasa Melayu Pontianak sendiri memiliki logat yang sama dengan bahasa Melayu Sarawak, Melayu Malaysia dan Melayu Riau.
Agama
Mayoritas masyarakat Kalimantan Barat menganut agama Islam (55.68%). Wilayah-wilayah mayoritas muslim di Kalimantan Barat yaitu daerah pesisir yang mayoritas didiami Suku Melayu seperti Kabupaten Sambas, Mempawah, Ketapang, Kayong Utara, Kubu Raya, Kapuas Hulu dan Kota Pontianak. Di Kabupaten Melawi dan Kota Singkawang sekitar 49% penduduknya beragama Islam. Agama Islam juga dianut Suku Jawa, Madura dan Bugis yang berada di Kalimantan Barat.
Di daerah pedalaman yang didiami Suku Dayak mayoritas penduduknya beragama Kristen (Katolik/Protestan) seperti di Kabupaten Bengkayang, Landak, Sanggau, Sintang dan Sekadau. Orang Tionghoa di Kalimantan Barat kebanyakan menganut agama Buddha dan Kristen (Katolik/Protestan). Di wilayah yang banyak terdapat etnis Tionghoa seperti Kota Singkawang dan Pontianak juga terdapat penganut Buddha dalam jumlah cukup besar.
Agama yang dipeluk masyarakat Kalimantan Barat, yaitu:
Nomor | Agama | Jumlah | Konsentrasi | Keterangan |
---|---|---|---|---|
1 | Islam | 2.987.695 | 55.68% | dipeluk oleh Suku Melayu, Jawa, Madura, Bugis, Sunda, Banjar, Minangkabau, sebagian Suku Batak serta sebagian kecil Suku Dayak dan Tionghoa |
2 | Katolik | 1.260.476 | 23.50% | dipeluk oleh Suku Dayak, Tionghoa, NTT, Suku Batak serta sebagian kecil Suku Jawa |
3 | Kristen Protestan | 730.921 | 13.62% | dipeluk oleh suku Dayak, Tionghoa, NTT, suku Batak serta sebagian suku Jawa |
4 | Buddha | 361.298 | 6.73% | dipeluk oleh keturunan Tionghoa |
5 | Konghucu | 13.733 | 0.26% | dipeluk oleh keturunan Tionghoa |
6 | Hindu | 11.136 | 0.21% | dipeluk oleh orang Bali |
Pendidikan
Menurut gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji, ia menyatakan bahwa indeks pembangunan manusia Kalimantan Barat masih di nilai 66,26. Sedangkan IPM nasional adalah 70,89.[29] Nilai ini menempatkan Kalbar di nomor 29. Namun begitu, yang masih relatif lebih baik adalah harapan lama sekolahnya adalah 12,5 tahun. Rata-rata lama sekolah baru 7,5 tahun.[29]
Perguruan Tinggi/Universitas yang ada di Kalimantan Barat antara lain:
- Universitas Tanjungpura
- IAIN Pontianak
- Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus Keuskupan Agung Pontianak (STP St. Agustinus KAP)
- Politeknik Negeri Pontianak
- STIPER Panca Bhakti Pontianak
- STMIK Pontianak
- Politeknik Kesehatan
- Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Pontianak
- Universitas Muhammadiyah
- ASMI Pontianak
- ABA Pontianak
- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Dharma
- Akademi Sekretari dan Manajemen Widya Dharma
- Akademi Bahasa Asing Widya Dharma
- Akademi Bumi Sebalo Bengkayang
- Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Widya Dharma
- Politeknik Tonggak Equator (POLTEQ)
- STIE Pontianak
- Universitas Panca Bakti
- STIH Singkawang
- Universitas Kapuas, Sintang
- Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka
- STKIP PGRI Pontianak
- STKIP PERSADA KHATULISTIWA SINTANG
- AMIK Bina Sarana Informatika Pontianak
- STKIP Singkawang
- Sekolah Tinggi Theologia (STT) Berea, Ansang, Kabupaten Landak
- Sekolah Tinggi Theologia Pontianak (STTP), Pontianak
- Sekolah Tinggi Theologia Kalimantan (STK), Pontianak
- Sekolah Tinggi Theologia Eklesia (STT Eklesia), Pontianak
- Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah (STIK Muhammadiyah) Pontianak
- Akademi Manajemen Komputer dan Informatika (AMKI) Ketapang
- Politeknik Ketapang
- Politeknik Sambas
- Sekolah Tinggi Teologi Borneo (STT Borneo), Sanggau
- STKIP Melawi Nanga Pinoh; Perbatasan Entikong
- Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI Al-Haudl), Ketapang.
