Sholeh bin Muhsin al-Hamid Tanggul
Sholeh bin Muhsin al-Hamid atau lebih dikenal dengan Habib Sholeh Tanggul adalah tokoh ulama yang menghabiskan masa dakwahnya di Tanggul, Jember, Jawa Timur.
Al-Habib Al-Quthb Sholeh bin Muhsin al-Hamid Tanggul | |
---|---|
Nasab | Jalur ayah: Sholeh bin Muhsin bin Ahmad bin Abubakar bin Abdullah bin Sholeh bin Abdullah bin Salim bin Umar bin Hamid bin asy-Syeikh Abibakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi Al-Ghayur bin Muhammad al-Faqih Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali' Qasim bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa Ar-Rumiy bin Muhammad Annaqib bin Ali Al-Uraidhiy bin Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Hussein dari Fatimah az-Zahra Putri Rasulullah ﷺ |
Lahir | 17 Jumadil awal 1313 H/tahun 1895 M Wadi 'Amd, Hadramaut, Yaman |
Meninggal |
|
Penyebab kematian | Sakit |
Dimakamkan di | Kompleks Masjid Riyadhus Sholihin, Tanggul, Jember |
Nama lain | Habib Sholeh Tanggul |
Kebangsaan | Indonesia |
Etnis | Arab, Alawiyin |
Zaman | Abad ke-20 |
Wilayah aktif | Jember, Jawa Timur, Indonesia |
Jabatan | Ulama Da'i |
Mazhab Fikih | Mazhab Syafi'i |
Istri | Syarifah Fatimah binti Musthofa Al Habsyi |
Keturunan |
|
Orang tua | Al-Habib Muhsin bin Ahmad al-Hamid/al-Bakri al-Hamid |
Riwayat Hidup
Kelahiran dan masa kecil
Meski namanya dinisbatkan pada nama kecamatan Tanggul, Jember, Jawa Timur, ia sebenarnya dilahirkan di desa Wadi 'Amd, Hadramaut, Yaman pada 17 Jumadil awal 1313 Hijriah atau bertepatan dengan tahun 1895 Masehi[1]. Ayahnya juga merupakan seorang ulama Wadi 'Amd bernama Muhsin bin Ahmad al-Hamid, yang juga dikenal masyarakat sekitar dengan julukan al-Bakri al-Hamid, sedangkan ibunya adalah Aisyah dari keluarga al-'Abud Ba 'Umar dari kalangan klan masyaikh/non-habaib al-'Amudi[2].
Masa kecilnya ia habiskan untuk menuntut ilmu agama. Guru utamanya dalam bidang ilmu fikih dan tasawuf adalah ayahnya sendiri, Habib Muhsin bin Ahmad al-Hamid, sedangkan Al-Qur'an ia pelajari dari Syekh Saíd Ba Mudhij, ulama kenamaan Wadi 'Amd[3].
Hijrah ke Indonesia
Saat Habib Sholeh berusia 26 tahun atau ketika itu bertepatan dengan tahun 1921 M, ia memutuskan berhijrah ke Indonesia bersama Syekh Fadhli Sholeh Salim bin Ahmad al-Asykari[4]. Perjalanan hijrah ini membuatnya sempat singgah di Gujarat, India, lalu berlabuh di Jakarta. Habib Sholeh sempat tinggal beberapa hari di Jakarta dan berkeliling mengunjungi para ulama sampai saudara sepupunya yang bernama Habib Muhsin bin Abdullah al-Hamid yang telah lebih dulu berhijrah meminta Habib Sholeh untuk mengunjungi kediamannya di Lumajang[2].
Selama di Lumajang, Habib Sholeh menggunakan waktunya untuk mempelajari bahasa dan budaya masyarakat setempat khususnya dalam berbahasa Jawa, Habib Sholeh juga kemudian menikah dengan warga Tempeh, Lumajang dan membangun rumah di sana. Habib Sholeh berdakwah keliling dari desa ke desa di Lumajang sampai 12 tahun lamanya sebelum akhirnya memutuskan pindah ke Tanggul[1].
