Nanji Laoren (Hanzi: 南极老人; lit. Pria Tua Kutub Selatan) adalah dewa perwujudan bintang Canopus, bintang paling terang dari rasi bintang Carina, dalam kepercayaan Taoisme. Dalam kultur Timur Jauh, bintang Canopus menjadi simbol dari kebahagiaan dan umur panjang.

Patung porselin Shouxing atau Nanji Laoren

Ia juga disebut dengan nama Shouxing (Hanzi sederhana: 寿星; Hanzi tradisional: 壽星; lit. Bintang Panjang Umur), dalam mitologi Tiongkok merupakan salah satu dari tiga bintang Fu Lu Shou. Meskipun dipuja sebagai dewa yang sangat berhubungan dengan usia panjang (shou), Shouxing tidak memiliki kuil yang khusus memujanya, tetapi banyak rumah-rumah yang membuat altar untuk Shouxing atau Fu Lu Shou.

Berdasarkan cerita rakyat Tiongkok, Shouxing digambarkan bijak, mengetahui segala hal, dan mampu mengatur dunia. Saat festival, keluarga Tiongkok biasanya berdoa kepada rupang atau gambarnya untuk bersyukur bahwa para orang tua di keluarga mereka dianugerahi usia panjang.[1]

Nama dan Etimologi

Nanji (Hanzi: 南极; Pinyin: nánjí) memiliki arti Kutub Selatan. Laoren (Hanzi: 老人; Pinyin: lǎorén) memiliki arti "pria atau wanita tua, orang tua, panggilan untuk orang tua atau kakek/ nenek yang sudah tua".[2]

Shouxing (Hanzi: 寿星; Pinyin: shòuxīng) memiliki arti "dewa umur panjang, atau orang tua yang hari ulang tahunnya sedang dirayakan". Shou memiliki arti "marga Shou; usia panjang; usia tua; umur; hidup; ulang tahun; pemakaman". Xing memiliki arti "bintang, satelit, jumlah sedikit".[2]

Aksara shou (usia panjang) sering digunakan bersama dengan aksara lu (bahagia) sebagai fushou (Hanzi: 福寿; Pinyin: fúshòu) yang merupakan ungkapkan "kebahagiaan dan umur panjang".[2]

Shou-xing juga dikenal dengan nama Shou-lao dan Nan-ji-Xian-weng (Hanzi: 南極仙翁; lit. Imortal Tua dari Kutub Selatan).[3] Selain itu, ia juga disebut sebagai:

  1. Shou Xing Gong (Hanzi: 寿星公; lit. Kakek Bintang Panjang Umur).
  2. Chang Ming Zhi Shen (Hanzi: 长命之神; lit. Dewa Pemilik Usia Panjang).

Legenda

Kelahiran hingga kenaikan ke surga

Pada suatu malam, seorang wanita muda berdiri di luar rumahnya dan melihat ke langit. Ia terkejut melihat sebuah bintang bersinar sangat benderang kemudian menunjukkan kepada suaminya. Suaminya berkata bahwa bintang itu adalah Bintang Kutub Selatan yang anehnya malam itu bersinar lebih terang daripada biasanya. Seorang tetangga yang mendengar pembicaraan tersebut segera keluar, tetapi bintang tersebut lenyap.[1]

Bersamaan dengan itu, si wanita muda merasa tidak sehat sehingga memutuskan untuk beristirahat. Saat tengah malam, wanita itu terbangun karena mendengar suara seorang anak kecil. Anak itu menjerit keras dan berkata kepadanya bahwa ia berada di dalam kandungannya, tetapi ia harus menunggu selama sepuluh tahun sebelum dapat terlahirkan. Wanita itu ketakutan kemudian membangunkan suaminya, ia ketakutan apakah ia sedang mengandung Bintang Kutub Selatan. Saat keduanya melongok keluar, bintang itu sudah tidak ada.[1]

Sembilan tahun kemudian, wanita yang tengah mengandung tersebut bertanya kapan putranya akan lahir. Tiba-tiba ia mendengar bayinya berkata bahwa waktunya masih belum tiba, ia akan lahir pada tahun ke sepuluh saat mata naga batu berubah merah. Tetangganya yang mendengar hal tersebut menganjurkan suami si wanita untuk mengecat mata naga batu dengan darah babi sehingga berwarna merah. Ternyata wanita tersebut melahirkan setelahnya. Mereka menamakan bayi tersebut Shou Xing atau Bintang Kutub Selatan.[1]

