Didik Sedyadi
'Didik Sedyadi merupakan tokoh pengarang sastra jawa modern.
Ia dilahirkan pada 22 Desember 1964. Laki-laki kelahiran Purbalingga Jawa Tengah kini bemukim di Majalengka Jawa Barat sejak tahun 1990. Istrinya, Kartinah, seorang guru matematika SMPN 1 Kertajati - Majalengka, dan satu anak Burhanuddin Latif, Magister Matematika Analisis ITB seorang dosen matematika PNS di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Guru matematika di SMAN 1 Majalengka ini memang punya hobby menulis. Pengalaman kepenulisannya di antaranya: Tulisan pertama dimuat di Koran Parikesit Solo (1978) ketika kelas I SMP. Pengalaman lain, Juara I Mengarang Pekan Penghijauan Nasional – Purbalingga (1978). Juara II Lomba Cerpen Sanggar Sastra Triwida Blitar, Jatim (2000), Juara Harapan I Lomba Cerpen Ashshiddiq Intelektual Forum Bandung (2004), Juara Harapan I Sayembara Novel (Kyai Megawulung Nagih Punagi) dalam rangka Kongres Bahasa Jawa – Taman Budaya Yogyakarta(2002), 3 (tiga) buah Cerita Panjang Bersambung di Majalah Djaka Lodang Yogyakarta : Baunge Ajag Pegunungan Tepus (1989), Teror Kembang Kanthil (1995), Ngundhuh Wohing Pangigit-igit (2000).
Penulis yang termasuk aktivis Sastra Jawa, namanya tercatat dalam buku Antologi Biografi Pengarang Sastra Jawa Modern – Susunan Tim Peneliti Sastra Balai Bahasa Yogyakarta terbitan Adiwacana Yogyakarta (2006). Ia aktif menjadi penulis kolom “Mendhoan - Dialek Banyumasan” Majalah Mingguan Djaka Lodang Yogyakarta dengan nama samaran Diks Blakakisut. Karena kesibukannya, ia mengajukan pengunduran diri dari penulis kolom di tahun 2017 yang telah digelutinya sejak 1991.
Untuk mengabadikan karya-karya fiksi yang ditulisnya, 5 (lima) buah buku telah diterbitkan yaitu Novel Kyai Keramat (2014), Kumpulan Cerpen Pelarian Gang Dolly (2015) , Kumpulan Cerpen Fira Haruskah Kutunggu Kau di Sorga? (2016) , Kumpulan Cerpen Cinta dari Ufuk Timur (2017) dan Kumpulan Cerpen Yang Melintas di Taman Surga Roudhoh (2018) .
Pendidikan formal yang ditempuh Didik adalah SD Bobotsari 3 (lulus tahun 1977), SMP Negeri 1 Bobotsari (lulus tahun 1981), SMA Negeri 2 Purwokerto (lulus tahun 1984), S1 Jurusan Pendidikan Matematika IKIP Semarang (lulus tahun 1989). Jenjang S2 Magister Manajemen Pendidikan ditempuh di Universitas Galuh setelah menjadi guru. Pengalaman mengajar di SMA Muhammadiyyah 1, Banjarnegara, Jawa Tengah pada tahun 1989-1992. Lalu mulai tahun 1993 hingga sekarang, Ia mengajar di SMA Negeri 1 Majalengka.
Proses Kreatif cerpen dan Prospek Sastra Jawa
Dalam hal proses kreatif penulisan sebuah cerpen tidak dapat dipastikan kapan selesai ditulis; bisa sehari; dua hari; bahkan bisa beberapa hari. namun menurut Didik , dalam proses pembuatan cerbung, berbeda. Sebab cerbung umumnya lebih luas batasannya, tidak terikat inspirasi singkat. cerbung bisa diawali dengan membuat pola. Tokoh sastra ini mengemukakan alasan mengapa sastra jawa saat ini lebih relatif kurang melegenda karena (1) pada saat ini kuantitas pengarang cukup banyak (2) jika ada pengarang yang mencoba model atau eksperimen baru, absurd misalnya, seperti yang dipantik oleh Suwardi Endraswara, belum bisa diterima di masyarakat.
Sedangkan untuk "nguri-uri" santra Jawa, setiap lembaga pemerintah diharapkan memiliki atau berlangganan majalah berbahasa Jawa (2) mewajibkan sastra jawa dalam kurikulum muatan wajib/muatan lokal.
Ketika ia dimintai tanggapannya tentang kritik, penerbit atau pembaca sastra jawa, Didik mengemukakan bahwa penerbit karya sastra jawa benar-benar merupakan kerja sosial yang jauh dari perhitungan materi. Bagi perkembangan karya sastra ini adalah mutlak dan pasti. Sebenarnya yang menjadi permasalahan awal adalah bagaimana membangun kesan positif pada orang Jawa terhadap karya sastra Jawa itu sendiri. Padahal yang perlu diperhatikan saat ini adalah adanya realitas bahwa pembaca sastra Jawa lambat laun mengalami "kepunahan". Pembaca saat sekarang adalah orang-orang yang sudah tua / ngunduri sepuh, dan jumlahnya pun semakin sedikit. [1]
Karya
- ''Wacan Bocah'' majalah Parikesit (1978)
- Cerpen, cerbung dan novel banyak dijumpai di majalah Parikesit (19 judul cerpen 1978-1986)
- Kartika Minggu (13 judul cerpen 1985-1989)
- Mekar Sari (1 cerpen 17 Maret 1993)
- Jaya Baya (5 judul cerpen, 1986-1987)
- Panjebar Semangat ( 2 judul cerpen 1987 dan 1994)
- Djaka Lodang (34 judul cerpen antara lain Baunge Ajag Pegunungan Tepus 1991)
- Cerpen boss! (FPBS IKIP Yogyakarta)
- Sumarah (Taman Budaya Yogyakarta, 1999)
- Novel Kyai Keramat (Herya Media Bekasi, 2014)
- Kumpulan Cerpen Pelarian Gang Dolly (Herya Media Bekasi, 2015) ISBN: 978-602-5414-91-6
- Kumpulan Cerpen Fira, Haruskan Kutunggu Kau di Surga? (Peniti Media Pondok Gede Jakarta, 2016) ISBN 978-602-73374-7-3
- Kumpulan Cerpen Cinta dari Ufuk Timur (Penebar Media Pustaka Yogyakarta, 2017) ISBN 978-602-61404-7-0
- Kumpulan Cerpen Yang Melintas di Taman Surga Roudhoh (Penebar Media Pustaka Yogyakarta, 2018)[1] ISBN 978-602-5414-91-6
Rujukan
- ^ Antologi biografi pengarang sastra Jawa modern. Suwondo, Tirto. (edisi ke-Cet. 1). Yogyakarta: Adiwacana. 2006. ISBN 9799960487. OCLC 224862919.