Jladri, Buayan, Kebumen
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Jladri adalah sebuah desa di kecamatan Buayan, Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia.
Jladri | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Kebumen | ||||
Kecamatan | Buayan | ||||
Kode pos | 54474 | ||||
Kode Kemendagri | 33.05.02.2002 | ||||
Luas | 13 km² | ||||
Jumlah penduduk | 2600jiwa | ||||
Kepadatan | 200 jiwa/km² | ||||
|
Asal mula desa jaldri dulunya adalah sebuah hutan d sisi barat dan hamparan rawa di sisi timur
seiring berjalanya waktu sebelum tahun 1844 kekuatan Dipanegara yang berpusat di bagelen selatan (sekarang kabupaten Kebumen) pada tahun 1825 – 1830, mengakibatkan Belanda mendatangkan bala bantuan pasukan VOC dalam jumlah besar dari Batavia dan menempati kantor Kongsi Dagang VOC di Gombong. Tempat tersebut kemudian dijadikan pertahanan militer Belanda dalam melawan kekuatan Dipanegara di Bagelen Selatan hingga masa penyerangan besar – besaran Belanda serta pembumihangusan pendopo kota raja kabupaten Panjer yang menjadi pusat kekuatan terakhir (1832). Peristiwa tersebut merubah status kantor Kongsi Dagang Gombong menjadi markas pertahanan Belanda di Gombong. Meski demikian, bangunan tersebut belum diubah menjadi benteng.
Kembali lagi ke desa jladri karna kita mau membahas desa jladri hehehe buukan, nah setelah belanda berhasil menguasai daerah gombong dan kebumen d buatlah jalan menuju desa" kecil seperti sikayu gandasuli buayan geblug rangkah dan seterusnya yg skrg d namakan jalur alternatif selatan yg tembus sampai kabupaten cilacap. Nah para warga pribumi yg saat itu hanya mengandalkan penghasilan dari barter dan tani mulailah mereka menggunakan mata uang untuk membeli keperluan pribadi mulailah d desa jladri yg dulunya rawa dan hutan d kelola hingga mereka menghasilkan padi dan kelapa dari beberapa kisah dari sesepuh desa jladri sebelum belanda menguasai kebumen jladri hanya hamparan rawa (jladren) dalam bahasa jawa setelah raja kabupaten panjer (kebumen) lengser oleh belanda para pengikut dan rakyatnya pergi dari daerah kebumen dan menempati daerah" yg masih hutan dan rawa seperti jladri salah satunya dan mualailah mereka menghasilkan hasil sawah dan menanam pohon kelapa dan palawija lainya untuk keperluan mereka hidup, hingga setelah indonesia merdeka dan keturanan mereka makin bnyak semua bergantung pada uang tidak lagi pada tani dan barter tapi untuk mereka mendaptkan uang mreka harus berjalan berkilo" meter untuk menjual hasil panen mereka dan d tukar dengan keperluan mereka seperti pakaian dan keperluan rumah lainya,
PERNAH ADA PASAR JLADRI Karna jarak untuk menjual dagangan mreka terlalu jauh walaupun ada dokar pada saat itu tapi harga untuk menaikinya sangat mahal dan mreka memilih berjalan kaki berkilo" meter untuk dapat sampai tujuan akhirnya warga daerah jladri ada yg berjualn d dekat sawah atau sebelah bengawan arah timur dari perempatan jladri pertama hanya 3 4 orang saja yg berjualan hingga makin bnyak hingga bbrpa orang tapi karna dangan yg mreka jual hnya hasil bumi saja jadi pasar jadri tidak bertahan lama mungkin sekitar tahun 70an udah tidak ada lagi pasar jladri hanya beberapa yg masih bertahn untuk berjualn bhan makanan saja,
Jladri yg berasal dari kata jlandren yg artinya rawa di bagi menjadi 4 bagian yaitu jlari kidul jladri tengah dan ljladri kulon atau sering d sebut londeng karana posisinya yg sangat besar.,
ASAL MULA DUKUH LONDENG londeng yg artinya lorkidul gandeng,
Londeng Adalah sebuah dukuh terbesar di desa jlardri londeng menyangkup hampir 50% lebih dari penduduk desa jladri, londeng d bagi menjadi 3 bagian yaitu paduraksa,ampel dan lorkali kebnyakan para masyarakat londeng berprofesi sebagai petani pada tahun 90an hingga tahun 2000an mulailah bnyak yg berprofesi sebagai wirausaha, Sebelum taun 50an warga londeng hanya d temptai beberapa warga saja dan berjumlah paling banyak d daerah londeng daripada jladri tengah atau jladri kidul, dan hanya ada satu sekolah yaitu d sd bagian bawah kenapa hanya d bagian bawah karna sekolah jaman dulu gurunya susah menjangkau tempat" yg masih terisolasi jadi mereka yg ingin belajar harus berjalan beberapa kilometer untuk dapat ke bagian bwah atau jaladri tengah yg letaknya dekat dengan jalan dan bisa d jangkau dengan sepeda ontel pada jama dulu,, Hingga pada tahun 70an jalan yg dulunya jalan alternatif tentara belanda yg hanya bisa di lalui dengan berjalan kaki d warga jladri bawah yg sudah lulus sekolah bawah mendirikan rumah untuk belajardi daerah londeng agar semua warga londeng mendapat pelajaran, dan berhitung..