Jepangpakis, Jati, Kudus
Desa Jepang Pakis merupakan desa yang berada di wilayah Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus. Desa ini terletak 3 kilometer dari Kecamatan Jati. Luas wilayah Desa Jepang Pakis adalah 778,641 ha/m2 yang terdiri atas persawahan ladang dan rumah penduduk. Desa Jepang Pakis ini terdiri atas dua dukuh, yakni Dukuh Pandean dan Dukuh Karanganyar, 7 RW dan 40 RT.
Adapun batas-batas wilayah Desa Jepang Pakis, Kecamatan Jati, Kudus sebagai berikut, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Mlati Kidul, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gulang, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Jepang dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Loram Wetan.
Adapun Desa Jepang Pakis memiliki jumlah penduduk sebanyak 7.571 jiwa yang terbagi atas 3.152 Kepala Keluarga (KK).
Bagaimana asal usulnya, sampai desa dinamai Jepang Pakis? Konon ceritanya Desa Jepang Pakis diambil dari nama seorang tokoh pada zaman itu. Tokoh itu tidak lain adalah Aryo Jipang, beliau merupakan salah satu senopati di Kerajaan Majapahit, berperang dengan Kerajaan Islam Bintoro Demak.
Dalam peperangan itu, tentara Kerajaan Islam Bintoro Demak dapat menghancurkan dan mengalahkan Kerajaan Majapahit. Sehingga para pasukan Kerajaan Majapahit banyak yang meninggal. Para senopati hulu balang lari untuk menyelamatkan diri.
Salah satu senopati itu adalah Aryo Jipang, dengan menaiki seekor kuda lari untuk menyelamatkan diri. Dia dikejar dari Demak lari ke Utara, hingga sampai ke daerah yang mana daerah itu masih dalam wilayah Kota Kudus.
Senopati Arya Jipang berhasil sembunyi di daerah itu, di mana daerah itu masih berupa hutan belantara dan di dalam hutan itu beliau bersembunyi, hingga selamat dari kejaran tentara Kerajaan Demak.
Karena hutan yang dijadikan tempat persembuniyan itu, terdiri dari Pohon Pakis Haji yang sangat lebat, senopati dari Majapahit itu, dengan disaksikan oleh penduduk setempat, memberi nama desa tersebut Jepang Pakis.
Hingga sampai sekarang, desa tersebut dinamakan Desa Jepang Pakis. Jepang atau Jipang diambil dari namanya Aryo Jipang . Sedangkan Pakis diambil dari keadaan hutan tersebut yang banyak hidup pohon liar yang bernama Pakis Haji. (DM/AM)
Sumber : ISK
ASAL USUL DESA JEPANGPAKIS
Konon ceritanya Desa Jepangpakis diambil dari nama seorang tokoh pada zaman itu. Tokoh itu tidak lain adalah Aryo Jipang, beliau merupakan salah satu sinopati di Kerajaan Majapahit, berperang dengan Kerajaan Islam Bintoro demak. Dan atas izin Allah SWT. tentara Kerajaan Islam Bintoro Demak dapat menghancurkan dan mengalahkan Kerajaan Majapahit. Sehingga para pasukan Kerajaan Majapahit banyak yang meninggal. Para sinopati hulu halang lari untuk menyelamatkan diri. Salah satu sinopati itu adalah Aryo Jipang, dengan menaiki seekor kuda lari untuk menyelamatkan diri. Beliau dikejar dari Demak lari ke utara (timur laut) hingga sampai ke daerah yang mana daerah itu masih dalam wilayah Kota Kudus. Senopati Arya Jipang berhasil sembunyi di daerah itu, dimana daerah itu masih berupa hutan belantara dan di dalam hutan itu beliau bersembunyi hingga selamat dari kejaran tentara Kerajaan Demak. Karena itu terdiri dari pohon pakis haji yang sangat lebat, akhirnya daerah itu diberi beliau nama “Jepangpakis”. “Jepang” atau “jipang” diambil dari namanya Aryo Jipang . Sedangkan “Pakis” diambil dari keadaan hutan tersebut yang banyak hidup pohon liar yang bernama “Pakis Haji”. Pada saat itu Beliau dengan disaksikan oleh penduduk setempat memberi nama desa tersebut “Jepangpakis” dan sampai sekarang desa tersebut dinamakan Desa “Jepangpakis”.
