Suara Gunung

Novel karya Yasunari Kawabata

Suara Gunung (Yama no Oto) adalah sebuah novel karya penulis asal Jepang bernama Yasunari Kawabata, yang diserialkan antara tahun 1949 dan 1954. Suara Gunung, sangat panjang untuk sebuah novel tulisan Kawabata, terbentang hingga 276 halaman dalam terjemahan bahasa Inggrisnya. Seperti sebagian besar karyanya, ditulis pendek, prosa yang mirip seperti puisi, yang terjamahan versi Inggrisnya ditangani oleh Edward Seidensticker. Novel ini disetarakan dengan maha karya Kawabata lainnya, Negeri Salju.

The Sound of the Mountain
Edisi pertama berbahasa Inggris
PengarangYasunari Kawabata
Judul asli山の音
Yama no Oto
PenerjemahEdward Seidensticker
Negara Jepang
BahasaJepang
Tanggal terbit
1949–1954
Tgl. terbit (bhs. Inggris)
1970 (Knopf)
Jenis mediaPrint (paperback)

Pada 1954, Suara Gunung mendapatkan kesempatan untuk diadaptasi menjadi sebuah film dengan nama yang sama oleh Toho. Film tersebut di sutradari oleh Mikio Naruse, serta dibintangi sederet nama seperti Setsuko Hara, So Yamamura, Ken Uehara dan Yatsuko Tanami.

Buku ini termasuk dalam daftar 100 karya sastra dunia terbaik menurut Bokklubben World Library.

Untuk edisi AS pertama (1970), Seidensticker memenangkan National Book Award dalam kategori terjemahan terbaik.[1]

Alur

Novel ini berpusat pada keluarga Ogata di Kamakura, dan acara-acaranya disaksikan dari perspektif tokoh yang sudah menua, befnama Shingo. Seorang pengusaha yang sudah memasuki masa pensiunan ia telah lama bekerja di Tokyo. Shingo mengalami penyimpangan memori sementara, mengingat mimpi aneh dan mengganggunya setelah ia terbangun, lalu mendengar suara, termasuk suara tituler juga membangunkannya dari tidurnya, "seperti angin, suara tersebut jauh, tetapi kedengarannya seperti gemuruh bumi." Shingo menganggap suara itu sebagai pertanda kematiannya yang akan datang.

Shingo mengamati dan mempertanyakan hubungannya dengan anggota keluarganya, istrinya Yasuko, putranya yang pandai bersuara Shuichi, menantu perempuannya Kikuko, dan putrinya yang sudah menikah Fusako, yang telah meninggalkan suaminya dan kembali ke rumah keluarganya dengan dua putrinya yang masih kecil. Shingo menyadari bahwa ia benar-benar belum bisa menjadi sosok suami dan ayah yang terlibat dalam hal mengasuh, dan menganggap kesulitan dalam pernikahan anak-anaknya yang kini sudah dewasa adalah contoh dari pengasuhannya yang buruk.

Untuk itulah, ia mulai mempertanyakan sekretarisnya, Tanizaki Eiko, tentang perselingkuhan putranya. Karena ia mengenal Shuichi secara sosial dan iapun berteman dengan kekasihnya terswbut, dan secara diam-diam ia mulai menekan Shuichi untuk menghentikan perselingkuhannya ini. Pada saat yang sama, ia menjadi sadar bahwa ia telah mulai mengalami keterikatan terhadap menantunya yang erotis, meliputi daya tarik fisiknya, pengabdiannya, serta penderitaan yang ia alami di hadapan ketidaksetiaan suaminya sangat kontras dengan kebencian pahit dan kesederhanaan Shingo sendiri. Anak perempuannya, Fusako. Hal-hal rumit dalam pernikahannya sendiri muncul pada kegilaan yang pernah ia miliki terhadap kakak perempuan Yasuko. Ia meninggal sebagai seorang wanita muda tetapi sekarang muncul dalam mimpinya bersama teman-teman dan rekan-rekan yang telah meninggal.

Novel ini dapat diartikan sebagai meditasi penuaan, serta berupaya berdamai dengan kematian bagi seseorang. Bahkan ketika Shingo menyesal tidak hadir untuk keluarganya dan menyalahkan dirinya sendiri atas kegagalan pernikahan anak-anaknya, dunia alami menjadi hidup untuk suatu cara yang benar-benar baru, memicu meditasi pada kehidupan, cinta, dan persahabatan.

Referensi

  1. ^ "National Book Awards – 1971". National Book Foundation. Retrieved 2012-03-11.
    There was a "Translation" award from 1967 to 1983.

Pranala luar