Tidak ada yang mengetahui alasan pasti mengapa Habib Sholeh sampai membawa seluruh keluarganya pindah ke Tanggul, Jember, namun keluarganya meyakini bahwa keputusannya berasal dari petunjuk Allah. Sebelum akhirnya menjadi pendakwah di daerah baru tersebut, Habib Sholeh terlebih dahulu melaksanakan 'uzlah/khalwat atau aktifitas menyepi/mengurung diri dengan beribadah sampai lebih dari 3 tahun lamanya[2].
Adalah Habib Abu Bakar bin Muhammad as-Segaf, seorang ulama terkemuka yang berdomisili di Gresik yang kemudian memerintahkan Habib Sholeh untuk mengakhiri masa khalwat dan memintanya datang ke Gresik. Sesampainya di Gresik, Habib Abu Bakar memberikan Habib Sholeh mandat dan ijazah dengan memakaikan jubah imamah dan sorban hijau sebagai penanda status kewalian quthb yang diembannya, sekaligus meminta Habib Sholeh untuk segera menunaikan ibadah haji[3].
Sepulangnya dari berhaji, Habib Sholeh memulai aktifitas dakwahnya dengan mendrikan musala di kediamannya. Aktifitas pengajian juga mulai dilakukan biasanya selepas Ashar, mengkaji kitab khususnya kitab An-Nashaihud Dinniyah karya ulama Hadramaut Abdullah bin Alawi al-Haddad yang ia sampaikan dalam bahasa masyarakat sekitar yakni bahasa Madura[2]. Habib Sholeh juga menghidupkan musala dengan pembacaan dzkiri dan wirid yang biasa diajarkan oleh kalangan ulama Hadramaut tempatnya berasal. Selain berdakwah, Habib Sholeh juga dikenal sebagai pedagang kain dan pakaian[4].
Beberapa tahun kemudian, Habib Sholeh mendapat hadiah sebidang tanah dari seorang pengusaha setempat bernama Haji Abdur Rasyid. Di atas tanah tersebut Habib Sholeh kemudian membangun masjid yang diberi nama Masjid Riyadus Shalihin dan kemudian mewakafkannya, letaknya tepat berada di sebelah selatan Stasiun Tanggul. Dakwah dan kegiatan keagamaan pun kian hidup setelah masjid ini berdiri[3].
Wafat
Habib Sholeh wafat pada 8 Syawal 1396 H atau bertepatan pada tahun 1976 M[1], ada pula sumber lainnya yang mengatakan pada tanggal 9 Syawal 1396 dalam usia 83 tahun[2]/81 tahun/86 tahun[1]. Ia dikebumikan keesokan harinya setelah sholat Dzuhur di kompleks Masjid Riyadhus Sholihin Tanggul, Jember. Hingga kini, haul atau peringatan kewafatannya rutin diselenggarakan setiap tahun pada 10 Syawal dan selalu mendatangkan ribuan peziarah dari berbagai daerah khususnya Jember dan sekitarnya, segala bentuk aktifitas dakwah dan pengajian kini juga diteruskan oleh anak cucu keturunannya[3].
Nasab
Ia adalah keturunan ketiga puluh sembilan dari Rasulullah, nasab lengkapnya adalah: Sholeh bin Muhsin bin Ahmad bin Abubakar bin Abdullah bin Sholeh bin Abdullah bin Salim bin Umar bin Hamid bin asy-Syeikh Abibakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi Al-Ghayur bin Muhammad al-Faqih Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali' Qasim bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa Ar-Rumiy bin Muhammad Annaqib bin Ali Al-Uraidhiy bin Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Hussein dari Fatimah az-Zahra Putri Rasulullah ﷺ[2].
Referensi
- ^ a b c d "Biografi Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid Tanggul - Jember". WONGJEMBER.COM. 2020-04-07. Diakses tanggal 2020-05-06.
- ^ a b c d e f Mauladdawilah, Abdul Qadir Umar (2011). 17 Habaib Berpengaruh di Indonesia. Malang: Pustaka Bayan.
- ^ a b c d "Habib Sholeh Tanggul, Waliyullah yang Doanya Makbul". SINDOnews.com. Diakses tanggal 2020-05-06.
- ^ a b Shahab, Idrus F. (2019). Seri Buku Islam: Habib di Nusantara, Karnaval Habib Kota. Jakarta: Tempo Publishing. ISBN 978-623-207-253-4.