Perry Tangkilisan

Bergabung 6 Mei 2020
Revisi sejak 6 Mei 2020 21.32 oleh Perry Tangkilisan (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi 'Petrus Muntu Untu Tangkilisan adalah Nama Lengkap dari Petrus M. Tangkilisan, seorang putra Bantik, anak suku Minahasa. Lahir pada tanggal 19 Mei 1919 di Singkil Wawon...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Petrus Muntu Untu Tangkilisan adalah Nama Lengkap dari Petrus M. Tangkilisan, seorang putra Bantik, anak suku Minahasa. Lahir pada tanggal 19 Mei 1919 di Singkil Wawonasa Manado Utara dan meninggal di Tebet Jakarta tanggal 7 November 1984. Di Kebumikan di Pekuburan Adat Bantik di Singkil Manado Utara.

Biasa di panggil dengan Pet Tangkilisan, memiliki adik kandung yaitu Petronella Maas Tangkilisan, yang juga merupakan isteri dari Pejuang Peristiwa 14 February 1946 yaitu S.D.Wuisan.

Selain memiliki adik kandung perempuan, Pet Tangkilisan juga memiliki Saudara (kakak) tiri lelaki yaitu DR. Peils/Phill Maurits Tangkilisan (pernah menjabat sebagai Hukum Besar Distrik Amurang, Anggota Minahasa Raad, dan dua kali menjabat sebagai Kepala Daerah Minahasa). Juga memiliki kakak tiri perempuan yaitu Pauline M. Tangkilisan.

Pet Tangkilisan juga memiliki Saudara Sepupu dari sebelah Keluarga Bantik Suawa, yang juga merupakan Pahlawan Nasional yaitu Wolter Monginsidi.

Pet Tangkilisan dan Maas Wuisan adiknya adalah putera putrid dari Pieter Willem Tangkilisan yang menikah dengan Getruida Kullit (Oma Singkil).

Pet Tangkilisan keluar dari kota Manado pergi merantau pada tahun 1936, pergi bekerja di Shell Balikpapan sebelum meneruskan perjalanan ketanah Jawa di Surabaya, dan disana mulai bekerja di kapal KPM merantau di manca negara, dan akhirnya sempat tinggal sekitar 2 tahun di Sydney Australia melakukan perjuangan sebagai tokoh pergerakan pemogokan yang dikenal dengan sebutkan Indonesia Calling (juga memiliki film dokumenter) di Sydney Australia pada tahun 1945 sampai sekitar Maret 1946 untuk kemudian kembali ke Tanah Air sekitar April 1946 di Jogyakarta dan meneruskan perjuangan bersama dengan tokoh2 Pahlawan dan Pejuang dari Minahasa beserta Laskar KRIS.

Antara tahun 1947 sampai dengan 1950 aktif bekerja di Kementerian Pertahanan dan juga Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (serikat), sekaligus juga sebagai LO anggota delegasi Republik Indonesia pada Perundingan Linggarjati dan Renville. Dan aktif sebagai TNI dengan Pangkat Mayor pada Brigade XVI KRUX.

Setelah penyerahan Kedaulatan RI pada December 1949, Pet Tangkilisan mendapat tugas khusus dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Menteri Pertahanan melalui Sekjend Mr.Ali Budiardjo menjadi Koordinator Komisi Militer pada Kementerian Pertahanan yang memiliki tugas khusus mengatur dan mengajak para tentara2 ex KNIL untuk kembali masuk di TNI/APRIS.

Saat terjadi Peristiwa Lembong atau Peristiwa Kudeta APRA di Bandung pada tanggal 23 January 1950, Pet Tangkilisan sedang bersama dengan rekannya Adolf Lembong di mobil ketika serangan tembakan2 dilakukan oleh tentara2 KNIl yang masih tergabung dengan Westerling, yang mengakibatkan gugurnya Letkol. Adolf Lembong, yang bersama sama dari Kementerian Pertahanan di Jakarta. Pada saat itu Pet Tangkilisan berhasil meloloskan diri dan keesokan harinya langsung kembali ke Jakarta untuk melapor di Kementerian Pertahanan.

Pet Tangkilisan pada awal April 1950 sampai dengan Mei 1950, juga di tugasi oleh Kementerian Pertahanan untuk ke Manado sebagai Komisi Militer untuk mengatur pengembalian Tentara2 ex KNIL masuk pada TNI APRIS. Sekaligus membantu Letkol Kawilarang dalam proses penumpasan pemberontakan RMS.

Petrus Tangkilisan tahun 1951 sampai dengan 1954 aktif pada Kementerian Perhubungan khususnya pada Jawatan Perhubungan Laut. Pada tahun 1954 menjabat sebagai Ketua Departemen Pemuda Partai Buruh, dimana Asrarudin dan Prof Abidin sebagai Pimpinan Partai Buruh. Untuk kemudian pada tahun 1955 Pet Tangkilisan terpilih sebagai anggota DPR dan tahun 1956 sebagai Anggota Konstituante.