Minhajul Abidin
Minhajul Abidin (secara harfiah berarti Pedoman Dasar bagi para Ahli Ibadah) adalah kitab tasawuf karangan Imam Al-Ghazali. Kitab ini ditulis menjelang wafatnya Imam Al-Ghazali. Dengan kata lain, ditulis setelah Kitab Ihya Ulumuddin.
Dalam kitab ini Imam Al-Ghazali menggunakan istilah 'aqobah yang artinya jalan mendaki yang sukar ditempuh.[1] Menurut Imam Al-Ghazali ada tujuh 'aqobah yang dapat menghambat kualitas ibadah serta faktor-faktor yang menghambat komunikasi personal seorang hamba dengan Tuhan. Dalam teks indonesia 'abobah diterjemahkan sebagai tanjakan. Namun, ada juga yang menafsirkan kata 'aqobah dalam kitab ini sebagai metode atau juga rintangan. Tujuh tanjakan tersebut harus ditempuh oleh setiap hamba untuk meningkatkan kualitas ibadahnya kepada Allah.
Dengan demikian, tema pokok dalam kitab Minhajul Abidin ini lebih fokus dan lebih bersifat praktis jika dibandingkan dengan kitab Ihya Ulumuddin.[1]
Tanjakan Pertama
Ilmu dan Ma'rifat [2]
"ilmu itu ibarat permata dan lebih utama dari ibadat. Namun, kita tidak boleh meninggalkan ibadah dengan disertai ilmu. Misalnya sebuah pohon, ilmu ibarat pohonnya dan ibadah buahnya. Maka, jika kita beribadat tanpa dibekali ilmu, ilmu tersebut akan lenyap bagaikan debu ditiup angin" (Halaman 18.)
"Ilmu makrifat adalah, orang yang harus mengenal 4(empat) perkara: 1. Mengenal dirinya. 2. Mengenal Tuhannya. 3. Mengenal dunia. 4. Mengenal akhirat. (halaman 37-38)
Tanjakan Kedua
Taubat [2]
Penjelasan segera menyusul
Tanjakan Ketiga
Godaan [2]
Penjelasan segera menyusul
Tanjakan Keempat
Rintangan [2]
Penjelasan segera menyusul
Tanjakan Kelima
Pendorong [3]
Penjelasan segera menyusul
Tanjakan Keenam
Cacat-cacat (Celaan) [2]
Penjelasan segera menyusul
Tanjakan Ketujuh
Puji dan Syukur kepada Allah SWT [2]
Penjelasan segera menyusul