Subali
Bali (Sanskerta: वाली; Valī), atau yang di Indonesia lebih terkenal dengan sebutan Subali, adalah nama seorang raja wanara dalam wiracarita Ramayana. Ia merupakan kakak dari Sugriwa, sekutu Sri Rama. Ketika terjadi perselisihan antara kedua wanara bersaudara tersebut, Sri Rama berada di pihak Sugriwa. Subali akhirnya tewas di tangan pangeran dari Ayodhya tersebut.
वाली | |
---|---|
Subali dalam bentuk wayang golek. | |
Tokoh dalam mitologi Hindu | |
Nama | Subali |
Ejaan Dewanagari | वाली |
Nama lain | Wali; Balin |
Asal | Kerajaan Kiskenda |
Golongan | Wanara |
Subali juga dikenal dalam pewayangan sebagai seorang pendeta wanara berdarah putih di puncak Gunung Argasunya. Ia memiliki Aji Pancasunya yang membuatnya hidup abadi. Ilmu kesaktian tersebut diwariskannya kepada Rahwana, musuh besar Sri Rama.
Asal-Usul
Menurut versi Ramayana, Subali dan Sugriwa adalah sepasang wanara kembar yang dilahirkan oleh seorang ibu, tetapi berbeda ayah. Keduanya sama-sama putra dewa. Subali adalah putra Indra, sedangkan Sugriwa adalah putra Surya.
Nama Subali berasal dari kata bala, yang dalam bahasa Sansekerta bermakna "rambut". Konon ia dilahirkan melalui rambut ibunya, sehingga diberi nama Bali atau Subali. Setelah dewasa, Subali menjadi raja bangsa wanara di Kerajaan Kiskenda sedangkan Sugriwa bertindak sebagai wakilnya.
Berbeda dengan versi aslinya, dalam pewayangan Jawa, Subali dan Sugriwa pada mulanya terlahir sebagai manusia. Keduanya masing-masing bernama Guwarsi dan Guwarsa. Mereka memiliki kakak perempuan bernama Anjani. Ketiganya merupakan putra dan putri Resi Gotama dan Dewi Indradi yang tinggal di Pertapaan Agrastina.
Pada suatu hari Anjani, Guwarsi, Guwarsa berselisih memperebutkan cupu milik ibu mereka yang luar biasa indahnya. Hal itu diketahui oleh Gotama. Indradi pun dipanggil dan ditanya dari mana cupu tersebut ia dapatkan. Gotama sadar kalau cupu tersebut adalah benda kahyangan milik Batara Surya yang bernama Cupumanik Astagina. Indradi pun diam tidak mau menjawab. Gotama yang marah karena merasa dikhianati mengutuk istrinya itu menjadi tugu.
Dengan perasaan sedih, Gotama melemparkan tugu perwujudan Indradi sejauh-jauhnya, sampai jatuh di perbatasan Kerajaan Alengka. Meskipun demikian, ketiga anaknya tetap saja memperebutkan Cupu Astagina. Gotama pun membuang benda itu jauh-jauh.
Tanpa ada yang tahu, Cupu Astagina jatuh di sebuah tempat kosong dan berubah menjadi telaga. Guwarsi dan Guwarsa segera menceburkan diri karena mengira cupu yang mereka cari jatuh ke dalam telaga itu. Seketika itu juga wujud keduanya berubah menjadi wanara atau kera. Sementara itu Anjani yang baru tiba merasa kepanasan. Ia pun mencuci muka menggunakan air telaga tersebut. Akibatnya, wajah dan lengannya berubah menjadi wajah dan lengan kera.
Anjani, Guwarsi, dan Guwarsa menghadap Gotama dengan perasaan sedih. Ketiganya pun diperintahkan untuk bertapa mensucikan diri. Anjani bertapa di Telaga Madirda. kelak ia bertemu Batara Guru dan memperoleh seorang putra bernama Anoman. Sementara itu Guwarsi dan Guwarsa yang telah berganti nama menjadi Subali dan Sugriwa masing-masing bertapa di Gunung Hutan Sunyapringga.
Ketiga anak Gotama tersebut berangkat bertapa ke tempat tujuan masing-masing. Sesuai petunjuk ayah mereka, Anjani bertapa dengan gaya berendam telanjang seperti seekor katak, Subali menggantung di dahan pohon seperti seekor kelelawar, sedangkan Sugriwa mengangkat sebelah kakinya seperti seekor kijang.
Penggabungan Silsilah
Versi pewayangan Jawa yang bersumber dari naskah Serat Arjunasasrabahu tersebut di atas rupanya telah menggabungkan silsilah beberapa tokoh dalam Ramayana menjadi satu keluarga.
