Bubuksah dan Gagangaking
Bubukṣah dan Gagangaking (variasi nama: Bubhuksah, Bela-belu yang dalam versi lisan Jawa modern terkadang ditambah gelar "syekh", Gagakaking, Dami Aking) adalah suatu cerita rakyat didaktis yang popular dari masa Majapahit, dan hingga sekarang diwariskan turun-temurun, baik secara lisan maupun tertulis (pada helai lontar, khususnya di Bali). Kisah ini diabadikan di beberapa candi dan potongan relief di Jawa Timur yang merupakan peninggalan Majapahit, seperti Candi Penataran, Candi Gambar Wetan, dan Candi Surawana. Cerita Bubuksah dan Gagangaking dalam relief candi sering kali ditampilkan bersama-sama cerita Sri Tanjung.
Cerita ini merupakan cerita didaktis keagamaan hasil pengembangan pujangga sastra Jawa asli. Isinya menceritakan bagaimana dua cara "laku" (ritual ibadah untuk mencapai tujuan tertentu) yang berbeda diukur hasilnya. Kesetiaan akan tujuan dari laku tersebut yang akan dinilai, bukan dari cara lakunya itu sendiri.
Jalan cerita
Panil cerita di Candi Penataran
Nomor adegan | Gambar | Rincian cerita |
---|---|---|
1 | Adegan 1: | |
2 | Adegan 2: | |
3 | Adegan 3: | |
4 | Adegan 4: |
Bacaan
- Nawa Tunggal. Sudah 7 Abad, Misteri Relief Panji di Candi Penataran Belum Terkuak. TribunNews.com Edisi Rabu, 2 Desember 2015.
- Fadhil Nugroho Adi. Bubuksah-Gagang Aking, Dua Bersaudara yang Diabadikan di Relief Tiga Candi. Suara Merdeka daring. Edisi Selasa, 7 November 2017.
- Achmad Junaidi. Mengenal Lebih Jauh Blitar, Kota Makam Raja – Raja Episode 3 ( Candi Penataran/ Palah, Perwujudan Dewa Siwa). Deliknews.com. September 8, 2018.