Batas Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Utara | Sarawak, Malaysia Timur |
Timur | Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Tengah |
Selatan | Laut Jawa |
Barat | Laut Natuna, Selat Karimata dan Semenanjung Malaysia |
Pemerintahan
Daftar gubernur
Gubernur Kalimantan Barat | |||||||||
No. | Foto | Gubernur[30][31] | Mulai Jabatan | Akhir Jabatan | Periode | Ket. | Wakil Gubernur | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
— | Farel Pasaribu | 1953 | 1957 | [ket. 1] | |||||
— | Adji Pangeran Afloes (Penjabat) |
10 Januari 1957 | 24 April 1958 | — | [32] | — | |||
— | Djenal Asikin Judadibrata (Penjabat) |
24 April 1958 | 30 Januari 1960 | [32] | |||||
1 | Johanes Chrisostomus Oevaang Oeray |
30 Januari 1960 | 1 Juli 1966 | 1 | [32][33] | Iwan Soepardi (1960–64) Soemadi[34] (1965–67) | |||
— | Soemadi | 1 Juli 1966 | 18 Agustus 1967 | [35] | — | ||||
2 | 18 Agustus 1967 | 27 September 1972 | 2 | [32] | |||||
3 | Kadarusno | 27 September 1972 | 30 Agustus 1977 | 3 | [32] | ||||
4 | Soedjiman | 30 Agustus 1977 | 4 Januari 1983 | 4 | [32] | ||||
4 Januari 1983 | 8 Januari 1988 | 5 | Abassuni Abubakar (1983–87) | ||||||
5 | Parjoko Suryokusumo | 8 Januari 1988 | 12 Januari 1993 | 6 | Jimmi Mohammad Ibrahim (1987–92) | ||||
Muchalli Thaufiek (1992–97) | |||||||||
6 | Aspar Aswin | 12 Januari 1993 | 12 Januari 1998 | 7 | |||||
Syarifuddin Lubis (1997–98) | |||||||||
12 Januari 1998 | 13 Januari 2003 | 8 | Djawari | ||||||
7 | Usman Ja'far | 13 Januari 2003 | 14 Januari 2008 | 9 | Laurentius Herman Kadir | ||||
8 | Cornelis | 14 Januari 2008 | 14 Januari 2013 | 10 | Christiandy Sanjaya | ||||
14 Januari 2013 | 14 Januari 2018 | 11 (2013) |
|||||||
— | Doddy Riyadmadji (Penjabat) |
15 Januari 2018 | 5 September 2018 | — | [36] | — | |||
9 | Sutarmidji | 5 September 2018 | 5 September 2023 | 12 (2018) |
Ria Norsan | ||||
— | Harisson Azroi (Penjabat) |
5 September 2023 | Petahana | — | [37] | — |
- Catatan
- ^ Sebagai Kepala Kerasidenan Kalimantan Barat
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DPRD Kalimantan Barat beranggotakan 65 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Kalimantan Barat terdiri dari 1 Ketua dan 3 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Kalimantan Barat yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang dilantik pada 30 September 2019 oleh Ketua Pengadilan Tinggi Pontianak di Gedung DPRD Provinsi Kalimantan Barat.[38][39][40][41] Komposisi anggota DPRD Kalimantan Barat periode 2019-2024 terdiri dari 12 partai politik dimana PDI Perjuangan adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu 15 kursi, kemudian disusul oleh Partai Golkar dan Partai NasDem yang masing-masing meraih 8 kursi. Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kalimantan Barat dalam tiga periode terakhir.[42][43][44]
Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | ||||
---|---|---|---|---|---|
2009-2014 | 2014-2019 | 2019-2024 | 2024-2029 | ||
PPIB | 1 | ||||
PPD | 1 | ||||
PDS | 1 | ||||
PBR | 2 | ||||
PKB | 0 | 2 | 5 | 5 | |
Gerindra | 2 | 7 | 7 | 9 | |
PDI-P | 10 | 15 | 15 | 13 | |
Golkar | 10 | 9 | 8 | 9 | |
PKS | 5 | 2 | 3 | 2 | |
PPP | 5 | 4 | 3 | 2 | |
PAN | 3 | 6 | 5 | 5 | |