Menurut versi Ramayana, antara Subali dan Sugriwa dengan Anjani, Anoman dan Gotama tidak terdapat hubungan keluarga. Anjani adalah istri Kesari, seorang raja wanara. Ia mendapatkan titipan janin dari Bayu dewa angin, yang setelah lahir diberi nama Hanuman (nama Sansekerta dari Anoman). Hanuman kemudian berguru kepada Surya, dewa matahari. Setelah tamat, ia ditugasi gurunya itu untuk menjadi pengawal putranya yang bernama Sugriwa, saudara kembar Subali.
Sementara itu Gotama versi Ramayana adalah seorang pertapa yang tidak memiliki sangkut paut dengan Subali. Menurut versi tersebut, Gotama memiliki istri bernama Ahalya, yang kecantikannya memikat Indra, raja kahyangan. Dengan bantuan Surya, Indra pun menyamar sebagai Gotama untuk bisa mnedekati Ahalya. Hal itu akhirnya diketahui oleh Gotama. Indra dan Surya melarikan diri, sedangkan Ahalya dikutuk oleh suaminya tersebut menjadi batu.
Perkawinan
Subali memiliki seorang istri bernama Tara. Dari perkawinan tersebut lahir seorang putra bernama Anggada, yang kelak banyak berjasa dalam membantu Sri Rama melawan Rahwana.
Menurut versi pewayangan Jawa, pada mulanya Tara bukanlah istri Subali, melainkan istri Sugriwa. Ketika kedua wanara bersaudara itu bertapa untuk mensucikan diri sesuai petunjuk ayah mereka, datang Batara Narada yang diutus Batara Guru untuk meminta bantuan mereka menumpas musuh kahyangan, bernama Mahesasura raja Guakiskenda.
Subali dan Sugriwa pun berangkat. Subali masuk ke dalam istana Kiskennda yang terletak di dalam gua. Ia berpesan jika kelak mengalir darah merah ke luar gua, berarti Mahesasura tewas. tetapi jika yang mengalir darah putih berarti dirinya yang tewas. Apabila Subali terbunuh, Sugriwa diminta untuk segera menutup pintu gua dengan batu besar.
Subali pun masuk ke dalam gua di mana terdapat istana Kiskenda yang sangat indah. Di sana ia bertempur melawan Mahesasura yang dibantu kedua pengawalnya bernama Lembusura dan Jatasura. Ketiganya tewas dengan kepala pecah. Darah dan otak mereka mengalir keluar gua.
Sugriwa melihat hal itu mengira yang mengalir adalah darah merah dan darah putih. Dengan sedih ia menutup pintu gua lalu melaporkan hal itu ke kahyangan. Karena Mahesasura telah mati, sebagai hadiah, Sugriwa pun memperoleh seorang bidadari bernama Tara putri Batara Indra.
Di tengah jalan Sugriwa dan Tara dihadang Subali yang ternyata masih hidup. Subali menuduh adiknya itu berkhianat. Sugriwa pun dihajarnya tanpa ampun. Narada turun melerai dan mengisahkan yang sebenarnya. Subali sadar dan minta maaf. Ia merelakan Tara menjadi istri Sugriwa dan menyerahkan takhta Kiskenda peninggalan Mahesasura kepada adiknya itu.
Subali memilih menjadi pertapa di Gunung Sunyapringga. Atas jasanya membunuh Mahesasura, Batara Guru memberinya anugerah dalam bentuk lain, yaitu ilmu kesaktian yang bisa membuatnya hidup abadi, bernama Aji Pancasunya.
Hubungan dengan Rahwana
Versi Ramayana mengisahkan, Subali bersahabat dengan Rahwana raja bangsa Rakshasa dari Kerajaan Alengka. Pada mulanya keduanya sempat berkelahi karena Rahwana datang untuk menaklukkan Kerajaan Kiskenda. Namun dalam pertarungan tersebut Rahwana kalah. Subali mengampuninya dan menjadikannya teman.
Versi pewayangan Jawa bahkan mengisahkan Rahwana kemudian menjadi murid Subali. Rahwana yang pandai bersandiwara berhasil meyakinkan Subali bahwa dirinya telah bertobat. Subali pun mengajarkan Aji Pancasunya kepadanya. Ia senantiasa menasihati Rahwana supaya menggunakan ilmu tersebut di jalan kebenaran.
Rahwana yang telah memperoleh ilmu baru berniat melanjutkan aksinya untuk menguasai dunia. terlebih dahulu ia berniat menyingkirkan Subali yang dianggapnya sebagai penghalang. Ia pun mengirim pembantunya yang bernama Marica untuk menyamar sebagai pelayan Tara. Marica datang dan melapor kepada Subali bahwa Tara setiap hari disiksa Sugriwa. Konon Sugriwa juga mengungkit-ungkit nama Subali setiap kali menyiksa Tara.
Subali marah mendengar laporan tersebut. Ia pun mendatangi Sugriwa di Kiskenda. Sugriwa dihajar tanpa ampun. Tubuhnya dilemparkan sampai jatuh dan terjepit di sepasang pohon asam kembar di puncak Gunung Reksyamuka. Subali kemudian menetap di Kerajaan Kiskenda serta menikahi Tara. Dari perkawinan itu kemudian lahir Anggada.
