Sosiolinguistik

Revisi sejak 13 Maret 2020 02.02 oleh Iklilzaki (bicara | kontrib) (Perbaikan kesalahan pengetikan)

Sosiolinguistik ialah pemakai dan pemakaian bahasa, tempat pemakaian bahasa, tata tingkat bahasa, berbagai akibat dari adanya kontak dua bahasa atau lebih, dan ragam serta waktu pemakaian ragam bahasa itu.

Sosiolinguistik menurut beberapa ahli

  • Salah satu teori sosiolinguistik yang bisa dipakai sebagai rujukan adalah teori dari Nababan, bahwa pengkajian bahasa dengan dimensi kemasyarakatan disebut Sosiolinguistik oleh Nababan, tahun 1984 dalam Sosiolinguistik Perkenalan Awal.[1]
  • Menurut Abdul Chaer, Sosiolinguistik ialah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam hubungan pemakaiannya dalam masyarakat. Di dalam bukunya Abdul Chaer juga menyatakan bahwa apa yang dibicarakan dalam sosiolinguistik ialah pemakai dan pemakaian bahasa, tempat pemakaian bahasa, tata tingkat bahasa, berbagai akibar dari adanya kontak dua bahasa atau lebih, dan ragam serta waktu pemakaian ragam bahasa itu. ( Abdul Chaer, tahun 1994 dalam Linguistik Umum.[2] )
  • Sosiolinguistik yang menurut sejumlah ahli (Wardhaugh, 1985, Holmes 1995) adalah cabang ilmu bahasa yang berusaha menerangkan korelasi antara perwujudan struktur atau elemen bahasa dengan faktor-faktor sosiokultural pertuturannya, tentu saja mengasumsikan pentingnya pengetahuan dasar-dasar linguistik dengan berbagai cabangnya, seperti: fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik edalam mengidentifikasikan, dan menjelaskan fenomena-fenoma yang menjadi objek kajiannya, yakni bahasa dengan berbagai variasi sosial atau regionalnya.[3] )

Konsep fundamental dalam sosiolinguistik

Sementara studi sosiolinguistik sangatlah luas, ada beberapa konsep dasar di mana banyak pertanyaan sosiolinguistik bergantung:

Komunitas tutur

Komunitas tutur adalah sebuah konsep dalam sosiolinguistik yang menggambarkan kelompok tertentu yang terdiri dari orang-orang yang menggunakan bahasa dengan cara yang unik dan saling diterima di antara mereka.

Agar diterima menjadi bagian dari suatu komunitas tutur, seseorang harus memiliki kompetensi komunikatif. Artinya, penutur memiliki kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan cara yang tepat dalam situasi tertentu. Seorang bahasawan bisa menjadi kompeten dalam lebih dari satu bahasa.[4]

Komunitas tutur bisa jadi merupakan anggota suatu profesi dengan jargon khusus, kelompok-kelompok sosial seperti siswa SMA atau penggemar hip-hop, atau bahkan kelompok erat seperti keluarga dan karib. Anggota komunitas tutur akan sering mengembangkan slang (bahasa gaul) atau jargon untuk melayani tujuan kelompok dan prioritas khusus.

Komunitas praktik memungkinkan para sosiolinguis untuk menguji hubungan antara sosialisasi, kompetensi, dan identitas. Karena identitas adalah struktur yang sangat kompleks, mempelajari sosialisasi bahasa merupakan sarana untuk menguji tingkat interaksional-mikro aktivitas praktis (kegiatan sehari-hari). Pembelajaran bahasa sangat dipengaruhi oleh keluarga tetapi didukung oleh lingkungan setempat yang lebih besar, seperti sekolah, tim olahraga, atau agama. Komunitas tutur mungkin eksis dalam komunitas praktik yang lebih luas.[5]

Varietas prestise yang tinggi dan prestise yang rendah

Penting untuk analisis sosiolinguistik adalah konsep prestise; kebiasaan tutur tertentu bisa dinilai positif atau negatif, yang kemudian diterapkan pada penutur. Implikasi penting dari teori sosiolinguistik adalah bahwa penutur 'memilih' suatu varietas saat melakukan tindak tutur, baik secara sadar ataupun tidak sadar.

Jejaring sosial

Untuk memahami bahasa dalam masyarakat berarti kita juga harus memahami jejaring sosial di mana bahasa tersebut tertanam. Istilah "jaringan sosial" adalah cara lain untuk menggambarkan masyarakat tutur tertentu dalam hal hubungan antar anggota individu dalam masyarakat. Sebuah jaringan bisa longgar atau ketat, tergantung pada bagaimana anggota berinteraksi satu sama lain. Sebagai contoh, kantor atau pabrik dapat dianggap sebagai komunitas ketat karena semua anggota berinteraksi satu sama lain. Sebuah kursus besar dengan 100 lebih siswa akan menjadi komunitas longgar karena siswa hanya dapat berinteraksi dengan instruktur dan mungkin 1-2 siswa lainnya. Sebuah komunitas multipleks adalah salah satu di mana anggota memiliki beberapa hubungan dengan satu sama lain.[6] Sebagai contoh, di beberapa lingkungan, anggota dapat hidup di jalan yang sama, bekerja untuk majikan yang sama dan bahkan kawin-mawin.

Rujukan

  1. ^ "Sosiolinguistik", Sosiolinguistik Perkenalan Awal (edisi ke-2), 1984 .
  2. ^ Chaer, Abdul (1994), "Sosiolinguistik", Linguistik Umum (edisi ke-1), Jakarta: Rineka Cipta, ISBN 979-518-587-X .
  3. ^ Wijaya, I Dewa Putu; Rohmadi, Muhammad (2006), Sosiolinguistik, Kajian Teori dan Analisis (edisi ke-1), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, ISBN 979-2458-78-6 .
  4. ^ Deckert, Sharon K. dan Caroline H. Vikers. (2011). An Introduction to Sociolinguistics: Society and Identity. Hal. 59
  5. ^ Deckert, Sharon K. dan Caroline H. Vikers. (2011). An Introduction to Sociolinguistics: Society and Identity. Hal. 74-76
  6. ^ Wardhaugh, Ronald (2006). An Introduction to Sociolinguistics, New York: Wiley-Blackwell.

Bacaan terkait

  • Chaer, Abdul (1994). Linguistik Umum. Rineka Cipta. 979-518-587-X.