Taman Eden

Revisi sejak 6 Februari 2020 02.36 oleh RenolSimanjuntak (bicara | kontrib) (Membalikkan revisi 16528225 oleh 2A03:2880:13FF:11:0:0:FACE:B00C (bicara))

Taman Eden, dari bahasa Ibrani Gan Eden, גן עדן (Arab: Jannatul 'Adn ) adalah sebuah tempat yang diceritakan dalam Kitab Kejadian pasal 2 dan 3;[1] bagian dari agama Abrahamik. Cerita Taman Eden mengisahkan tentang bagaimana Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, memerintahkan mereka untuk tidak memakan buah dari Pohon Pengetahuan tentang Yang Baik dan Yang Jahat, dan bagaimana mereka dikeluarkan dari taman tersebut setelah melanggar perintah-Nya, karena tergoda oleh ular, dan memakan buah dari pohon Pengetahuan tersebut. Sebagai bagian dari pengusiran tersebut, kerubim (malaikat-malaikat kecil) dan sebuah pedang berapi dipasang di depan taman tersebut, untuk mencegah manusia kembali dan memakan dari Pohon Kehidupan.

"Kejatuhan Manusia" oleh Lucas Cranach, gambaran Taman Eden oleh seorang Jerman dari abad ke-16

Orang Kristen biasanya menghubungkan ular dengan Iblis, meskipun hal tersebut tidak dinyatakan secara eksplisit. Namun, sebuah sekte Kristen gnostik, dikenal sebagai Ofit, menyembah ular tersebut sebagai pahlawan yang mencoba untuk "impart" gnosis, dan mengatakan Tuhan adalah jahat mencoba untuk mengurung mereka di dalam penciptaan demi-urge.

Dalam cerita taman tersebut terletak di Eden, dan oleh karena itu "Eden" menandakan sebuah wilayah yang lebih besar yang merupakan tempat dari taman itu dan bukan nama taman tersebut. Dan oleh karena itu taman tersebut terletak di Eden.

Untuk penghubungan antara Taman Eden dengan firdaus (taman sorgawi dalam agama Timur-Tengah).

Geografi

 
Eden seperti digambarkand alam The Garden of Earthly Delights mencakup banyak binatang Afrika yang eksotis.

Kitab Kejadian tidak memuat banyak informasi tentang taman itu sendiri. Di taman ini terdapat Pohon Kehidupan dan Pohon Pengetahuan tentang Yang Baik dan Yang Jahat, serta berlimpah tanaman lainnya yang dapat menjadi sumber makanan bagi Adam dan Hawa.

"Sebuah sungai mengalir keluar dari Eden untuk mengairi taman itu, dan di situ sungai itu bercabang menjadi empat sungai".

Teks ini menegaskan bahwa di dalam Taman itu sungai itu terbagi menjadi empat cabang: Tigris, Eufrat, Pison dan Gihon.[2] Identitas kedua sungai yang terakhir telah menjadi bahan argumen yang tidak ada habisnya, tetapi bila Taman Eden memang benar-benar dekat sumber-sumber sungai Tigris dan Eufrat, maka pencerita asli di Tanah Kanaan mestinya telah mengidentifikasikan lokasinya di sekitar Pegunungan Taurus.

Dalam buku karya Isaac Asimov, Asimov's Guide to the Bible, ia membuat catatan bahwa kita harus "Memperhatikan bahwa bukan taman itu sendiri yang disebut Eden. Orang tidak dapat berbicara tentang 'Eden' seolah-olah kata itu sinonim dengan Taman tersebut, seperti halnya orang tidak dapat berbicara tentang 'California' seolah-olah kata itu sinonim dengan Taman Yosemite."

Lokasi alternatif

Bila lokasi dari para pencerita asli kisah ini diabaikan, maka telah ada sejumlah klaim tentang lokasi geografis sesungguhnya dari Taman Eden, meskipun tak satupun di antaranya ada hubungannya dengan Timur Tengah dekat Mesopotamia. Lokasi yang jauh hingga di Ethiopia, Jawa, Seychelles, Brabant, dan Bristol, Florida - semuanya telah diusulkan sebagai lokasi Taman ini. Banyak teolog Kristen percaya bahwa Taman ini tidak pernah ada di muka bumi, melainkan berada di dekat surga sehingga ia diidentikkan dengan Firdaus (lihat bawah).

