Ular cabai besar

spesies ular berbisa
Revisi sejak 3 April 2020 16.31 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: Mengubah referensi kosong, menggunakan nama referensi untuk menghindari duplikat, lihat FAQ)

Ular cabai besar (Calliophis bivirgatus) adalah spesies ular berbisa yang endemik di Asia Tenggara. Sebutan-sebutan untuk ular ini di antaranya: "ular cabai besar", "ular karang biru", dan "ular pantai biru". Dalam bahasa inggris disebut Blue coral snake atau Blue malayan coralsnake.[1][2]

Ular cabai besar
Calliophis bivirgatus Edit nilai pada Wikidata

Edit nilai pada Wikidata
Status konservasi
Risiko rendah
IUCN191956 Edit nilai pada Wikidata
Taksonomi
Galat Lua: callParserFunction: function "Template" was not found.
SpesiesCalliophis bivirgatus Edit nilai pada Wikidata
F. Boie, 1827
Tata nama
Sinonim takson
  • Elaps bivirgatus F. Boie, 1827
  • Callophis bivirgatus Günther, 1864
  • Adeniophis (Callophis) bivirgatus Stoliczka, 1873
  • Adeniophis bivirgatus
    Boettger, 1887
  • Doliophis bivirgatus
    Boulenger, 1896
  • Maticora bivirgata
    Stejneger, 1922
  • Calliophis bivirgatus
    Slowinski et al. 2001

Taksonomi dan morfologi

 
Ular cabai besar, spesimen dari Singapura.
 
Ular cabai besar, spesiemn dari Serawak, Malaysia.

Ular cabai besar, bersama dengan ular cabai biasa (C. intestinalis) sebelumnya dideskripsikan sebagai spesies dari genus Maticora, sampai akhirnya diklasifikasikan ke genus lain bersama kerabatnya itu.[3]

Panjang tubuh ular cabai besar mencapai 1.8 meter. Kepala, ekor, dan bagian bawah tubuhnya berwarna merah cerah. Sedangkan bagian atas tubuhnya berwarna hitam kebiruan, serta dihiasi garis berwarna putih atau kebiruan yang membentang di sepanjang sisi badannya.[1][4] Saat masih muda, penampilan ular cabai besar mirip dengan jenis ular kecil yang tidak berbisa, yaitu Calamaria schlegeli. Akan tetapi, ular cabai besar adalah ular berbisa yang mematikan.[1][2] Pewarnaan ular cabai besar juga nyaris sama dengan ular dari jenis lain yang juga berbisa tinggi, yaitu bungarus flaviceps (Krait kepala-merah).

Penyebaran

Ular cabai besar tersebar di Myanmar, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia (Sumatera, Nias, Kep. Mentawai, Kep. Riau, Bangka-Belitung, Jawa, Kalimantan), dan Brunei Darussalam.[2]

Ekologi dan perilaku

Ular cabai besar menghuni hutan dataran rendah hingga ketinggian 500 meter DPL. Ular ini sering kali ditemukan menyelinap di antara dedaunan gugur di lantai hutan dan mampu menggali ke dalam tanah (semi-fossorial). Makanan utamanya adalah ular-ular yang berukuran lebih kecil darinya, dan kemungkinan juga memangsa beberapa jenis kadal kecil.[5]

Jika merasa terganggu, ular cabai besar akan mengangkat dan menggerak-gerakkan ekornya yang berwarna merah cerah untuk menakut-nakuti pengganggunya.[5]

Ular cabai besar berkembangbiak dengan bertelur (ovipar). Jumlah telur yang dihasilkan hanya satu sampai 3 butir saja.[5]

Racun bisa

Bisa ular cabai besar diketahui dapat membunuh manusia.[6] Tidak seperti jenis-jenis Elapidae pada umumnya, bisa ular ini bukan racun neurotoksin. Bisa ular ini bersifat sitotoksin (cytotoxin), yang mampu melumpuhkan sistem otot.[6]

Referensi


  • Boie F. 1827. "Bemerkungen über Merrem's Versuchs eines Systems der Amphibien. 1te Lieferung: Ophidier ". Isis von Oken 20: 508-566. (Elaps bivirgatus, p. 556).
  • Boulenger GA. 1896. Catalogue of the Snakes in the British Museum (Natural History). Volume III., Containing the Colubridæ (Opisthoglyphæ and Proteroglyphæ), ... London: Trustees of the British Museum (Natural History). (Taylor and FRancis, printers). xiv + 727 pp. + Plates I-XXV. (Doliophis bivirgatus, pp. 400–401).
  • Das I. 2006. A Photographic Guide to Snakes and Other Reptiles of Borneo. Sanibel Island, Florida: Ralph Curtis Books. 144 pp. ISBN 0-88359-061-1. (Calliophis bivirgata [sic], p. 61).
  • Oshea, Mark; Halliday, Tim; Metcalf, Jonathan (editor). 2002. Reptiles and Amphibians: Smithsonian Handbooks. London: DK (Dorling Kinderley). 256 pp. ISBN 9780789493934.