Buluh Awar, Sibolangit, Deli Serdang

desa di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara

Buluh Awar adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra Utara.

Buluh Awar
Negara Indonesia
ProvinsiSumatra Utara
KabupatenDeli Serdang
KecamatanSibolangit
Kode pos
20357
Kode Kemendagri12.07.03.2009 Edit nilai pada Wikidata
Luas2,5 km²
Jumlah penduduk500 jiwa (2000)
Kepadatan200 jiwa/km² (2000)

Desa kecil di pedalaman Deli Serdang ini memiliki sejarah yang erat kaitannya denga Penginjilan Pertama bagi Suku Karo yang dipelopori oleh Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG). Sebuah lembaga penginjilan Belanda, dengan mengirim Pdt. H.C. Krujt sebagai misionaris pertamanya ke Buluhawar.

Di desa ini juga, gereja pertama bagi masyarakat Suku Karo berdiri, dinamai dengan Karo Kerk atau dapat diterjemahkan sebagai Gereja Karo.

Referensi


Buluh Awar, Center Aren Penghasil Nira dan Gula Merah Hanya butuh waktu sekitar satu jam dari Simpang Pos, Kota Medan, untuk sampai di simpang Pasar Baru, Desa Buluh Awar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deliserdang, Sumatra Utara (Sumut). Di simpang Pasar Baru itu, ada sebuah plang berukuran kecil bertulis Centra Aren. Lokasinya hanya berjarak sekitar lima kilometer (km) dari simpang tersebut. Jarak tempuhnya memang tidak terlalu jauh, tetapi waktu tempuhnya bisa mencapai kurang lebih satu jam. Itu karena jalannya yang kurang mendukung. Jalan dengan lebar sebadan mobil minibus itu kondisinya masih sirtu (pasir dan batu).

Begitupun, dengan hembusan angin yang terasa sejuk serta pemandangan yang asri membuat goncangan jalan berlubang tidak terlalu terasa. Apalagi, setelah sampai di lokasi yang dituju, Villa Arenku. Di sana telah berkumpul sejumlah petani aren, Kepala Desa Buluh Awar Obet Bukit dan Sekretaris Desa (Sekdes) Abadi Tarigan.

Dengan penuh keramahan, mereka menyambut rombongan Dinas Perkebunan Sumut berserta pendamping Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Sumut N Akelaras. Hari itu, Rabu, 28 Januari 2015, merupakan hari yang dinanti-nanti para petani aren di desa itu.

�Selama ini kami belum pernah dikunjungi bapak-bapak dari Dinas Perkebunan Sumut,�itulah sepenggal kalimat yang diucapkan Sekdes Buluh Awar Abadi Tarigan mengawali diskusi tersebut.

Desa Buluh Awar merupakan salah satu penghasil gula merah di Kabupaten Deliserdang yang mulai diperhitungkan produksinya untuk memenuhi kebutuhan gula aren (gula merah) masyarakat Sumut.

Di desa yang memiliki 126 kepala keluarga (KK) itu menurut Kepala Desa Buluh Awar Obet Bukit, sekitar 80%nya berpenghasilan dari aren dan selebihnya bertani. Ada yang menanam padi, dan juga komoditas hortikultura seperti manggis, pisang barangan serta komoditas perkebunan seperti kakao, karet, pinang dan kelapa.

�Seluruhnya ada sekitar 446 hektare lahan pertanian yang ada di desa ini dan sekitar 40 hektare diantaranya merupakan tanaman padi sawah,� jelasnya.

Sayangnya, untuk tanaman aren sendiri, meski mendominasi sumber penghasilan masyarakat setempat namun sejauh ini belum ada budidaya yang intensif yang dilakukan petani. Artinya, keberadaan pohon-pohon aren itu masih tumbuh secara alami atas bantuan hewan/binatang seperti musang dan sejenisnya yang memang menyukai buah aren yang sudah matang. �Itulah yang selanjutnya dikembangkan masyarakat desa,� ucap Obet.

Obet sendiri mengaku belum mendata seluruhnya pohon aren yang dimiliki warganya. Tetapi, dari 16 orang petani yang baru mereka data, ada sekitar 1.722 pohon aren. Dari jumlah tersebut sekitar 117 pohon diantaranya sedang berproduksi, 348 pohon telah berproduksi dan 1.257 pohon belum berproduksi. �Kalau hektarenya, kita tidak tahu tetapi yang jelas kepemilikian seorang petani rata-rata di atas 50 batang. Itu kalau dirata-ratakan, karena ada juga seorang petani yang memiliki 100 hingga 200 batang bahkan lebih,� terang Obet.

Meski belum memiliki angka pasti, tetapi Obet menyakini setiap harinya sekitar 2.000 liter nira yang bisa dihasilkan dari pohon aren yang ada di desa tersebut. 1.000 liter diantaranya dijual dalam bentuk nira segar untuk dijadikan minuman tradisional atau tuak dan sebagian lagi diolah menjadi gula merah asli aren.

�Pohon aren ini sangat strategis dalam mendukung kesejahteraan masyarakat pedesaan.Karena bisa dikerjakan seluruh anggota keluarga tanpa memandang tingkat pendidikannya. Dan, Desa Buluh Awar memiliki potensi yang besar untuk budidaya aren,� jelas pemilik 91 pohon aren ini.

Rata-rata air nira yang dihasilkan dari sebatang pohon aren menurut Obet, berkisar 20 liter per hari dengan dua kali penyadapan, yakni pagi dan sore. Nira tersebut dijual kepada agen atau penampung yang datang ke desa itu untuk selanjutnya dipasarkan ke berbagai daerah di Sumut. Seperti ke Karo dan Kota Medan