Yang lainnya menunjuk bahwa dunia pada masa Eden telah dihancurkan dalam banjir besar pada masa Nuh dan karena itu tidak mungkin untuk melokalisir Taman itu di manapun juga dalam geografi pasca-banjir. Ada pula usaha untuk menghubungkannya dengan tanah mistis yang tenggelam di Atlantis. Sebuah lokasi favorit adalah Sundaland yang kini menjadi Laut Tiongkok Selatan. Dalam kasus ini, sungai Tigris dan Eufrat bukanlah sungai yang dirujuk dalam kisah ini, melainkan sungai-sungai yang di kemudian hari yang diberi nama sesuai dengan sungai-sungai yang telah ada sebelumnya, sama seperti pada masa modern ketika para kolonis menamai daerah baru mereka sesuai dengan ciri-ciri yang serupa di tanah asal mereka. Gagasan ini ini juga memecahkan masalah yang ada bahwa Alkitab menggambarkan sungai-sungai itu mempunyai sumber yang sama, sementara sungai-sungai Tigris dan Eufrat yang sekarang tidak memilikinya.

Sebuah klaim mutakhir oleh arkeolog David Rohl menempatkan taman ini di timur laut Iran. Menurutnya, Taman ini adalah sebuah lembah sungai di sebelah timur Gunung Sahand, dekat Tabriz. Ia mengutip sejumlah kesamaan geologis dengan deskripsi Alkitab dan berbagai paralel linguistik sebagai buktinya.

Dilmun

Beberapa sejarahwan yang bekerja di dalam lingkup cakrawala budaya Sumeria paling selatan, di mana terdapat sumber paling awal yang masih ada tentang legenda ini, menunjuk kepada sebuah pusat perdagangan dari Zaman Perunggu di pulau Dilmun (kini Bahrain) di Teluk Persia, menggambarkannya sebagai 'tempat terbitnya matahari' dan 'Negeri Orang-orang yang Hidup'. Setting mitos penciptaan Sumeria, Enûma Elish, jelas mempunyai kesejajaran dengan kisah-kisan Kejadian. Setelah kemerosotannya, dimulai pada sekitar 1500 SM, Dilmun mengembangkan reputasinya sebagai sebuah taman kesempurnaan eksotis yang telah lama lenyap, dan hal ini tampaknya telah memengaruhi cerita Taman Eden. Dalam proses kebalikannya, para penafsir yang berpikiran harafiah kadang-kadang telah berusaha menciptakan sebuah taman yang mirip Eden di pusat perdagangan di Dilmun.

Sumeria

Orang-orang Sumeria pertama hidup di dataran yang kini dikenal sebagai Irak selatan. Kata bahasa Sumeria untuk dataran adalah "edin", dan kemungkinan sekali nama "Eden" berasal dari kata ini.

Eden sebagai Firdaus

Kata firdaus yang dijadikan sinonim oleh orang Kristen dengan Taman Eden adalah sebuah kata Persia, yang menjelaskan sebuah taman buah-buahan yang bertembok atau sebuah taman berburu tertutup. Kata ini muncul tiga kali dalam Perjanjian Lama, jelas tidak dalam hubungan dengan Eden: dalam Kidung Agung 4:13; Kitab Pengkhotbah 3:5; Nehemia 2:8.

Dalam Islam Taman Eden disebut Surga 'Adnin atau Jannatul 'Adnin

Etimologi

Istilah "Eden" dalam bahasa Ibrani kemungkinan berasal dari kata bahasa Akkadia edinu yang diambil dari kata bahasa Sumeria E.DIN..

Eden dalam Seni

 
Pengusiran Adam dan Hawa dalam manuskrip Caedmon bahasa Inggris, sekitar 1000 M.

Motif-motif Taman Eden yang paling sering digambarkan dalam manuskrip iluminasi dan lukisan-lukisan "Tidurnya Adam" ("Penciptaan Hawa"), "Pencobaan atas Hawa" oleh Si Ular, "Kejatuhan Manusia" yaitu ketika Adam menerima buah itu, dan "Pengusiran". Gambaran tentang "Hari Pemberian Nama di Eden" lebih jarang dilukiskan. Banyak dari kisah Milton Firdaus yang Hilang terjadi di Taman Eden.

Referensi

  1. ^ Kejadian 2–3
  2. ^ (Inggris) Paul Lawrence. 2006. The Lion Atlas of Bible History. oxford: Lion Hudson. 15.

Lihat pula

Pranala luar

  • (Inggris) Returning to Eden menyelidiki motif Taman Eden dari perspektif politis, historis dan filsafat, dan menganggapnya sebagai pendahulu dari utopianisme politik.