Sejarah kelapa sawit di Indonesia
Sejarah kelapa sawit (Elaeis guineensis) di Indonesia berawal dari empat biji kelapa sawit yang dibawa oleh orang Belanda pada tahun 1848. Empat biji kelapa sawit tersebut kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor dan berhasil tumbuh dengan subur.[1] Tanaman kelapa sawit aslinya berasal dari Afrika Barat dan Afrika Tengah. Setelah berhasil tumbuh subur di Kebon Raya Bogor, benih-benih kelapa sawit mulai disebar ke Sumatra pada tahun 1875.[2]
Perkebunan kelapa sawit berskala besar kemudian dibuka untuk pertama kalinya pada tahun 1911 oleh perusahaan asal Belgia. Pada tahun 1925, lahan kelapa sawit yang telah ditanami di Sumatra mencapai 31.600 hektare dan terus bertambah menjadi 75.000 hektare pada tahun 1936.[2]
Setelah Indonesia merdeka, perkembangan pesat perkebunan kelapa sawit baru terjadi pada tahun 1980-an. Pada awal tahun 1980-an, luas perkebunan kelapa sawit baru mencapai 200.000 hektare, yang umumnya adalah kebun-kebun peninggalan kolonial Hindia Belanda. Melalui program Perkebunan Inti Rakyat (PIR) Transmigrasi dan program kredit Pengembangan Besar Swasta Nasional (PBSN), perkebunan kelapa sawit berkembang pesat.[1]
Program Pengembangan Besar Swasta Nasional (PBSN) dirintis pada tahun 1977 dan terbagi menjadi tiga tahapan, yakni PBSN I periode 1977-1981, PBSN II periode1981-1986 dan PBSN III periode 1986-1990.[3]
Daftar referensi
- ^ a b "Sejarah Kelapa Sawit Indonesia". Indonesian Palm Oil Association (GAPKI IPOA) (dalam bahasa Inggris). 2017-11-28. Diakses tanggal 2020-04-03.
- ^ a b John D Watts, Silvia Irawan (Desember 2018). "Oil Palm in Indonesia" (PDF). Profor. Diakses tanggal 3 April 2020.
- ^ "Industri Minyak Sawit Indonesia Berkelanjutan (Bagian XXV)". Majalah Sawit Indonesia. 2018-09-16. Diakses tanggal 2020-04-03.