Prasasti Minye Tujoh

Revisi sejak 17 Februari 2020 05.47 oleh Naval Scene (bicara | kontrib)

Prasasti Minye Tujoh adalah dua buah prasasti yang dipahat pada sepasang batu nisan yang ditemukan di Gampong Meunye Tujoh, Kecamatan Pirak Timur, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh. Sebuah prasasti ditulis dalam bahasa dan aksara Arab, dan sebuah lagi ditulis dalam bahasa Melayu Klasik dan aksara Sumatra Kuno.[1] dalam bentuk syair. Isi kedua prasasti tersebut tidak persis sama, dan menceritakan tentang wafatnya anak raja pada 1379 atau 1389 M (781 atau 791 H).

Prasasti ini pertama kali dibaca oleh Stutterheim dengan bantuan Djajaningrat (1936), dan dikomentari dan diteliti ulang oleh banyak ahli sejarah dan epigrafi, antara lain de Casparis (1975), Marrison (1951), van der Molen (2007), serta Guillot dan Kalus (2008). Prasasti ini dianggap penting antara lain karena memperlihatkan bentuk terawal dari syair Melayu pada abad ke-14; jauh lebih tua dari pendapat yang merujuk pada karya-karya Hamzah Fansuri pada abad ke-16.

Alihaksara

hijrat nabi mungstapa yang prasaddha
tujuh ratus asta puluh savarssa
hajji catur dan dasa vara sukra
raja iman varda rahmatallah
gutra barubasa mpu hak kedak pasema
taruk tasih tanah samuha
ilahi ya rabbi tuhan samuha
taruh dalam svargga tuhan tatuha

Terjemahan bebas

Setelah hijrah Nabi, kekasih yang telah wafat
Tujuh ratus delapan puluh satu tahun
Bulan Dzulhijjah empat belas hari, hari Jumat
Raja Iman rahmat Allah bagi Baginda (warda)
Dari keluarga Barubasa mempunyai hak atas Kedah dan Pasai
Menaruk di laut dan darat semesta (semua)
Ya Ilahi Tuhanku semesta
Masukkanlah Baginda ke dalam surga Tuhan

Lihat pula

Referensi

Bacaan lanjutan