Eddie Lembong

Revisi sejak 23 Maret 2020 06.09 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (clean up, replaced: Apotik → Apotek)

Eddie Lembong (Hanzi: 汪友山, pinyin: Wang You Shan; 30 September 1936 – 1 November 2017) adalah pendiri perusahaan farmasi PT Pharos.[1]

Eddie Lembong
Lahir(1936-09-30)30 September 1936
Hindia Belanda Tinombo, Sulawesi Tengah, Hindia Belanda
Meninggal1 November 2017(2017-11-01) (umur 81)
Indonesia Jakarta, Indonesia
AlmamaterInstitut Teknologi Bandung
Suami/istriMelly Lembong
AnakAndre Arief Lembong
Raymond Budi Lembong
Roy Rahmat Lembong

Kehidupan awal

Tahun 1946, is menjalani sekolah di THHK Gorontalo, lalu SMP Don Bosco (1948 – 1951) di Menado, Sulawesi Utara. Tamat SMA Don Bosco (1957) semula ia bercita-cita masuk di FKUI untuk menjadi dokter, namun gagal dalam psikotes. Karena itu ia melanjutkan ke jurusan farmasi Fakultas IPA di Universitas Indonesia Bandung (yang kemudian menjadi ITB).

Masa kuliah

Tahun 1961 ia aktif dalam himpunan intra universitas bernama Himpunan Mahasiswa Farmasi Ars Preparandi. Ia menjabat sebagai ketua bidang yang menyusun kesejahteraan mahasiswa. Ia mengusahakan dan menerbitkan diktat, juga menjual buku. Omsetnya pernah mencapai Rp. 600 juta. Dengan modal itu, HMF Ars Preparandi mampu membangun perpustakaan. Ia sempat menjadi kepala perpustakaan jurusan farmasi ITB. Ia lulus sarjana farmasi akhir 1964. Dia mengambil ujian apoteker pada Mei 1965.

Merintis usaha

Sesudah lulus, ia langsung mengajar di jurusan farmasi di ITB dan terpilih sebagai sekretaris Ikatan Sarjana Farmasi cabang Jawa Barat. Sementara itu ia juga bekerja sebagai apoteker di Apotek Abadi di Bandung. Pertengahan 1967 ia hijrah ke Jakarta, ditawari bekerja di suatu perusahaan farmasi Eropa dengan gaji US$200 (US$ 1 saat itu setara dengan Rp 3.200,00). Mengabaikan tawaran itu, ia justru memilih bekerja di perusahaan nasional yang dalam kesulitan keuangan. Berkat kehadirannya dalam perusahaan tersebut, dalam 3 tahun perusahaan itu bisa keluar dari kesulitan keuangannya. Dari 1969-1974 ia menjadi direktur PT Wigo. Tahun 1974 ia mendirikan Pharos Indonesia dan menjadi CEO. Ia menamai perusahaannya karena terinspirasi nama pulau Pharos di Alexandria, Mesir.[2]

Ia mengadakan perjalanan ke Eropa membeli mesin.

Kegiatan di bidang farmasi

Tahun 1968 ia menjadi fungsionaris BPP ISFI pusat. Selama 12 tahun ia menjadi anggota pengurus pusat Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia sejak tahun 1972. Selama 17 tahun ia menjabat, antara lain tahun 1972-1975 sebagai sekretaris jenderal GP Farmasi Pusat, kemudian tahun 1975-1987 sebagai wakil ketua GP Farmasi Pusat dan 1993-1999 sebagai ketua dewan penasehat GP Farmasi Pusat,Pada 1974 PT Pharos bekerja sama dengan Glaxo Wellcome Byd Goldenlamberg Chemishe Fabrik Gmbh, Laboratories Joullie Synthelado Pharmacie Grunenthal Gmbh, Sanafi, Schwarz Pharma AG, dan juga Salco Basle Ltd dalam produksi obat-obatan. Kemudian is mendirikan PT Impecindo Mitra Sembada (bidang konsultan manajemen) dan Console Asia, Pte. Ltd. (bidang stabilisasi tanah untuk konstruksi jalan).

Kegiatan sosial

Tahun 1999 ia mengundurkan diri dari kepemimpinan PT Pharos. Pada 10 April 1999 ia bersama Ir. Gilbert Wiryadinata mendirikan perhimpunan INTI yang bertujuan memperjuangkan kesamaan hak dan gerakan anti diskriminasi etnis Tionghoa.[3] Tahun 2006 ia mendirikan Yayasan Nabil yang bertujuan mengembangkan gagasan penyerbukan silang budaya.[4] Hampir setiap tahun Yayasan Nabil memberikan penganugerahan. Pada 2007 penghargaan Nabil diberikan kepada Claudine Salmon atas jasanya mempertahankan eksistensi kebudayaan Tionghoa di masa-masa sulit represi politik Orde Baru. [5] Pada 2015, Yayasan Nabil memberikan anugerah kepada Jakob Sumardjo atas jasa-jasanya dalam bidang sastra dan budaya.[6]

Melalui Yayasan Nabil, Eddie mengupayakan pemberian gelar pahlawan kepada Kapten John Lie dan Abdurrahman Baswedan. Dari usulannya, Eddie hanya sempat melihat proses persetujuan gelar Pahlawan Nasional kepada Kapten John Lie. Sementara untuk Abdurrahman Baswedan, dia tak sempat melihatnya karena dia wafat pada setahun sebelumnya. Abdurrahman Baswedan diresmikan mendapatkan gelar Pahlawan Nasional pada 2018 oleh Presiden Joko Widodo.[7]

Meninggal dunia

Eddie meninggal dunia karena gagal ginjal sejak 2010 di Rumah Sakit Graha Kedoya Jakarta pada hari Rabu, 1 November 2017.[8] Jenazah yang disemayamkan di rumah duka Grand Heaven, Jalan Pluit Raya No. 191-193 Ruangan 109 - 111 dan dimakamkan di San Diego Hills, Cluster Serenity Mansion pada Minggu 5 November 2017.

Ada banyak obituari dan liputan tentangnya di sejumlah media saat beliau wafat.[3]

Referensi

  1. ^ Mediatama, Grahanusa (2017-11-01). "Kabar duka, pendiri Pharos meninggal dunia". kontan.co.id. Diakses tanggal 2018-11-09. 
  2. ^ "In Memoriam Eddie Lembong (1936-2017)". Historia - Obrolan Perempuan Urban. Diakses tanggal 2018-11-09. 
  3. ^ a b kompas.id (2017-11-04). "Eddie Lembong,Tionghoa dalam Keindonesiaan – Kompas.Id". Kompas.Id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-11-09. 
  4. ^ haidarpesebe, Nabil Foundation by. "Tentang Nabil Foundation". Nabil Foundation (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-11-09. 
  5. ^ Sam Setyautama, Tokoh-tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia, hal.474-475, Kepustakan Populer Gramedia, 2008
  6. ^ haidarpesebe, Nabil Foundation by. "Nabil Award 2015: Jakob Sumardjo, Sastrawan Ulung dan Budayawan Penting Indonesia - Berita". Nabil Foundation (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-11-09. 
  7. ^ Jordan, Ray. "Jokowi Anugerahi Gelar Pahlawan Nasional ke 6 Tokoh". detiknews. Diakses tanggal 2018-11-09. 
  8. ^ JawaPos.com. "Dunia Farmasi Berduka, Pendiri Pabrik Obat Tutup Usia" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-11-09.