Hanura | 4 | 3 | 2 | 4 | |
Demokrat | 10 | 9 | 7 | 6 | |
PBB | 1 | 0 | 0 | 0 | |
PKPI | 0 | 3 | 1 | ||
NasDem | (baru) 5 | 8 | 10 | ||
Perindo | (baru) 1 | 0 | |||
Jumlah Anggota | 55 | 65 | 65 | 65 | |
Jumlah Partai | 13 | 11 | 12 | 10 |
Kabupaten dan Kota
Kecamatan, desa dan kelurahan
Provinsi Kalimantan Barat terdiri dari 12 kabupaten, 2 kota, 174 kecamatan, 99 kelurahan dan 2.031 desa. Pada tahun 2020, jumlah penduduknya diperkirakan mencapai 5.414.390 jiwa dengan total luas wilayah 147.307,00 km².[47][48][49]
No. | Kode Kemendagri |
Kabupaten/Kota | Ibukota | Luas Wilayah (km2) |
Penduduk (jiwa) |
2020 | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Kecamatan | Kelurahan | Desa | ||||||
1 | 61.07 | Kab. Bengkayang | Bengkayang | 5.075,48 | 286.366 | 17 | 2 | 122 |
2 | 61.06 | Kab. Kapuas Hulu | Putussibau Utara | 29.842,00 | 252.609 | 23 | 4 | 278 |
3 | 61.11 | Kab. Kayong Utara | Sukadana | 4.568,26 | 126.571 | 6 | 43 | |
4 | 61.04 | Kab. Ketapang | Delta Pawan | 31.240,74 | 570.657 | 20 | 9 | 253 |
5 | 61.12 | Kab. Kubu Raya | Sungai Raya | 6.958,22 | 609.392 | 9 | 117 | |
6 | 61.08 | Kab. Landak | Ngabang | 8.915,10 | 397.610 | 13 | 156 | |
7 | 61.10 | Kab. Melawi | Nanga Pinoh | 10.640,80 | 228.270 | 11 | 169 | |
8 | 61.02 | Kab. Mempawah | Kota Mempawah | 2.797,88 | 301.560 | 9 | 7 | 60 |
9 | 61.01 | Kab. Sambas | Sambas | 6.716,52 | 629.905 | 19 | 193 | |
10 | 61.03 | Kab. Sanggau | Kapuas | 12.857,80 | 484.836 | 15 | 6 | 163 |
11 | 61.09 | Kab. Sekadau | Sekadau Hilir | 5.444,20 | 211.559 | 7 | 87 | |
12 | 61.05 | Kab. Sintang | Kota Sintang | 21.638,20 | 421.306 | 14 | 16 | 390 |
13 | 61.71 | Kota Pontianak | - | 107,80 | 658.685 | 6 | 29 | |
14 | 61.72 | Kota Singkawang | - | 504,00 | 235.064 | 5 | 26 | |
TOTAL | 147.307,00 | 5.414.390 | 174 | 99 | 2031 |
Perekonomian
Pertanian & Perkebunan
Kalimantan Barat memiliki potensi pertanian dan perkebunan yang cukup melimpah. Hasil pertanian Kalimantan Barat di antaranya adalah padi, jagung, kedelai dan lain-lain. Sedangkan hasil perkebunan di antaranya adalah karet, kelapa sawit, kelapa, lidah buaya dan lain-lain. Kebun kelapa sawit sampai Oktober 2012 sudah mencapai 1.060.000 ha. Kebun-kebun tersebut sebagian besar dibangun pada kawasan budidaya (APL) dan ada juga yang dibangun pada kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) setelah melalui proses pelepasan kawasan dari kementrian kehutanan. Kebun-kebun sawit menguntungkan pengusaha dan penguasa. Para petani peserta menderita sengsara. Pendapatan petani sawit binaan PTPN XIII hanya 6,6 ons beras per hari/orang. Sedangkan pengelolaan kebun dengan pola kemitraan hanya memberi 3,3 ons beras per hari/orang. Kondisi ini lebih buruk dari tanaman paksa (kultuurstelsel) zaman Hindia Belanda.[butuh rujukan]
Seni dan Budaya
Tarian Tradisional
Tari Monong / Manang/Baliatn, merupakan tari Penyembuhan yang terdapat pada seluruh masyarakat Dayak. tari ini berfungsi sebagai penolak/penyembuh/ penangkal penyakit agar si penderita dapat sembuh kembali penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampi. tarian ini hadir disaat sang dukun sedang dalam keadaan trance, dan tarian ini merupakan bagian dari upacara adat Bemanang/Balian.
