Ayam burgo
Ayam burgo adalah ras ayam kampung Indonesia yang tersebar di Pulau Sumatra, khususnya di Bengkulu. Ayam ini dibiakkan sebagai ayam peliharaan dan ayam hias.[1][2][3]
Sejarah
Ayam burgo merupakan hasil persilangan antara ayam hutan merah jantan dengan ayam kampung betina. Keberadaannya tersebar di Sumatra, terutama di Bengkulu.[4] Ayam ini banyak ditemukan di Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Bengkulu Selatan, dan Kabupaten Bengkulu Tengah.[2][5] Sebagai ayam hasil persilangan, persebaran ayam burgo tergantung dari keberadaan ayam hutan merah.[2] Namun, populasi ayam burgo dilaporkan masuk dalam kategori terancam bersama semakin berkurangnya jumlah ayah hutan merah.[1][3]
Berdasarkan wilayah geografi asalnya, ayam burgo kemungkinan diduga memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan ayam asli Indonesia lain yang berasal dari Pulau Sumatra seperti ayam sumatra, ayam leher gundul, ayam walik, serta ayam kukuak balenggek.[6]
Karakteristik
Secara khusus, ciri-ciri ayam ini ditandai dengan keberadaan cuping telinga lebar berwarna putih berbentuk lingkaran. Cuping pada jantan diameternya lebih besar bila dibandingkan dengan cuping yang betina. Keberadaan cuping berwarna putih menjadi penanda keaslian dari ayam burgo. Apabila cuping telinga tidak lagi berwarna putih, tetapi bentuk tubuhnya masih mirip dengan ayam burgo, maka disebut ayam rejang.[7]
Postur tubuh ayam ini lebih kecil dibandingkan dengan ayam kampung pada umumnya, tetapi lebih besar dibandingkan ayam hutan merah.[2] Warna bulu ayam burgo jantan didominasi oleh warna merah keemasan dan hijau gelap, sedangkan warna bulu ayam burgo betina didominasi warna kuning kecokelatan dengan ekor kehitaman. Ayam burgo jantan mempunyai tipe jengger tunggal bergerigi lima yang lebar, tegak, dan berjumlah dua pada sisi kiri dan kanan. Adapun ayam burgo betina hanya memiliki jengger kecil dan tipis. Selain perbedaan jengger, ayam burgo betina tidak mempunyai taji.[2]
Betina burgo mampu menghasilkan 30 butir telur berukuran kecil dalam tempo 60 hari. Namun, untuk menghasilkan ayam burgo, dibutuhkan jasa "tukang pikat" yang bertugas menjerat ayam hutan merah di hutan. Ayam hutan liar sifatnya sangat agresif, dan akan melarikan diri jika melihat manusia.[3]
Ayam hias
Ayam burgo banyak dipelihara sebagai ayam hias karena memiliki tampilan bulu memikat dan suara kokok yang merdu.[4] Nilai jualnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual ayam buras lainnya. Di berbagai ajang kontes, harga ayam burgo jantan yang sering memenangkan beberapa perlombaan mencapai lebih dari Rp2,5 juta. Tingginya nilai jual ayam burgo jantan memberi peluang masyarakat untuk melakukan usaha ayam burgo hias. Peluang tersebut menyebabkan peningkatan minat masyarakat penggemar ayam hias untuk memelihara ayam burgo jantan.[3]
Pemerintah Bengkulu berencana memonetisasi ayam burgo untuk tujuan pariwisata, seperti membuat suvenir.[3]
Referensi
- ^ a b https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/87799
- ^ a b c d e http://repository.unib.ac.id/7963/1/12.%20Karakteristik%20Penotip%2C%20Populasi%20dan%20Lingkungan%20Ayam%20Burg.pdf.
- ^ a b c d e Monetisasi Si Cantik Burgo
- ^ a b Ayam Burgo, Ayam Khas Bengkulu Berkokok Merdu
- ^ Bengkulu Expo Dimeriahkan Ayam Burgo - rmolbengkulu.com
- ^ https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83518/1/2016mul.pdf
- ^ http://repository.unib.ac.id/7963/1/12.%20Karakteristik%20Penotip%2C%20Populasi%20dan%20Lingkungan%20Ayam%20Burg.pdf. hal. 6.