Namun, Shou Xing terlahir sama sekali tidak memiliki rambut karena ibunya mengandung dirinya tidak sampai sepuluh tahun. Karena tak berambut, ia malu bertemu dengan orang-orang serta memilih untuk berlatih Jalan di bukit. Suatu ketika, Shou Xing merasa ada yang memanggilnya untuk masuk ke dalam bukit dimana tak seorang pun berani masuk ke dalamnya. Orang-orang bertanya kemana dirinya pergi, ia menjawab ia pergi ke bukit dan akan kembali bila sudah tiba waktunya. Ia kembali 1000 tahun kemudian, pada masa Dinasti Song, setelah sembilan generasi terlewati.[1]

Shou Xing sekarang memiliki janggut yang panjang hingga ke pinggang, membawa tongkat berjalan yang ujungnya diikat botol labu di tangan kiri, dan persik keabadian di tangan kanan. Ia pergi menuju Bianliang dan menarik perhatian banyak orang karena penampilannya yang aneh. Para pejabat istana memberitahukan Kaisar Renzong mengenai kehadirannya sehingga sang kaisar memanggilnya untuk menghadap. Saat Kaisar Renzong bertanya berapa usianya, Shou Xing tidak menjawab melainkan meminta kurma dan arak. Setelah menghabiskan hampir tujuh gelas arak terbaiknya tetapi tetap tidak berkata apa-apa, kaisar merasa tidak terkesan kemudian mempersilahkannya untuk pergi. Shou Xing pergi keluar dari ibu kota.[1]

Keesokan harinya, pengamat bintang istana datang menemui kaisar dan berkata bahwa ia melihat Bintang Kutub Selatan turun ke tahta, kemudian menyimpulkan bahwa pria tua yang ia temui kemarin bisa jadi adalah sang bintang. Kaisar Renzong menjadi murka karena ia tidak menanyakan rahasia untuk berumur panjang kemudian menyuruh orang-orangnya untuk membawa Shou Xing kembali, tetapi tidak ada yang berhasil menemukannya. Seorang pria yang kemarinnya datang ke kota menceritakan bahwa ia melihat Shou Xing berjalan di jalan desa tepat di depannya, tetapi tiba-tiba ia naik ke Surga dalam kabut.[1]

Nanji Xianweng pada masa Tiga Kerajaan

Pada masa Tiga Kerajaan, seorang peramal bernama Guan Lu berada di Negara Wei. Orang tua seorang bocah bernama Yan Chao (versi lain bernama Zhao Yen) memanggilnya untuk meramalkan nasib putra mereka, ternyata ia diramalkan hanya hidup hingga berusia 19 tahun. Pasangan tersebut sangat berduka dan memohon petunjuknya, Guan Lu menganjurkan mereka berdoa di Kuil Kwan Im kemudian ia akan datang keesokan harinya untuk memberikan jalan keluar kepada mereka.[1][3]

Keesokan harinya, Guan Lu menasihati Yan Chao untuk pergi ke hutan sendirian sambil membawa sepoci arak dan daging kering esok hari. Di sana, ia akan bertemu dua pria yang sedang berada di bawah pohon mulberry, Yan Chao harus menyuguhi mereka makanan dan minuman itu tetapi dilarang untuk menjawab apapun pertanyaan mereka. Meskipun tak seorangpun mengerti maksud Guan Lu, Yan Chao tetap pergi ke hutan sendirian. Yan Chao benar-benar menemukan dua orang pria seperti gambaran Guan Lu kemudian mempersembahkan makanan dan minuman yang ia bawa kepada mereka. Setelah makan dan minum, kedua pria tersebut berdiskusi bagaimana mereka seharusnya membalas kebaikan Yan Chao. Keduanya kemudian memutuskan untuk membalik angka ekspektasi hidup Yan Chao, dari 19 menjadi 91.[1]

Setelah kembali ke desa, Yan Chao kemudian diberi tahu bahwa salah satu pria yang ia temui adalah Dewa Bintang Kutub Utara yang berkuasa memutuskan hari kelahiran manusia dan Dewa Bintang Kutub Selatan yang menetapkan hari kematian.[1]

