Cijoro Pasir, Rangkasbitung, Lebak
Cijoro Pasir adalah sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Indonesia.
Cijoro Pasir | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Banten | ||||
Kabupaten | Lebak | ||||
Kecamatan | Rangkasbitung | ||||
Kode Kemendagri | 36.02.14.1008 | ||||
Kode BPS | 3602180019 | ||||
Luas | - | ||||
Jumlah penduduk | 8.257 (2003) | ||||
Kepadatan | - | ||||
|
Penamaan
Kemungkinan besar asal nama Cijoropasir diambil dari nama sungai "Cijoro" (sebuah anak sungai dari sungai Ciujung), sedangkan kata "pasir" diambil dari bahasa sunda yang memiliki arti "daerah yang lebih tinggi". Dengan demikian Cijoropasir secara makna kata memiliki arti "daerah disamping sungai cijoro yang secara umum posisinya lebih tinggi dari sungai tersebut", daerah diseberang Kelurahan Cijoropasir yang ketinggiannya lebih rendah disebut Kelurahan Cijorolebak.
Sebelum menjadi kelurahan, Cijoropasir merupakan sebuah desa , sebelum pemekaran wilayahnya meliputi Kelurahan Cijoropasir, Desa Cimangeunteung, Desa Jatimulya, Desa Narimbang Mulya dan sebagian Desa Sukamanah.
Pemerintahan
Kelurahan Cijoropasir sekarang ini membawahi beberapa kampung yakni; Malangnengah, Papanggo, Jujuluk, Kebon Cau, Tarikolot, Lebong, Pasir Limus, Malangbong, Perumahan Pepabri, Komplek Pemda, Cisalam, Lembursawah Lebak, Lembursawah Pasir dan Pasir Ngeper.
Posisi Kantor Kelurahan Cijoropasir adalah di sekitar perempatan lampu merah Kp. Malangnengah.
Kampung Malangnengah
Malangnengah adalah sebuah kampung yang berada dalam wiayah Kelurahan Cijoro Pasir Kec. Rangkasbitung Kab. Lebak Prov. Banten. Nama kampung ini dahulunya dikenal dengan nama "Ranca Leutik", mungkin disebabkan oleh karena disalah satu sudut kampung ini dulunya ada sebuah kubangan air (rawa) yang dalam bahasa sunda sering disebut "ranca", luasnya rawa ini tidak terlalu besar ("leutik" dalam bahasa Sunda). Dalam perkembangannya nama rancaleutik dikalahkan oleh nama Malangnengah.
Di sebelah selatan kampung ini ada sebuah pekuburan umum, yang memiliki dua makam keramat, yang pertama berada didalam areal pekuburan dan yang satunya lagi dipinggir jalan umum. Konon katanya kuburan keramat yang disamping jalan ini pada malam hari suka ditunggu oleh seekor harimau yang tidur-tiduran ditengah jalam umum,"malang melintang ditengah jalan". Kemungkinan cerita ini pula yang menyebabkan munculnya nama kampung Malangnengah.