Tari Pingan, Merupakan Tarian Tunggal pada masyarakat Dayak Mualang Kabupaten Sekadau dimasa lalunya sebagai tarian upacara dan pada masa kini sebagai tari hiburan masyarakat atas rezeki/tuah/makanan yang diberikan oleh Tuhan. Tari ini menggunakan Pingan sebagai media atraksi dan tari ini berangkat dari kebudayaan leluhur pada masa lalu yang berkaitan erat dengan ritualisme legitimasi kelulusan beladiri tradisional Dayak Mualang (Ibanik Group).
Tari Pedang / Ajat Pedang, merupakan tarian tunggal terdapat pada Dayak Mualang, tarian ini menceritakan persiapan membela diri bagi seorang pemuda yang akan turun melakukan ekspedisi Mengayau. penari melakukan gerakan-gerakan menyerang dan menangkis menggunakan keahlian tradisionalnya. tarian ini masa lalunya dimulai dengan ritual memuja pedang ( Nyabor bahasa Mualang) dan tarian ini diiringi dengan instrumen musik disebut Tebah Unop. tersebar di kampung Merbang dan sekitarnya kecamatan Belitang Hilir dan belitang hulu kampung sebetung.
Tari Jonggan, merupakan tari pergaulan masyarakat Dayak Kanayatn di daerah Kubu Raya ( Ambawakng), Mempawah ( Toho, Manyalitn), Landak ( Sahapm) yang masih dapat ditemukan dan dinikmati secara visual, tarian ini meceritakan suka cita dan kebahagiaan dalam pergaulan muda mudi Dayak. Dalam tarian ini para tamu yang datang pada umumnya diajak untuk menari bersama.
Tari kondan merupakan tari pergaulan yang diiringi oleh pantun dan musik tradisional masyarakat Dayak Kabupaten Sanggau Kapuas, kadang kala kesenian kondan ini diiringi oleh gitar. kesenian kondan ini adalah ucapan kebahagiaan terhadap tamu yang berkunjung dan bermalam di daerahnya. kesenian ini dilakukan dengan cara menari dan berbalas pantun.
Kinyah Uut Danum, adalah tarian perang khas kelompok suku Dayak Uut Danum yang memperlihatkan kelincahan dan kewaspadaan dalam menghadapi musuh. Dewasa ini Kinyah Uut Danum ini banyak diperlihatkan pada acara acara khusus atau sewaktu menyambut tamu yang berkunjung. Tarian ini sangat susah dipelajari karena selain menggunakan Ahpang (Mandau) yang asli, juga karena gerakannya yang sangat dinamis, sehingga orang yang fisiknya kurang prima akan cepat kelelahan.
Tari Zapin pada masyarakat Melayu Kalimantan Barat, Zapin merupakan tarian Masyarakat Melayu Nusantara diadofsi dari timur tengah yaitu Hadramaut, selanjutnya menyebar ke Riau seterusnya ke Kalbar. Merupakan suatu tari pergaulan dalam masyarakat, sebagai media ungkap kebahagiaan dalam pergaulan. Jika ia menggunakan properti Tembung maka disebut Zapin tembung, jika menggunakan kipas maka di sebut Zapin Kipas.
Tari Menoreh Getah adalah tarian yang menggambarkan kegiatan sehari-hari masyarakat pedesaan Kalimantan Barat.
Tari Mandau, merupakan wujud semangat juang para pemuda suku dayak untuk membela hukum dan martabatnya.
Alat Musik Tradisional
- Gong/Agukng, Kollatung (Uut Danum) merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kuningan, merupakan alat musik yang multifungsi baik sebagai mas kawin, sebagai dudukan simbol semangat dalam pernikahan. maupun sebagai bahan pembayaran dalam hukum adat.
- Gambus, alat musik petik khas suku Melayu yang mendapat pengaruh dari arab.
- Tawaq (sejenis Kempul) merupakan alat musik untuk mengiringi tarian tradisional masyarakat Dayak secara umum. Bahasa Dayak Uut Danum menyebutnya Kotavak.
- Hadrah, alat musik khas suku Melayu yang berbentuk seperti gendang tapi memiliki gerincing-gerincing disekelilingnya.
- Sapek merupakan alat musik petik tradisional dari Kapuas hulu dikalangan masyarakat Dayak Kayaan Mendalam kabupaten Kapuas hulu. Pada masyarakat Uut Danum menyebutnya Konyahpik (bentuknya) agak berbeda sedikit dengan Sapek.
