Bakbakan, Gianyar, Gianyar

desa di Kabupaten Gianyar, Bali


Bakbakan adalah desa yang berada di kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, provinsi Bali, Indonesia.

Bakbakan
Negara Indonesia
ProvinsiBali
KabupatenGianyar
KecamatanGianyar
Kode pos
80515
Kode Kemendagri51.04.03.2009
Luas4,60 km²[1]
Jumlah penduduk5.330 jiwa (2014)[2]
5.065 jiwa (2010)[3]
Kepadatan1.102 jiwa/km²(2010)
Jumlah KK1.179 KK
Peta
PetaKoordinat: 8°30′18″S 115°19′28″E / 8.50500°S 115.32444°E / -8.50500; 115.32444

Batas Wilayah

Adapun batas –batas wilayah Desa Bakbakan dengan desa tetangga lainnya adalah sebagai berikut

Utara Desa Petak Induk
Timur Kabupaten Bangli
Selatan Kelurahan Bitera
Barat Desa Siangan

Sejarah

Masa Kerajaan

Sekitar tahun 1800 M, tersebutlah seorang Ksatria, Keturunan Taman Bali, yang bernama I Dewa Gede Jelepung, yang hidup mengembara, diikuti oleh pengiringnya yang banyak, diantaranya I Pulasari Pada. Suatu saat, beliau menemui hutan lebat yang mempunyai kekuatan gaib, hutan itu kebanyakan pohon beringin dan kepah/kepuh, tanpa penghuninya. Disana, timbul niat beliau untuk merabas hutan itu untuk dijadikan pemukiman bersama dengan pengikutnya yang setia. Karena hutan itu keramat, Beliau memohon (nunas) kepada roh halus, selanjutnya untuk dikabulkan merabasnya, akhirnya pada suatu saat ada suatu ilham, dan hal ini pun terwujud. Akhirnya hutan itu dirabas (dibakbak) dalam bahasa Bali, sehingga tempat tersebut dijadikan sebuah desa yang bernama Desa Bakbakan sampai sekarang.

Mengingat I Dewa Gede Jelepung mendapat Penugrahan (pewahyuan) dibawah pohon beringin, lalu dibangunlah sebuah Pura/Pelinggih di tempat itu, yang diberi nama Pura Dalem Pingit. Tempatnya di sebelah selatan Kantor Desa Bakbakan. Disamping itu, beliau membuat sebuah pendeman (patok dari batu) yang diberi nama Batu Daha, Sedangkan banjarnya bernama Banjar Petak, (sekarang yang masih bernama carik Petak). Dari masa ke masa, tersebutlah seorang Raja yang bernama I Dewa Gede Perasi, keturunan dari Puri Taman Bali, yang akibat perang saudara, mengakibatkan hancurnya Puri Taman Bali. Akhirnya, semua Keluarga Kerajaan melarikan diri dan menyebar (nyatur desa) tidak tentu arah tujuan. Tersebutlah, I Dewa Gede Perasi dengan pengiring sebanyak 150 Orang (Karo sigar) menuju suatu desa yang disebut Desa Jelijih di Kabupaten Tabanan, lalu beliau ingat bahwa disana ada salah seorang keturunan Taman bali yang telah menetap di sana, yang bernama I Dewa Gede Dangin dan I Dewa Gede Dauh. Dua orang ini melarikan diri dari Nusa akibat tidak mau dipakai menantu oleh I Dewa Ngakan Tangsi dari Nusa Penida. I Dewa Gede Dangin dan I Dewa Gede Dauh pada waktu itu melarikan diri mempergunakan jukung(perahu) bocor menyeberangi laut akibatnya terdamparlah di sawan seseh, disana beliau mendapatkan ilham di bawah pohon asem, sehingga beliau mendapatkan gelar I Dewa Aseman.

Karena I Dewa Gede Perasi berada cukup lama di jelijih, dan Putra beliau sudah dewasa dan mempunyai keinginan untuk Pulang Ke Taman Bali, lalu Ayahnya berpesan agar mampir ke Puri Gianyar (I Dewa Manggis) oleh karena ibunya adalah keturunan dari Puri Taman Bali, ini terbukti dengan adanya Pura Langon di lingkungan Puri Gianyar sekarang. Niat I Dewa Aseman tidak bisa dibendung lagi maka ia berangkat menuju Taman Bali, yang diiringi sebagian pengiringnya, sampai di Gianyar langsung mampir di Puri mengingat pesan ayah beliau yang sudah almarhum dan bermalamlah di Puri Gianyar. Kedatangan I Dewa Aseman disambut baik oleh I Dewa Manggis (Puri Gianyar) dan diakui masih ada hubungan darah dari Perempuan (wadu). Disinilah, I Dewa Aseman diangkat menjadi Manca oleh Raja Gianyar dan diberikan Pacek kekuasaan di Bakbakan dan dibantu oleh seorang dari Puri Angkling yang juga keturunan dari Puri Bakbakan.

