Kubra siswa
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Oktober 2016. |
Kubra siswa adalah kesenian tradisional yang ada di Indonesia.[1] Kesenian tradisional ini masih mirip dengan kuda lumping, ndolalak, dan sorengan.[1] Kubra siswa sering di temuai di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, dan sekitarnya.[1]
Sejarah
Kubra siswa mulai muncul pada tahun 1960-an.[1] Kesenian daerah ini muncul akibat ada unsur politis dan untuk kepentingan dahwah agama Islam.[1] Tahun 1960-an, paham komunis mulai mendominasi masyarakat.[1] Paham komunis tersebut juga turut mempengaruhi perkembangan kesenian atau pertunjukan yang ada di masyarakat.[1] Kesenian berhaluan komunis mulai mendominasi seiring dengan paham komunis yang juga semakin menyebar di masyarakat.[1] Keadaan kesenian komunis yang mendominasi di masyarakat inilah kemudian menimbulkan kekhawatiran pada ulama dan tokoh masyarakat yang tidak sealiran dengan komunis.[1]
Rasa khawatir tokoh masyarakat dan ulama tersebut mejadi latar belakang munculnya kesenian tradisional kubra siswa.[1] Kubra siswa awalnya muncul di daerah Mendut, Mungkid, Magelang.[1] Nama kubra memiliki makna kesenian ubahing badan lan raga yang dalam bahasa Indonesia berarti bergeraknya badan dan raga.[1] Kata siswa dalam dalam kubra siswa memiliki makna untuk dapat melakukan harus melalui proses belajar terlebih dahulu atau menjadi siswa.[1]
Gambaran
Kubra siswa adalah kesenian tradisional yang memiliki nuansa Islam.[1] Kesenian yang ditampilkan berupa tarian dengan diiringi musik dan nyanyian bernuansa Islam.[1] Musik pengiring juga dihasilkan dari alat musik tradisional seperti suling, jedhor, bedug, kendang, drum, cymbal, key board, dan bende.[2] Kubra siswa diaminkan oleh sekelompok orang, biasanya dalam bentuk suatu grup kesenian tradisional.[1] Gerakan tarian kubra siswa bervariasi menurut kreativitas masing-masing kelompok kesenian.[1] Nyanyian yang ditampilkan dalam pentas kubra siswa awalnya menggunakan syair bahasa Arab, tetapi saat ini sudah dikembangkan menjadi bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.[1] Syair pada nyanyian kubra siswa mengandung makna nasihat mengajak untuk melakukan kebaikan dan mentaati agaman.[2]
Beberapa kelompok kubra siswa juga sering melakukan variasi pertunjukan kubra siswa.[1] Salah satu variasi yang sering ditampilkan adalah berupa akrobat.[1] Akrobat yang ditampilkan pada pentas kubra siswa seperti bermain bola api, atraksi makan silet, memecahkan batu bata, berguling di atas duri dan menjilat beri membara.[1]
Waktu pementasan
Kubra siswa dipentaskan saat ada acara penting di masyarakat seperti saat memperingati hari kemerdekaan Indonesia yang dikenal dengan mana tujuh belasan.[3] Pertunjukan ini juga sering dipentaskan pada pesta pernikahan, khitanan, dan peresmian sebagai hiburan.[3]
Upaya Pelestarian
Keberadaan kesenian tradisional semakin hari kian surut.[4] Beberapa upaya telah dilakukan untuk melestarikan kebudayaan ini, baik dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah daerah.[2] Salah satu upaya masyarakat untuk melestarikan kubra siswa adalah dengan mendirikan kelompok-kelompok kesenian kubra siswa dengan merekrut anak-anak muda.[2] Masyarakat juga sering menampilkan kesenian ini pada perayaan di desa untuk menunjukkan kesenian tersebut pada khalayak umum.[2] Acara di desa yang sering ada pertunjukkan kubra siswa adalah merti desa, tujuh belasan, dan peresmian bangunan.[2] Pemerintah daerah juga sering mengadakan gelar budaya untuk mementaskan kesenian tradisional termasuk kubra siswa.[2] Kaum berkebutuhan khusus juga turut melakukan upaya pelestarian budaya kubra siswa dengan mengikuti gelar budaya.[5]
Rujukan
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u Kusumaningrat, Sartono (April 2002). "Mengenal Kesenian Kubra siswa "Santri Siswa"". Majalah Tembi. Diakses tanggal 27 April 2014. line feed character di
|title=
pada posisi 30 (bantuan) - ^ a b c d e f g "Kubra Siswa, Kelompok Seni yang Hampir Punah". Suara Merdeka. 3 September 2007. Diakses tanggal 28 April 2014.
- ^ a b "Gelaran Pesta Budaya". Temanggung.com. 19 November 2013. Diakses tanggal 27 April 2014.
- ^ "Gelaran Pesta Budaya". Flickr. 16 November 2013. Diakses tanggal 27 April 2014.
- ^ "Eksistensi Kaum Disable Harus Diakui". PPDI Indonesia. 9 Desember 2013. Diakses tanggal 28 April 2014.