- Balikan/Kurating merupakan alat musik petik sejenis Sapek, berasal dari Kapuas Hulu pada masyarakat Dayak Ibanik, Dayak Banuaka".
- Kangkuang merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kayu dan berukir, terdapat pada masyarakat Dayak Banuaka Kapuas Hulu.
- Keledik/Kedire merupakan alat musik terbuat dari labu dan bilah bambu di mainkan dengan cara ditiup dan dihisap, terdapat di daerah Kapuas Hulu. Pada suku Dayak Uut Danum di sebut Korondek. Entebong merupakan alat musik Pukul sejenis Gendang yang banyak terdapat di kelompok Dayak Mualang di daerah Kabupaten Sekadau.
- Rebab, yaitu alat musik gesek, terdapat pada suku Melayu penggunaannya mirip dengan biola.
- Kohotong, yaitu alat musik tiup, terbuat dari dahan semacam pelepah tanaman liar di hutan seperti pohon enau.
- Sollokanong (beberapa suku Dayak lain menyebutnya Klenang) terbuat dari kuningan, bentuknya lebih kecil dari gong, penggunaannya harus satu set.
- Terah Umat (pada Dayak Uut Danum) merupakan alat musik ketuk seperti pada gamelan Jawa. Alat ini terbuat dari besi (umat) maka di sebut Terah Umat.
Senjata Tradisional
- Mandau (Ahpang: sebutan Uut Danum) adalah sejenis Pedang yang memiliki keunikan tersendiri, dengan ukiran dan kekhasannya. Pada suku Dayak Uut Danum hulunya terbuat dari tanduk rusa yang diukir, sementara besi bahan Ahpang (Mandau) terbuat dari besi yang ditambang sendiri dan terdiri dari dua jenis, yaitu Bahtuk Nyan yang terkenal keras dan tajam sehingga lalat hinggap pun bisa putus tetapi mudah patah dan Umat Motihke yang terkenal lentur, beracun dan tidak berkarat.
- Tumbak
- Keris Melayu
- Sumpit (Sohpot: sebutan Uut Danum)
- Senapang Lantak ( senjata Tradisional )
- Duhung (Uut Danum)
- Isou Bacou atau Parang yang kedua sisinya tajam (Uut Danum)
- Lunjuk atau sejenis tumbak untuk berburu (Uut Danum)
- Mandau ( sejenis pedang namun berukir pada besi dan ganggang, bilah besi berbentuk cembung sebelah.
- Nyabor ( sejenis mandau namun melentik ke atas bilah besinya memiliki ketajaman yang sama )
Sastra lisan
Beberapan sastra lisan yang ada di daerah ini antara lain:
- Bekana merupakan cerita orang tua masa lalu yang menceritakan dunia khayangan atau Orang Menua Pangau (dewa-dewi) dalam mitologi Dayak Ibanik: Iban, Mualang, Kantuk, Desa dan lain-lain.
- Bejandeh merupakan sejenis bekana tetapi objek ceritanya beda.
- Nyangahatn, yaitu doa tua pada masyarakat Dayak Kanayatn.
- Pantun Jepin yaitu syair-syair atau gurindam yang dilantunkan pada acara adat suku Melayu.
Pada suku Dayak Uut Danum, sastra lisannya terdiri dari Kollimoi (zaman kedua), Tahtum (zaman ketiga), Parung, Kandan dan Kendau. Pada zaman tertua atau pertama adalah kejadian alam semesta dan umat manusia. Pada sastra lisan zaman kedua ini adalah tentang kehidupan manusia Uut Danum di langit. Pada zaman ketiga adalah tentang cerita kepahlawanan dan pengayauan suku dayak Uut Danum ketika sudah berada di bumi, misalnya bagaimana mereka mengayau sepanjang sungai Kapuas sampai penduduknya tidak tersisa sehingga dinamakan Kopuas Buhang (Kapuas yang kosong atau penghuninya habis) lalu mereka mencari sasaran ke bagian lain pulau Kalimantan yaitu ke arah kalimantan Tengah dan Timur dan membawa nama-nama daerah di Kalimantan Barat, sehingga itulah mengapa di Kalimantan Tengah juga ada sungai bernama sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Tahtum ini jika dilantunkan sesuai aslinya bisa mencapai belasan malam untuk satu episode, sementara Tahtum ini terdiri dari ratusan episode. Parung adalahsastra lisan sewaktu ada pesta adat atau perkawinan. Kandan adalah bahasa bersastra paling tinggi dikalangan kelompok suku Uut Danum (Dohoi, Soravai, Pangin, Siang, Murung dan lain-lain)yang biasa digunakan untuk menceritakan Kolimoi, Parung, Mohpash dan lain-lain. Orang yang mempelajari bahasa Kandan ini harus membayar kepada gurunya. Sekarang bahasa ini sudah hampir punah dan hanya dikuasai oleh orang-orang tua. Sementara Kendau adalah bahasa sastra untuk mengolok-olok atau bergurau.