Desa Jepangpakis terdapat banyak nama pendukuhan yang diambil dan digali dari keadaan daerah tersendiri, salah satu contoh pendukuhan “Pandean” dan pendukuhan “Karanganyar”. Namun dari pendukuhan Pandean tersebut diambil dari kegiatan masyarakat setempat yang mata pencahariannya sebagai “Pandai Besi” dan nama Karang Anyar diambil dari keadaan itu sendiri yang masih berupa hutan belantara. “Karang Anyar” berasal dari “Karang yang berarti pekarangan atau tanh kosong yang luas”. Adapun “Anyar” yang berarti “Baru”. Daerah tersebut dinamakan Karang Anyar karena merupakan daerah terakhir yang dihuni masyarakat setempat.
Desa Jepangpakis memiliki tiga tokoh pejuang Islam yang disebut Cikal Bakal Desa Jepangpakis . Cikal bakal tersebut yaitu Mbah Abdul Karim (Syekh Abdul Karim), Mbah Brojo Kusumo dan Mbah Buyut Rawi.
Mbah Abdul Karim (Syekh Abdul Karim) adalah seorang ulama’ yang masih keturunan Rosulullah SAW, yang berasal dari Mesir yang belajar pada Sunan Ampel selama dua belas tahun dan didampingi oleh dua orang sahabatnya yaitu Umar bin Khoto’ dari Lumajang dan Ibnu Abbas dari Mataram. Beliau juga belajar pada Sunan Muria selama tujuh tahun. Setelah khatam belajar beliau mengembara dan menyebarkan Agama Islam ke Jepangpakis. Kedatangan Beliau disambut oleh Mbah Samawi dan Ibu Sukinah yaitu tokoh dari Desa Jepangpakis. Pengajaran beliau menggunakan islam sufi, salah satu alat pengajaran yaitu menggunakan alat terbang. Beliau wafat pada tahun 611 H. Sedangkan sejarah dari Mbah Brojo Kusumo dan Mbah Buyut Rawi belum diketahui sejarahnya tetapi dalam cerita masyarakat Mbah Brojo Kusumo terkenal dengan pengajaran yaitu “Ilmu Kanuragan” dan Mbah Buyut Rawi terkenal dengan “kejawennya”. (Wallohua’lam Bis Showab).
SEJARAH SINGKAT MBAH BROJO KUSUMO.
Mbah Brojo Kusumo adalah seorang prajurit perang kerajaan Mataram, yang dibawah komando Pangeran Diponegoro ketika menyerbu Jakarta pada tahun (1825-1830).
Namun dalam perjalanan ke Jakarta pasukan Mataram mengalami kekalahan yang disebabkan oleh terbakarnya perbekalan dan bahan makanan di perbatasan kota Tegal, sehingga banyak pasukan yang mati, oleh sang Raja Mataram maka pasukan yang masih hidup melarikan diri karena takut dihukum.
Oleh sang Raja Mataram maka pasukan yang masih hidup bercerai-berai dn mencari tempat yang aman, diantaranya yaitu Mbah Brojo Kusumo yang masih kerabat dengan Ibnu Abbas pendamping Mbah abdul Karim dari Mataram yang menetap di daerah / Dukuh Krajan Lor Desa Jepangpakis.
Adapun Mbah Brojo Kusumo menetap di Dukuh Karangpakis yang masuk wilayah desa Jepangpakis.
YANG PERNAH MENJABAT KEPALA DESA
NO | NAMA | PERIODE |
1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 |
AMAD TASLIM
KASNO SALIKUN TEMON ABDUL ROHIM SUKRAM MUSBAH MARTO WIJOYO PJ. NOR SYAHID SIDIK SUHARTO, S.Ag. H. NOR HALIM SAKRONI |
1907 – 1909
1909 – 1918 1918 – 1927 1927 – 1951 1951 – 1955 1955 – 1985 1985 – 1987 1987 – 2002 2002 – 2007 2007 – 2013 2014 – 2019 |
Sekilas Konon Cerita / Informasi dari : Bapak Umar Kusmin
Penyiar Islam di Jepangpakis
Kudus-Desa Jepang Pakis memiliki banyak tokoh pejuang Islam, diantaranya Sam Poo Kong (Laksamana Cheng Ho), Mbah Abdul Karim (Syekh Abdul Karim), Mbah Brojo Kusumo dan Mbah Buyut Rowi.
