Porok (permainan)

Revisi sejak 7 Maret 2020 06.35 oleh AABot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)

Permainan Porok adalah suatu permainan rakyat yang terdapat di Selat Panjang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Bengkalis serta pada lain di Kepulauan Riau. Permainan ini merupakan olahraga rakyat secara tradisional yang bersifat menghibur.

Permainan Porok dimainkan oleh penduduk yang tinggal di daerah pinggiran laut. Alat yang digunakan dalam permainan ini adalah tempurung kelapa. Pemainnya berjumlah tiga sampai delapan orang yang dimainkan oleh anak-anak, remaja maupun orang dewas. Permainan ini dapat dimainkan secara perorangan maupun beregu.

Untuk bermain perseorangan penentu dilaksanakan dengan cara melerengkan tempurung permainannya secara bersama-sama ke garis pusat yang telah sepakati bersama, siapa yang terdekat dengan pusat itu, dialah yang terdahulu membawa, lalu diikuti oleh ke-2, ke-3, dan seterusnya.Untuk bermain beregu, disebut berpehak. Cara penentunya adalah antara kedua belah pihak mengadukan tempurungnya. Siapa yang tertelungkup ialah yang kalah, yang terlentang menang, dan membawa dahulu.[1]

Susunan Permainan

Lingkaran pihak jaga lebih besar dari lingkungan pihak lapang

  1. Jumlah lingkaran sebanyak pemain, dengan susunannya (2) (1) (3) untuk bertiga, (4) (2) (1) (3) (5) untuk berlima seregu, bagi pihak lapang.
  2. Bagi pihak jaga berdiri dalam lingkaran secara berhadapan dengan lawannya, seorang lawan seorang. Dalam lingkaran itulah diletakkan tempurung permainannya.

Pihak lapangan dilingkaran, lawannya adalah pihak jaga (1) juga. Tempurung pihak jaga (1) itulah harus kena waktu melereng ataupun melarung. Waktu merasuk harus semuanya satu persatu tempurung pihak lawan di antuk atau di pangkah. Memangkah untuk merasuk itu boleh hingga memecahkan tempurung lawan. Cara memangkah, tempurung di sepit dengan ibu jari dan antukkan ke tempurung lawan.

Referensi

  1. ^ Hamzuri, Hamzuri (1998). Permainan Tradisioanal Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Direktorat Permuseuman. hlm. 59–61.