Tenun
Kain Tenun Tradisional terdapat di beberapa daerah, di antaranya:
- Tenun Daerah Songket Sambas, kain tenun tersebut biasa disebut Kain Lunggi atau Kain benang Emas, di sebut demikian karena salah satu bahan yang di pergunakan adalah benang emas yang berwarna kuning emas. Kain tenun ini telah ada sejak kesultanan Sambas pada tahun 1675 yang mmeerintah kesultanan Sambas selama 10 tahun
- Tenun Belitang daerah Kumpang Ilong Kabupaten Sekadau ( Dayak Mualang / Ibanik )
- Tenun Ensaid Panjang Kabupaten Sintang ( Dayak Desa / Ibanik)
- Tenun Kapuas Hulu ( Iban dan Kantuk / Kelompok Ibanik )
- Sulam Kalengkang khas suku Melayu Kabupaten Sanggau,
Kerajinan Anyam Manik
Anyam Manik kelompok Dayak Banuaka Group:
anyam baju adat Dayak Taman, tamambaloh, peniung, Kalis ( baju Manik dan baju Burik)
Kerajinan Anyam Rotan atau bambu
Bakul, keranjang, Kelayak, Tudung Saji, ambinan, dsb. tersebar di Pontianak, Landak, Sanggau, Sekadau, Sintang, Kapuas hulu.
Kerajinan Tangan
Berbagai macam kerajinan tangan dapat diperoleh dari daerah ini, misalnya:
- Tikar Lampit, di Pontianak dan daerah Bengkayang, Sintang, Kapuas Hulu, Ketapang.
- Bidai ( bahasa Ibanik ) atau bide (bahasa Kanayatn Group) tersebar hampir disebagian suku Dayak baik di Indonesia maupun di Serawak, bidai merupakan tikar tradisional Dayak, terdapat di Bengkayang, Sekadau, Kapuas Hulu, Serawak ( pada komunitas Dayak Iban)
- Ukir-ukiran, perisai, mandau dan lain-lain terdapat di Pontianak dan Kapuas Hulu.
- Kacang Uwoi (tikar rotan bermotif) khas suku Dayak Uut Danum.
- Takui Darok (caping lebar bermotif) khas suku Dayak Uut Danum.
Kue Tradisional
Kue-kue tradisional banyak dijumpai di tempat ini, misalnya:
- Lemang, terbuat dari pulut di masukan ke dalam bambu, merupakan makanan tradisional masyarakat masa lampau yang kini masih dilestarikan.
- Lemper, terbuat dari pulut yang di isi daging/kacang terdapat didaerah Purun merupakan makanan tradisional
- Lepat, terbuat dari tepung yang di dalamnya di masukan pisang.
- Jimut, kue tradisional pada masyarakat Dayak Mualang daerah Belitang Kabupaten Sekadau yang terbuat dari tepung yang dibentuk bulatan sebesar bola pimpong.
- Lulun, sejenis lepat, yamg isimya gula merah, terdapat di daerah Belitang kab sekadau
- Lempok, Dodol yang dibuat dari Durian
- Tumpi', terdapat pada masyarakat Dayak kanayatn, yang terbuat dari bahan tepung.
- Tehpung, kue tradisional pada dayak Uut Danum, terbuat dari beras pulut yang ditumbuk halus dan digoreng. Kue ini biasanya di buat pada acara adat, bentuknya ada yang seperti perahu, gong dan lain-lain.
- kue lapis berbagai macam serta kue keranjang dari tionghoa
Masakan dan makanan Tradisional
Kuliner yang bisa kita dapatkan dari daerah ini adalah:
- Masakan Asam Pedas di daerah Pontianak
- Masakan Bubur Pedas di daerah Sambas
- Kerupok basah, merupakan makanan khas Kapuas Hulu
- Ale-ale, merupakan makanan khas Ketapang
- Pansoh, yaitu masakan daging di dalam bambu pada masyarakat Dayak.