Sam Poo Kong berdakwah di daerah Jepangpakis sekitar abad ke 15 M. ketika itu, di Jepangpakis sendiri telah ada ketiga ulama’ di atas yang menyebarkan agama Islam. Konon, sebagian besar daerah Jepangpakis, dulunya adalah sungai besar. Sam Poo Kong berdakwah menggunakan perahunya. Beliau juga mendirikan banyak langgar yang tersebar di tempat yang disinggahinya. Maka, tidak heran jika banyak dari nama dukuh atau desa di Kudus yang berawalan dari kata Langgar. Seperti Langgar Dalem, Langgar Gandul, Langgar Domas, dan masih banyak yang lainnya.
Sam Poo Kong berlayar menyebarkan agama Islam hingga wilayah Gembong, Pati. Di sana ada bekas tempat beliau yang kini banyak diziarahi umat muslim. Setelah ekspedisinya sampai di Pati, beliau kemudian berlayar menuju Gunung Muria. Dan tak disangka, di sana Sam Poo Kong bertempur dengan Sunan Muria karena berbeda persepsi, mereka bertempur hingga perahu Sam Poo Kong yang di dalamnya terdapat berbagai macam obat tumpah di sekitar wilayah Muria. Hingga sekarang, masih banyak orang yang percaya bahwa oleh-oleh seperti makanan, yang berasal dari Muria mampu menjadi penawar berbagai macam penyakit.
Selanjutnya, Mbah Abdul Karim (Syekh Abdul Karim) adalah seorang ulama’ yang berasal dari Mesir dan masih keturunan Rasulullah. Beliau berguru kepada Sunan Ampel selama dua belas tahun bersama dua orang sahabatnya, Umar bin Khoto’ dari Lumajang dan Ibnu Abbas dari Mataram. Beliau juga belajar pada Sunan Muria selama tujuh tahun. Setelah khatam, beliau menyebarkan agama Islam ke daerah yang sekarang bernama Jepangpakis. Kedatangan beliau disambut oleh Mbah Samawi dan Ibu Sukinah yang merupakan tokoh dari desa Jepangpakis. Pengajaran beliau menggunakan metode Tasawuf, dengan media alat terbang. Beliau wafat pada tahun 611 H, dan dimakamkan di sebelah timur SD 2 Jepangpakis.
Sedangkan Mbah Brojol Kusumo berasal dari Mataram. Beliau berdakwah bersama kedua rekan seperjuangannya, Mbah Joyokusumo di Pati dan Mbah Suryokusumo di daerah Mejobo Kudus. Ada satu cerita tentang Mbah Brojokusumo. Di daerahnya berdakwah, yang sekarang menjadi dukuh Karangpakis, terdapat binatang ternak berupa kamping, sebanyak 10 ekor. Ketika berada di depan rumah beliau, kambing-kambing itu memakan tanaman milik Mbah Brojokusumo. Maka, beliau pun murka. Dan bertitah bahwa orang Karangpakis tidak boleh memelihara kambing. Hingga sekarang pun warga Karangpakis tidak ada yang berani memelihara kambing dan lebih memilih untuk bertani atau bercocok tanam. Mbah Brojol Kusumo terkenal dengan pengajaran ilmu kanuragannya.
Sementara Mbah Buyut Rawi belum diketahui sejarahnya namun dalam cerita yang berkembang di masyarakat, beliau terkenal dengan ilmu kejawennya.
@Ulya
Jepang pakis | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Kudus | ||||
Kecamatan | Jati | ||||
Kode pos | 59342 | ||||
Kode Kemendagri | 33.19.03.2011 | ||||
Luas | 5822256km2 | ||||
Jumlah penduduk | 98565juta jiwa | ||||
Kepadatan | - | ||||
|
Jepangpakis adalah desa di kecamatan Jati, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia.