Subnivium

Revisi sejak 6 Februari 2020 09.51 oleh JumadilM (bicara | kontrib) (menambah teks)

Subnivium merupakan sebuah area yang terletak di antara tumpukan salju dan tanah. Subnivium adalah sebuah ekosistem penting bagi beberapa spesies makhluk hidup. Suhu normal subnivium adalah 0° Celsius. Beberapa makhluk hidup memiliki ketergantungan pada keberadaan subnivium.[1] Subnivium merupakan tempat perlindungan bagi keanekaragaman tanaman, mamalia, amfibi, burung, dan arthropoda. Makhluk-makhluk hidup tersebut berlindung dari suhu musim dingin yang ekstrem.[2] Subnivium dengan ketebalan salju yang cukup dan berongga akan memiliki kemampuan mencegah dingin yang baik. Sebaliknya, subnivium dengan ketebalan salju yang tipis dan tidak berongga akan memiliki suhu yang lebih dingin. [1]

Pembentukan

Pada skala regional, pembentukan subnivium dibatasi oleh iklim lingkungan. Pada skala lokal, vegetasi, mikrotopgrafi dan angin merupakan faktor pembentuk utama. Pembentukan dan persistensi subnivium sepenuhnya dikontrol secara langsung oleh akumulasi dan kepadatan salju. Pembentukan ini dipengaruhi suhu lingkungan, angin, salju, dan fluks radiasi. Stabilitas kehangatan subnivium terjaga dengan sangat baik pada kepadatan salju yang rendah. Peningkatan ablasi yang terjadi pada suhu lingkungan yang lebih hangat membuat kedalaman salju berkurang dan meningkatkan kepadatan salju. Gradien suhu antara lapisan bawah salju dan suhu udara mengalami peningkatan pada suhu yang lebih dingin. Ini meningkatkan kepadatan salju di permukaan kantong salju. Suhu udara tetap di bawah 0 ° C meskipun kepadatan meningkat. Ini mencegah terjadinya pencairan salju di permukaan dan mendukung retensi kedalaman salju. Angin mempengaruhi kedalaman dan kepadatan salju. Pengurangan akumulasi salju terjadi melalui erosi angin dan meningkatkan sublimasinya. Peningkatkan akumulasi dan pemadatan melalui redistribusi juga terjadi. Akhirnya, karakteristik salju terpengaruh oleh gelombang panjang yang bersih dan geombang pendek.[2]

Karakteristik tutupan salju diubah oleh tutupan lahan. Hujan salju ditahan pada kisaran 40% hingga 60% keseluruhan penutup kanopi. Hujan salju yang tertahan terkena oleh angin dan terkena radiasi matahari. Ini menyebabkan hujan salju tersebut rentan tersublimasi kembali ke atmosfer. Dengan demikian, kedalaman salju menjadi berkurang. Pengaruh lain juga meningkatkan retensi salju setelah paket salju dikembangkan dengan menyediakan penyangga terhadap angin dan menghalangi salju dari radiasi gelombang pendek yang masuk. Karena jumlah radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh hutan umumnya tidak melebihi radiasi gelombang pendek yang masuk, perlindungan termal yang diberikan oleh pohon dapat meningkatkan kondisi salju yang tahan lama.[2]

Subnivium terbentuk dari hasil sublimasi dan kondensasi di dalam bungkusan salju yang terjadi secara terus menerus. Subnivium terbentuk selama perpindahan uap air dari daerah dengan kepadatan uap yang tinggi ke kepadatan uap yang rendah. Kepadatan uap yang tinggi terletak pada permukaan tanah, sedangkan kepadatan uap yang rendah terletak pada permukaan salju. Gerakan uap ini membuat ukuran kristal es di lapisan salju paling bawah menjadi sangat kecil. Ini juga menghasilkan jaringan kristal yang saling terhubung secara longgar. Jaringan kristal ini memiliki kepadatan yang rendah, sehingga dapat menahan panas yang dilepaskan dari tanah. Ketika salju cukup tebal, daya hantar panas yang rendah dari sekumpulan salju mengisolasi subnivium. Ini menciptakan suatu iklim di area sempit yang lebih hangat dan lebih stabil dibandingkan dengan suhu udara di atas permukaan salju.[2]

Fakto-faktor yang Mempengaruhi

Subnivium merupakan hasil dari keseimbangan antara suhu lingkungan, ketebalan salju, dan kepadatan salju. Suhu lingkungan berfungsi menghambat sistem. Suhu lingkungan mampu mempengaruhi frekuensi hujan salju. Ini turut mempengaruhi perubahan ketebalan dan kepadatan salju.[2]

Referensi

  1. ^ a b Redaksi 1000guru (2016-12-14). "Subnivium: Di Bawah Selimut Salju". Majalah 1000guru (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-02-05. 
  2. ^ a b c d e Thompson, Kimberly L.; Zuckerberg, Benjamin; Porter, Warren P.; Pauli, Jonathan N. (2018-06). "The phenology of the subnivium". Environmental Research Letters (dalam bahasa Inggris). 13 (6): 064037. doi:10.1088/1748-9326/aac670. ISSN 1748-9326.