- Mie Tiaw/kwetiau, merupakan masakan khas Tionghoa Pontianak yang terdapat di kota Pontianak
- Nasi Ayam dan Mie Pangsit, merupakan masakan khas penduduk Tionghoa Singkawang dan sekitarnya
- Sungkui, merupakan masakan khas Melayu Kabupaten Sanggau.
- Lek Tau Suan, Makanan Tionghoa Khas Pontianak
Referensi
- ^ "Jumlah penduduk Menurut Tipe Daerah kabupaten/Kota Provinsi Kalimantran Barat, 2014-2018". BPS. Diakses tanggal 2019-12-21.
- ^ https://www.scribd.com/document/329206857/Kalimantan-Barat-Dalam-Angka-2016-pdf
- ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Diakses tanggal 2013-02-15.
- ^ Arsitektur Tradisional Daerah Kalimantan Barat. Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1986. hlm. 35.
- ^ "Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat". kalbar.bps.go.id. Diakses tanggal 2019-02-22.
- ^ (Inggris) Soetarto, Endriatmo (2001). Decentralisation of administration, policy making and forest management in Ketapang District, West Kalimantan. CIFOR. hlm. 1. ISBN 9798764854. ISBN 978-979-8764-85-1
- ^ (Indonesia) Ishak, Awang Faroek. Membangun Wilayah Perbatasan Kalimantan dalam Rangka Memelihara dan Mempertahankan Integritas Nasional. Penerbit Indomedia. hlm. 15. ISBN 9799733650. ISBN 978-979-97336-5-8
- ^ "BPS Provinsi Kalimantan Barat". kalbar.bps.go.id. Diakses tanggal 2019-11-27.
- ^ (Inggris) Smedley, Edward (1845). Encyclopædia metropolitana; or, Universal dictionary of knowledge. hlm. 713.
- ^ (Inggris) Malayan miscellanies (1820). Malayan miscellanies. hlm. 7.
- ^ (Belanda) Hoëvell, Wolter Robert (1861). Tijdschrift voor Nederlandsch Indië. 52. Ter Lands-drukkerij. hlm. 220.
- ^ (Belanda) Perhimpunan Ilmu Alam Indonesia, Madjalah ilmu alam untuk Indonesia (1856). Indonesian journal for natural science. 10-11.
- ^ Sejarah Nasional Indonesia; Pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaaan
- ^ (Inggris) Donald F. Lach, Asia in the making of Europe: The century of discovery, Volume 2, University of Chicago Press, 1994 ISBN 0-226-46732-5, 9780226467320
- ^ (Belanda) Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia (1857). "Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde". 6. Lange & Co.: 243.
- ^ J. J. Ras, Hikajat Bandjar: A study in Malay historiograph, Martinus Nijhoff, 1968
- ^ (Inggris) J. H., Moor (1837). Notices of the Indian archipelago & adjacent countries: being a collection of papers relating to Borneo, Celebes, Bali, Java, Sumatra, Nias, the Philippine islands ... Singapore: F.Cass & co.
- ^ (Belanda) Ludovicus Carolus Desiderius van Dijk (1862). Neêrlands vroegste betrekkingen met Borneo, den Solo-Archipel, Cambodja, Siam en Cochin-China: een nagelaten werk. J. H. Scheltema. hlm. 214.
- ^ (Indonesia)Tomi (2014). Pasak Negeri Kapuas 1616-1822. Indonesia: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. hlm. 221. ISBN 602961357X.ISBN 9786029613575
- ^ (Inggris) Soekmono, Soekmono (1981). Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia 3. Kanisius,. ISBN 9794132918.ISBN 978-979-413-291-3
- ^ (Inggris) Townsend, George Henry (1867). A manual of dates: a dictionary of reference to the most important events in the history of mankind to be found in authentic records (edisi ke-2). Warne. hlm. 160.
- ^ (Belanda)Allen's Indian mail, and register of intelligence for British and foreign India, China, and all parts of the East, Volume 4, 1846
- ^ (Belanda) Nederlandisch Indië (1849). "Staatsblad van Nederlandisch Indië". s.n.
- ^ De Nederlandsch-indische Strafvordering
- ^ (Indonesia) Djoko Pramono, Budaya bahari, Gramedia Pustaka Utama, 2005 ISBN 979-22-1351-1, 9789792213515
- ^ "Deforestasi di Kalbar Mendesak untuk Diatasi". Kompas. 18 Januari 2019. Hlm.15
- ^ "Daerah Belum Pahami Proses Hutan Adat". Kompas. Hlm.17.
