Artikel ini berada dalam lingkup ProyekWiki Biologi, sebuah kolaborasi untuk meningkatkan kualitas Biologi di Wikipedia. Jika Anda ingin berpartisipasi, silakan kunjungi halaman proyek, dan Anda dapat berdiskusi dan melihat tugas yang tersedia.
Artikel ini berada dalam lingkup ProyekWiki Tiongkok, sebuah kolaborasi untuk meningkatkan kualitas Tiongkok di Wikipedia. Jika Anda ingin berpartisipasi, silakan kunjungi halaman proyek, dan Anda dapat berdiskusi dan melihat tugas yang tersedia.
Halo semua, begini kita mau mendiskusikan apakah zona waktu yang dipakai untuk mengupdate kasus 2019-nCoV ini harus pakai UTC, atau WIB, atau waktu Tiongkok (UTC+8) yang sama dengan WITA. Seperti yang kita ketahui, kasus ini bermula dari Wuhan, yang pakai zona waktu sama dengan WITA. Kemudian lambat laun penyebarannya menjalar ke seluruh dunia. Masalahnya zona waktu yang dipakai beberapa negara berbeda-beda contohnya Jepang dan Korea yang gunakan Utc+9 sama dgn WIT, Thailand dan Vietnam yang waktunya sama dengan WIB (UTC+7), Prancis yang gunakan UTC+1,dsb. Situasi ini menjadi lebih kompleks karena berbagai kasus dilaporkan pakai zona waktu yang berbeda-beda sehingga menyusahkan para editor untuk mengupdate kasusnya. Haruskah kita menggunakan waktu UTC sebagai standar untuk menginput data di Wiki untuk melaporkan kasus ini soalnya kalau kita pakai WIB terlalu bias ke Indonesia Barat, waktu Tiongkok terlalu bias ke negaranya, dsb. Saya ingin minta pendapat dari banyak user, terutama RianHS, Sonic Speedy, Akuindo, Farras dll tidak tertutup kemungkinan saya akan melibatkan para editor en Wiki untuk mendiskusikan hal ini. Yayan550 (bicara) 26 Januari 2020 21.16 (UTC)Balas
Menurut saya, untuk peristiwa di luar Indonesia, sebaiknya utamakan waktu setempat dan tambahkan keterangan/acuan UTC dalam kurung (agar pembaca di Medan/Denpasar/Jayapura bisa menakar sendiri perbedaan jam sesuai tempat tinggalnya). Untuk peristiwa di Indonesia, WIB/WITA/WIT sudah cukup tanpa UTC. Misal:
Apakah halaman ini harusnya dinamai "Wabah virus korona baru 2019–2020" karena mungkin kata koronavirus terlalu asing bagi para pembaca dan di Indonesiapun lebih sering memakai kata virus korona daripada koronavirus. Sonic Speedy (bicara) 28 Januari 2020 09.12 (UTC)Balas
Secara bahasa, memang lebih tepat memakai “virus korona”. Contoh lain: influenzavirus → virus influenza. Namun, jika ingin konsisten, kita perlu mengubah nama virus lainnya, termasuk nama-nama virus yang “kurang populer”. Beberapa contohnya bisa dilihat di Kategori:Spesies virus. Lalu, bagaimana dengan tingkat takson yang lebih tinggi? Misalnya Kategori:Genus virus dst? RianHS (bicara) 28 Januari 2020 09.48 (UTC)Balas
Memang istilah virus ini di Indonesia sangat beragam. Di mayoritas media massa kita seperti detikcom, cnn Indonesia, liputan6, dll mereka konsisten menyebutnya virus Corona pakai huruf C. Sangat sedikit sekali mereka menyebutnya virus korona pakai huruf K (yang dipakai koran Pikiran Rakyat) atau koronavirus (yang dipakai Kantor Berita Antara). Akan tetapi penyebutannya bisa berbeda-beda tergantung situasi dan kondisi terkini. Yayan550 (bicara) 29 Januari 2020 00.08 (UTC)Balas
Setuju kalau bisa semua bagian yang berkaitan dengan kronologi kasus dari awal menyebarnya kasus sampai sekarang bisa dipisah dengan artikelnya sendiri. Contoh Wikipedia Bahasa Inggris yang kronologinya dipisah ke artikelnya sendiri. Toh, yang membedakannya adalah sumbernya banyak yang berasal dari Indonesia.