Kertas

bahan yang digunakan untuk tempat menulis, mencetak, menggambar atau untuk mengemas
Revisi sejak 27 April 2020 22.31 oleh 112.215.171.4 (bicara) (KLIK DIAMOND GRATIS)

BAGI BAGI DIAMOND GRATIS BURUAN AMBIL NANTI HABIS JIKA INGIN DAPAT JAWAB TULISAN DIBAWA INI


DIAMOND 1000 5000 10000

DAIMOND= NOMOR AKUN= FASWORD= JIKA SUDA TINGGAL KIRIN KE SAYA OK

Sejarah

Mesir

Peradaban Mesir Kuno menggunakan papirus sebagai media tulis menulis. Penggunaan papirus sebagai media tulis menulis ini digunakan pada peradaban Mesir Kuno pada masa bangsa firaun kemudian menyebar ke seluruh Timur Tengah sampai Romawi di Laut Tengah dan menyebar ke seantero Eropa, meskipun penggunaan papirus masih dirasakan sangat mahal. Dari kata papirus (papyrus) itulah dikenal sebagai paper dalam bahasa Inggris, papier dalam bahasa Belanda, bahasa Jerman, bahasa Perancis misalnya atau papel dalam bahasa Spanyol yang berarti kertas.

Tercatat dalam sejarah adalah peradaban Cina yang menyumbangkan kertas bagi Dunia. Adalah Tsai Lun yang menemukan kertas dari bahan bambu yang mudah didapat di seantero China pada tahun 101 Masehi. Penemuan ini akhirnya menyebar ke Jepang dan Korea seiring menyebarnya bangsa-bangsa China ke timur dan berkembangnya peradaban di kawasan itu meskipun pada awalnya cara pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia.

Pada akhirnya, teknik pembuatan kertas tersebut jatuh ke tangan orang-orang Arab pada masa Abbasiyah terutama setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam Pertempuran Talas pada tahun 751 Masehi di mana para tawanan-tawanan perang mengajarkan cara pembuatan kertas kepada orang-orang Arab sehingga pada zaman Abbasiyah, muncullah pusat-pusat industri kertas baik di Bagdad maupun Samarkand dan kota-kota industri lainnya, kemudian menyebar ke Italia dan India, lalu Eropa khususnya setelah Perang Salib dan jatuhnya Grenada dari bangsa Moor ke tangan orang-orang Spanyol serta ke seluruh dunia.

China

Selama berabad-abad, kertas menjadi salah satu benda yang tak terpisahkan dari pencatatan sejarah dunia.

Sebelum kertas ditemukan, orang kuno menggunakan beragam material untuk mencatat sesuatu. Orang Mesir kuno menuliskan catatan di batang pohon, di piringan tanah oleh orang Mesopotamia, di kulit domba oleh orang eropa dan yang lainnya.

Terinspirasi dari proses penggulungan sutra, orang China kuno berhasil menemukan bahan seperti kertas yang disebut bo yang terbuat dari sutra. Namun produksi bo sangatlah mahal karena kelangkaan bahan.

Pada awal abad kedua, pejabat pengadilan bernama Cai Lun berhasil menemukan kertas jenis baru yang terbuat dari kulit kayu, kain, batang gandum dan yang lainnya. Kertas jenis ini relatif murah, ringan, tipis, tahan lama dan lebih cocok untuk digunakan dengan kuas.

Pada awal abad ke tiga, proses pembuatan kertas pertama ini menyebar ke wilayah Korea dan kemudian mencapai Jepang. kertas jenis ini merambah negeri Arab pada masa Dinasti Tang dan mulai menyentuh Eropa pada abad ke 12.

Pada abad ke 16, kertas mencapai wilayah Amerika dan secara bertahap menyebar ke seluruh dunia.