- ^ "Kubu Raya". Pontianak Post. Diakses tanggal 2019-02-22.
- ^ a b Saputra, Emanuel Edi (1 Desember 2018). "Membangun Asa dari Gubuk Gulita". Kompas. Hlm. 1 & 15.
- ^ "Inilah Foto-foto Gubernur Kalbar dari Masa Pimpinan Adji Panggeran Afloes Hingga Cornelis". Tribunnews.com. 31 Januari 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-07. Diakses tanggal 4 November 2017.
- ^ "Gubernur Kalimantan Barat dan Sejarah Singkatnya". ApriBarbor. Maret 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-30. Diakses tanggal 30 Juni 2018.
- ^ a b c d e f "Galeri Pontianak Tempo Doeloe". Dinas Perpustakaan, Arsip & Dokumentasi Pemerintah Kota Pontianak. Diakses tanggal 30 Juni 2018.[pranala nonaktif permanen]
- ^ Chairunnisya. Pernah Berstatus Daerah Istimewa, Oevang Oeray Gubernur Pertama:Pemerintahan Daerah Kalimantan Barat dari Masa ke Masa Diarsipkan 2015-09-24 di Wayback Machine.. Pontianak Post. Kamis, 27 Januari 2011. Diakses pada 30 Juli 2012.
- ^ "Keppres RI No. 167 tahun 1965" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Sistem Informasi, Perundang-undangan, Sekretariat Kabinet RI. 11 Juni 1965. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-11-07. Diakses tanggal 15 Januari 2018.
- ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2019-04-08. Diakses tanggal 2019-04-08.
- ^ Nadlir, Moh. (15 Januari 2018). Wedhaswary, Inggried Dwi, ed. "Mendagri Lantik Penjabat Gubernur Kalimantan Barat". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-15. Diakses tanggal 15 Januari 2018.
- ^ https://news.detik.com/berita/d-6913753/tito-resmi-lantik-9-pj-gubernur-ada-bey-machmudin-hingga-nana-sudjana
- ^ "DILANTIK, Ini Nama 65 Anggota DPRD Kalbar Periode 2019-2024! PDIP 15, Perindo dan PKPI 1 Wakil". tribunpontianak.co.id. 30-09-2019. Diakses tanggal 30-10-2019.
- ^ "DPRD Provinsi Kalbar Periode 2019-2024 Resmi Dilantik". strategi.co.id. 03-10-2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-30. Diakses tanggal 30-10-2019.
- ^ "Pelantikan DPRD Provinsi oleh Gubernur Kalbar Periode 2019-2024". porosnusantara.co.id. 04-10-2019. Diakses tanggal 30-10-2019.
- ^ "Pelantikan Anggota DPRD Prov Kalbar, Ribuan Mahasiswa Aksi". sambaskini.com. 30-09-2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-11. Diakses tanggal 30-10-2019.
- ^ "65 Caleg Terpilih DPRD Kalbar Ditetapkan". kalbar.kpu.go.id. 13-08-2019. Diakses tanggal 30-10-2019.
- ^ "KPU Kalbar Tetapkan Nama Caleg Terpilih". kalbar.antaranews.com. 12-05-2014. Diakses tanggal 30-10-2019.
- ^ "Daftar Angggota DPRD Provinsi Kalimantan Barat periode 2009-2014". jariungu.com. Diakses tanggal 13-12-2019.
- ^ "BPS Provinsi Kalimantan Barat". kalbar.bps.go.id. Diakses tanggal 2019-11-27.
- ^ "BPS Provinsi Kalimantan Barat". kalbar.bps.go.id. Diakses tanggal 2019-11-27.
- ^ "Provinsi Kalimantran Barat Dalam Angka 2021" (pdf). BPS. hlm. 13, 95. Diakses tanggal 11 April 2021.
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019.
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020.
Pranala luar
- (Indonesia) Situs resmi Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
- (Indonesia) Portal Real Time Pertama Di Kalimantan Barat
- (Indonesia) Informasi Lengkap Seputar Kalimantan Barat
- (Indonesia) Barat/Demografi.htm Profil Demografi Kalimantan Barat
- (Indonesia) Barat/Ekonomi.htm Profil Ekonomi Kalimantan Barat
- (Indonesia) Barat/Wisata.htm Profil Wisata Kalimantan Barat
- (Indonesia) Barat/ Ekonomi Regional Kalimantan Barat
- (Indonesia) Barat/ Statistik Regional Kalimantan Barat