Kultus

Saat orang tua merayakan ulang tahunnya, keluarga dan rekan-rekannya senang menggunakan aksara Shou (壽) sebagai hadiah ulang tahun, misalnya pada hiasan kue ulang tahun. Kebiasaan tersebut digunakan untuk menyatakan rasa sayang serta harapan bahwa orang tua yang berulang tahun akan memiliki usia panjang, kesehatan, serta bahagia.[1]

Penggambaran

Nanji Laoren selalu digambarkan dalam lukisan Tiongkok sebagai sesosok pria tua berjanggut putih panjang, ditemani seekor rusa. Model lukisan ini berhubungan dengan kisah seorang kaisar dari Dinasti Song Utara (960-1127) yang mengundang sesosok pria tua yang seperti digambarkan itu dari jalan, kemudian sang kaisar menganggap si pria tua sebagai tanda dari umur panjang.[4] Ia mempunyai dahi yang sangat lebar serta biasanya membawa buah persik yang melambangkan usia panjang dan tongkat dengan ukiran kepala naga.[3] Botol labu yang ia bawa berisi air kehidupan, terkadang seekor angsa digambarkan bersamanya. Secara simbolis, ia ditampilkan sebagai jamur atau kura-kura. Semua lambang tersebut merupakan simbol keabadian.[1]

Rusa yang terkadang digambarkan bersama Nanji Laoren merupakan lambang dari kesejahteraan (jabatan, keuangan). Dalam bahasa Tionghoa, rusa (Hanzi: 鹿; Pinyin: ) memiliki persamaan bunyi dengan "peruntungan bagus; gaji pegawai negeri" (Hanzi: ; Pinyin: ).[2]

Sejarah

Shouxing merupakan dewa ketiga dari Tiga Dewa Keberuntungan Fu Lu Shou. Aslinya ia adalah dewa bintang, yaitu dewa bintang kutub selatan. Ia menempati kedudukan yang sangat penting dalam kultus pemujaan dewa-dewa bintang selama berabad-abad. Masyarakat Tiongkok percaya bahwa ia memiliki kemampuan untuk mengontrol takdir negara serta panjang usia makhluk hidup. Pada akhirnya, Shouxing diberi atribut manusia dan menjadi Nanji Xianweng atau Dewa Kutub Selatan. Shouxing merupakan salah dewata yang paling mudah dikenal dalam literatur Tiongkok.[1]

Bintang Canopus

Dalam kebudayaan Tiongkok, Canopus selalu disebut Bintang Pria Tua (Hanzi: 老人星) atau Bintang Pria Tua dari Kutub Selatan (Hanzi: 南极老人星). Karena Rasi Bintang Carina berada di langit Selatan, Canopus jarang terlihat di Tiongkok Utara. Jika cuaca bagus, bintang ini akan terlihat berwarna kemerahan dan berada di dekat cakrawala selatan. Bangsa Tiongkok menganggap warna merah sebagai lambang kebahagiaan dan umur panjang, sehingga Canopus dikenal sebagai Bintang Usia Panjang (Hanzi: 寿星) atau Bintang Pria Berusia Panjang (Hanzi: 寿老人). Negara-negara tetangga Tiongkok seperti Korea, Jepang, dan Vietnam juga mengadopsi kepercayaan yang sama terhadap bintang Canopus.

Shouxing di luar Tiongkok

Jepang

 
Nanji Laoren atau dikenal juga dengan nama Shouxing digambarkan dalam lukisan tradisional Jepang.

Bangsa Jepang mengadopsi Shouxing sebagai salah satu dari Tujuh Dewa Keberuntungan (Kanji=七福神) mereka, yaitu Jurōjin (kanji=寿老人).

Vietnam

Masyarakat Vietnam mengenal Shouxing sebagai Ông Thọ.

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m godoflongevity. Akses= 17 Mei 2013. God of Longevity Shou Xing.
  2. ^ a b c d MDBG. Akses= 17 Mei 2013. MDBG Chinese-English Dictionary.
  3. ^ a b c Micha F. Lindemans. 31 Maret 1997. Akses=20 Mei 2013. Shou-xing.
  4. ^ Baidu Encyclopedia: The Old Man of the South Pole (Tionghoa)

Lihat pula

Pranala luar