Sultan Mahmud Karaeng Pattingalloang (I Mangadacinna Daeng Sitaba, Karaeng Pattingalloang), adalah tokoh intelektual dari Kerajaan Gowa - Tallo yang memerintah dari tahun 1641 sampai dengan 15 September 1654.[1][2] Karaeng Pattingalloang tersohor karena ketertarikannya yang tinggi pada ilmu pengetahuan barat pada masa itu.[3]

Karaeng Pattingalloang
I Mangadacinna Daeng Sitaba Karaeng Pattingalloang
Berkuasa164115 September, 1654
PendahuluKaraeng Kanjilo
PenerusSultan Harun Al Rasyid

Riwayat hidup

Kehidupan awal

Karaeng Pattingalloang merupakan putra dari permaisuri I Wara’ Karaeng Lempangang dan Karaeng Maotaya juga dikenal sebagai Sultan Abdullah Awalul Islam yang merupakan raja Islam pertama Talo.[4][5]Sultan Abdullah Awalul Islam juga dikenal memiliki ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan.[3]

Kehidupan semasa berkuasa

Karaeng Pattingalloang dikenal sebagai "Bapak Kebangkitan" semasa menjabat di pemerintahan.[3] Menurut Denys Lombard salah satu peneliti ternama kebudayaan Asia Tenggara, Karaeng Pattingalloang adalah Perdana Menteri dan penasihat utama Sultan Muhammad Said (1639-1653), yang masa pemerintahannya kurang lebih bertepatan dengan masa dengan keemasan kesultanan itu. Karaeng Pattingalloang menguasai setidaknya 3 bahasa populer pada masanya yaitu bahasa Spanyol, Latin dan Portugis.[3] Untuk memenuhi ketertarikannya yang tinggi di bidang ilmu pengetahuan, Karaeng Pattingalloang membangun perpustakaan pribadi, dengan koleksi berbagai buku, atlas Eropa dan bola dunia. Ia juga tercatat pernah memesan dan teleskop ciptaan Galileo Galilei yang mana teleskop tersebut datang tujuh tahun setelah pemesanan. Selain ilmu-ilmu yang bersifat fisis, Karaeng Pattingalloang juga memiliki ketertarikan terhadap berbagai jenis satwa. Ia diklaim memiliki banyak koleksi satwa seperti, badak, kuda nil, jerapah, unta, kuda, berbagai jenis antilope, zebra, dan anoa .[3][6]

Peninggalan terkait

Saat ini nama Karaeng Pattingalloang dijadikan sebagai nama sebuah museum di perbatasan Gowa dan kota Makassar. Museum ini menyimpan banyak peninggalan yang berkaitan dengan Kerajaan Gowa-Tallo.[7] Nama Karaeng Pattingalloang juga diabadikan sebagai nama salah satu gedung di komplek perkantoran Gubernur Sulawesi Selatan.[8]

Referensi

  1. ^ "Karaeng Pattingalloang, Semangat Sastra Indonesia | Suara Pembaruan". http://sp.beritasatu.com. Diakses tanggal 2017-10-25.  Hapus pranala luar di parameter |newspaper= (bantuan)
  2. ^ Reid, Anthony (2015-03-03). A History of Southeast Asia: Critical Crossroads (dalam bahasa Inggris). John Wiley & Sons. ISBN 9781118512937. 
  3. ^ a b c d e "Karaeng Pattingalloang, Raja Pencinta Sains dari Timur". tirto.id. Diakses tanggal 2017-09-28. 
  4. ^ "Mengenal Sejarah Gowa di Museum Karaeng Pattingalloang". Panduan Wisata Keliling Dunia. Diakses tanggal 2017-10-25. 
  5. ^ Cummings, William (2002). Making Blood White: Historical Transformations in Early Modern Makassar (dalam bahasa Inggris). University of Hawaii Press. ISBN 9780824825133.  Hlm. 30
  6. ^ Nontji, Anugrah(2017). KARAENG PATTINGALLOANG: MENGUAK DUNIA DARI SOMBA OPU . Archived. Puslit Oseanografi LIPI
  7. ^ "Wisata Sejarah & Budaya di Museum Karaeng Pattingalloang - Gosulsel". Gosulsel.com. Diakses tanggal 2017-10-25. 
  8. ^ "Gubernur Sulsel Resmikan Baruga Karaeng Pattingalloang - LiputanUTAMA.com". LiputanUTAMA.com. 2017-03-16. Diakses tanggal 2017-10-25.