Perselisihan dengan Sugriwa
Kisah perselisihan Subali dan Sugriwa menurut versi pewayangan Jawa tersebut cukup berbeda dengan versi aslinya. Menurut versi Ramayana, sejak awal Subali sudah menjadi raja di Kerajaan Kiskenda. Kemudian datang seorang Rakshasa bernama Dundubi yang manantangnya adu kesaktian.
Dalam pertarungan itu Dundubi berhasil dikalahkan. Ia melarikan diri sampai ke Gunung Reksyamuka tempat pertapaan Resi Matangga. Di pertapaan itu Subali membunuh Dundubi. Resi Matangga marah karena pertapaannya dikotori. Ia pun mengutuk Subali akan mati jika berani menginjakkan kaki di Gunung Reksyamuka.
Subali kemudian bertemu saudara Dundubi yang bernama Mayawi. Keduanya pun bertarung. Mayawi kalah dan melarikan diri ke dalam gua. Subali terus mengejarnya. Sugriwa ikut mengejar namun menunggu di luar gua. Ia mendengar suara raungan kakaknya dan melihat darah mengalir keluar gua. Sugriwa sedih dan mengira Subali telah tewas.
Sugriwa kembali ke Kiskenda dan didesak rakyatnya untuk menjadi raja baru menggantikan kakaknya. Tiba-tiba Subali muncul dengan penuh rasa marah. Ternyata yang tewas adalah Mayawi, bukan dirinya. Ia pun menghajar Sugriwa sedemikian rupa. Sugriwa yang ketakutan segera melarikan diri ke Gunung Reksyamuka, di mana Subali tidak berani mengejarnya.
Kematian Subali
Sugriwa bersembunyi di Gunung Reksyamuka ditemani Hanoman yang setia kepadanya. Hanoman berhasil mempertemukan Sugriwa dengan Sri Rama yang kehilangan istri karena diculik oleh Rahwana. Keduanya pun mengadakan kesepakatan, Rama akan membantu Sugriwa memperoleh kembali takhta Kiskenda, sedangkan Sugriwa berjanji akan membantu Rama menyerang tempat tinggal Rahwana.
Sesuai rencana, Sugriwa pun datang ke istana Kiskenda untuk menantang Subali bertanding. Subali yang marah hendak menghadapi Sugriwa, namun dicegah oleh Tara, istrinya. Tara mencurigai Sugriwa yang dulu kalah kini tiba-tiba berani datang untuk menantang bertarung. Tetapi Subali tidak menghiraukan nasihat istrinya itu. Ia memilih keluar untuk melayani tantangan adiknya.
Subali dan Sugriwa pun segera terlibat pertarungan sengit. Dari kejauhan, Rama ditemani adiknya, Laksmana, serta Hanoman, membidikkan panah ke arah Subali. Namun ia merasa bingung membedakan kedua wanara kembar tersebut. Sugriwa yang kewalahan memilih melarikan diri.
Rama datang menemui Sugriwa yang marah karena merasa dikhianati. Rama mengaku bingung dan takut salah menyerang. Sugriwa pun dimintanya menantang Subali sekali lagi dengan menggunakan kalung untaian bunga sebagai penanda (dalam pewayangan Sugriwa diminta memakai kalung janur kuning).
Sugriwa kembali menantang Subali. Keduanya pun terlibat pertarungan sengit kembali. Saat Sugriwa terdesak dan hampir kalah, Rama muncul dan melepaskan panahnya ke dada Subali. Subali pun roboh tak sempat menghindar.
Subali yang sekarat dalam keadaan marah menghina Rama sebagai ksatria pengecut yang tidak tahu dharma. Mendengar penghinaan tersebut, Rama menjelaskan bahwa Subali sebenarnya telah berdosa, karena apabila masih suci, panah sakti milik Rama tidak akan mampu menembus kulitnya, bahkan senjata tersebut akan berbalik menyerang Rama. Setelah mendengar penjelasan yang panjang lebar dari Rama, Subali menyadari dosa-dosa dan kesalahannya kepada Sugriwa. Subali pun meminta maaf dan meminta agar Sugriwa merawat putranya yang bernama Anggada dengan baik. Subali juga merestui Sugriwa menjadi raja Kiskenda. Setelah itu, ia pun akhirnya meninggal dunia.
Reinkarnasi Subali
Menurut susastra Hindu, karena Rama telah membunuh Subali, maka Subali pun menitis dan membunuh reinkarnasi Wisnu pada kehidupan selanjutnya. Konon atma Subali terlahir kembali sebagai seorang pemburu bernama Jara pada zaman Dwapara Yuga. Tokoh Jara inilah yang kemudian membunuh awatara Wisnu pada zaman tersebut, yaitu Sri Kresna meskipun tanpa sengaja. Setelah Jara melepaskan panahnya dan melukai kaki Kresna, Kresna moksa kembali ke Waikuntha.
Lihat pula