Indonesia

Di Indonesia, kertas pertama kali telah di buat di Ponorogo sejak abad ke-7 yang terbuat dari kulit kayu pohon setempat.[1] Kertas yang telah dibuat di Ponorogo tersebut dipergunakan sebagai menulis para biksu yang belajar agama Buddha di kerajaan Sriwijaya karena cocok pada daerah tropis. Namun meskipun sudah dapat membuat kertas, Ponorogo tidak menuliskan peristiwa pada kertas, melainkan pada sebuah lempengan tembaga pada temuan abad ke-9 di Desa Taji tentang peristiwa keagamaan Buddha.[2][3]

Selain itu, kertas buatan Ponorogo digunakan sebagai media melukis wayang beber, yang menjadi cikal bakal dari wayang kulit. Ketika Islam di Indonesia, kertas buatan Ponorogo dipergunakan sebagai menulis kitab suci Al-Qur'an pada Pesantren Tegalsari yang diasuh oleh Kyai Ageng Hasan Besari.

Pembuatan kertas

Pada tahun 1799, seorang Prancis bernama Nicholas Louis Robert menemukan proses untuk membuat lembaran-lembaran kertas dalam satu wire screen yang bergerak, dengan melalui perbaikan-perbaikan alat ini kini dikenal sebagai mesin Fourdrinier. Penemuan mesin silinder oleh John Dickinson pada tahun 1809 telah menyebabkan meningkatnya penggunaan mesin Fourdrinier dalam pembuatan kertas-kertas tipis. Tahun 1826, steam cylinder untuk pertama kalinya digunakan dalam pengeringan dan pada tahun 1927 Amerika Serikat mulai menggunakan mesin Fourdrinier.

Peningkatan produksi oleh mesin Fourdrinier dan mesin silinder telah menyebabkan meningkatnya kebutuhan bahan baku kain bekas yang makin lama makin berkurang. Tahun 1814, Friedrich Gottlob Keller menemukan proses mekanik pembuatan pulp dari kayu, tetapi kualitas kertas yang dihasilkan masih rendah. Sekitar tahun 1853-1854, Charles Watt dan Hugh Burgess mengembangkan pembuatan kertas dengan menggunakan proses soda. Tahun 1857, seorang kimiawan dari Amerika bernama Benjamin Chew Tilghman mendapatkan British Patent untuk proses sulfit. Pulp yang dihasilkan dari proses sulfit ini bagus dan siap diputihkan. Proses kraft dihasilkan dari eksperimen dasar oleh Carl Dahl pada tahun 1884 di Danzig. Proses ini biasa disebut proses sulfat, karena Na2SO4 digunakan sebagai make-up kimia untuk sisa larutan pemasak.

Lihat pula

Pustaka

  1. ^ "Perkembangan Wayang Beber dalam Budaya Indonesia". bernas.id. Diakses tanggal 24 Desember 2019. 
  2. ^ "Prasasti Taji No. Inv. E 12 823 S". dapobud.kemdikbud.go.id. Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia. Diakses tanggal 24 Desember 2019. 
  3. ^ "Rubrik Sejarah. Taji Inscription, Prasasti Tulis Tertua Di Ponorogo - SEMUA Tentang Ponorogo". facebook.com. Diakses tanggal 15 Oktober 2016. 
  • Burns, Robert I. (1996). "Paper comes to the West, 800−1400". Dalam Lindgren, Uta. Europäische Technik im Mittelalter. 800 bis 1400. Tradition und Innovation (edisi ke-4th). Berlin: Gebr. Mann Verlag. hlm. 413–422. ISBN 3-7861-1748-9. 
  • Tsien, Tsuen-Hsuin (1985). "Paper and Printing". Joseph Needham, Science and Civilisation in China, Chemistry and Chemical Technology. 5 part 1. Cambridge University Press 
  • "Document Doubles" in Detecting the Truth: Fakes, Forgeries and Trickery, a virtual museum exhibition at Library and Archives Canada

Pranala luar