Kedatangan I Dewa Gede Aseman di Bakbakan, mengingat di Bakbakan sudah ditempati oleh I Dewa Gede Jelepung, membuat I Dewa Gede Jelepung pindah ke Desa Petak serta membawa isi Pura Dalem Bakbakan ke Petak sehingga sampai sekarang di Petak masih ada Pura Dalem Bakbakan di desa Petak. Setelah cukup lama berada di Desa Petak, beliau pindah lagi ke desa Kelusu, masih lingkungan Raja Gianyar dan di Bakbakan ditinggalkan juga 12 Keluarga Pulasari oleh I Dewa Gede Jelepung. Keadaan di desa bakbakan sudah cukup aman dan tentram didirikanlah Kahyangan Tiga oleh raja, serta dibantu oleh pengiring beliau.[4]

Masa Kemerdekaan Indonesia

Kurang lebih pada Tahun 1930-1939, di Bakbakan, diangkat seorang Perbekel yang bernama I Made Asa dengan dibantu oleh beberapa keliannya. Jabatan I Made Asa kemudian diganti oleh Anak Agung Gde Ngurah dari Puri Bakbakan, berkisar sekitar tahun 1939-1945. Tidak beberapa lama, jabatan Anak Agung Gde Ngurah diganti lagi oleh Anak Agung Gde Katrangan, dari Puri Bitera yang merangkap sebagai Perbekel Bakbakan dari tahun 1945-1950. Jabatan kepala desa ini kemudian oleh Pemerintah Daerah Gianyar diberikan kepada Anak Agung Alit, Perbekel Desa Siangan yang juga merangkap sekitar tahun 1950-1955. Jabatan ini kemudian pindah lagi ke Anak agung Gde Katrangan Perbekel Desa Bitra sampai dengan Tahun 1958. Akhirnya pada tahun 1958, jabatan Perbekel Bakbakan di Desa bakbakan melalui pemilihan secara demokrasi dimenangkan oleh putra desa Bakbakan yaitu Ida Bagus Nyoman Retig, selama 4 Kali masa Jabatan, sampai dengan tahun 1985. Pada Bulan November 1985, diadakan Pemilihan Perbekel secara demokrasi yang dimenangkan oleh calon tunggal yaitu Sdr Dewa Ngakan Made Putra yang sebelumnya sebagai Anggota satuan Lalu Lintas Polres Gianyar.

Sejak mulai memegang jabatan, beliau mengadakan pembenahan antara lain membuat penyengker tembok Kantor Perbekel dan penyengker Pelinggih Padmasana. Mengadakan rehab berat Kantor Perbekel Bakbakan dengan swadaya murni Masyarakat sebesar Rp 5.500.000,-. Mengikuti beberapa lomba antara lain;

  • Lomba Desa Adat pada tanggal 7 september 1987 keluar sebagai juara II Tingkat Kabupaten.
  • Lomba PKK pada tanggal 28 agustus 1987 keluar sebagai juara I Tingkat kabupaten.
  • Lomba PKK Tingkat Propinsi pada tanggal 9 oktober 1987 keluar sebagai juara harapan II .
  • Lomba Cerdas Cermat Kelomper Capir keluar sebagai juara II Tingkat Kabupaten
  • Lomba Wanita Tani Keluar sebagai Juara III Tingkat kabupaten
  • Lomba Utsawa Dharma Gita Keluar sebagai juara I Tingkat Kabupaten
  • Lomba Utswa Dharma Gita Tingkat Propinsi bali keluar sebagai juara I

Setelah jabatan Perbekel dipegang 2 Kali masa jabatan maka pada tanggal 15 Juni 2001 diadakan Pemilihan secara demokrasi yang diikut 4 orang calon diantaranya Ida Bagus Ketut Budiana S.sos Dari Banjar Kabetan Kelod, Ni Wayan Rupiani dari Banjar Kawan, I Wayan Artana dari Banjar Gitgit dan I Made Suyasa dari Ngenjung Sari yang dimenangkan oleh Ida Bagus Ketut Budiana S.sos. Di masa jabatan beliau tidak menampakan hasil yang begitu terlihat sampai berakhir masa jabatanya tanggal 15 Juli 2007.

Pada bulan Juli 2007, pemilihan Perbekel diadakan dan diikuti oleh 5 orang peserta; Ida Bagus Ketut Budiana S sos, Dewa Made Dana, Ida Bagus Ketut Suasta, Dewa Made Sedana, dan I Wayan Darsa. Dimana pemilihan dimenangkan oleh Ida Bagus Ketut Suasta yang didukung dengan jumlah suara terbanyak. Sebelumnya beliau menjabat sebagai IRBID BINITWASDA Polda Bali. Sejak mulai menjabat mulai mengadakan perbaikan–perbaikan di Kantor Perbekel yaitu mengadakan renovasi atap kantor, perbaikan pagar (penyengker) kantor dari pagar Pese Cetak menjadi gaya Bali, perbaikan papan nama desa, perbaikan Padmasana dari gaya Bali menjadi batu padas dan mengadakan Upacara Melaspas dan Mendem Pedagingan.

Demografi

Penduduk desa Bakbakan sampai dengan tahun 2014 (proyeksi BPS) berjumlah 5.330 jiwa terdiri dari 2.737 laki-laki dan 2.593 perempuan dengan sex rasio 105.[5]

Referensi

Pranala luar